Liputan6.com, Makassar - Di balik derasnya pembangunan dan pertumbuhan kota di kawasan Mamminasata meliputi Kota Makassar, Maros, Sungguminasa (Kabupaten Gowa), dan Takalar, tersimpan ancaman yang perlahan tapi nyata: menipisnya cadangan air tanah.
Hampir 70 persen kebutuhan air bersih masyarakat perkotaan dan sebagian besar kebutuhan industri di Sulawesi Selatan, masih bergantung pada sumber air tanah.
Ketergantungan yang tinggi ini, menurut para pemerhati lingkungan, telah menimbulkan dampak ekologis serius seperti penurunan muka air tanah, intrusi air laut di wilayah pesisir, serta amblesan tanah di kawasan padat bangunan.
"Air tanah adalah sumber kehidupan yang tak terlihat, tetapi dampak kerusakannya bisa kita rasakan dari permukaan. Banyak daerah di sekitar Makassar dan Maros sudah menunjukkan gejala penurunan debit air tanah yang mengkhawatirkan," ujar Achmad Yusran, Ketua Forum Komunitas Hijau, organisasi lingkungan berbasis masyarakat yang aktif mengadvokasi isu konservasi di Sulawesi Selatan, Kamis (23/10/2025).
Mamminasata Wilayah Rawan Penurunan Air Tanah
Pertumbuhan ekonomi dan pesatnya pembangunan kawasan Metropolitan Mamminasata menjadikan kebutuhan air bersih meningkat tajam.
Di wilayah seperti Biringkanaya, Panakkukang, Somba Opu, hingga Pattallassang, pengambilan air tanah untuk industri, perumahan, dan usaha jasa semakin tinggi setiap tahun.
Fenomena serupa juga mulai terlihat di kabupaten sekitar seperti Barru, Pangkep, Bone, Sinjai, dan Jeneponto, di mana eksploitasi air tanah untuk pertanian dan perkebunan meningkat signifikan, terutama di musim kemarau.
"Kita melihat pola yang sama di banyak daerah Sulawesi Selatan, penggunaan air tanah yang berlebihan tanpa kontrol dan tanpa konservasi, Padahal, jika cadangan air tanah habis atau terintrusi air laut, memulihkannya bisa memakan waktu puluhan tahun," kata Yusran.
Air dan Tanah Harus Dijaga Bersama
Konservasi air tanah tidak bisa dilepaskan dari kondisi lahan. Tanah yang gundul dan rusak kehilangan kemampuan menyerap air hujan, sehingga mempercepat kekeringan dan memperlambat pengisian kembali air tanah.
"Di Gowa bagian hulu, kita harus kembalikan fungsi hutan dan vegetasi penyangga. Di Makassar dan Takalar, kita perlu memperbanyak sumur resapan dan biopori. Ini kerja terintegrasi antara kota dan desa," jelas Yusran.
Upaya konservasi lahan dan air ini menjadi sangat penting di wilayah Mamminasata, karena daerah resapan utama berada di bagian utara dan timur Gowa serta Maros, sementara kebutuhan air terbesar justru berada di kota Makassar.
Menyimpan dan Menghemat
Prinsip konservasi air tanah berlandaskan dua pendekatan besar, yaitu pendekatan pasokan (Supply Side) menjaga agar air hujan dapat diserap ke tanah melalui sumur resapan, recharge area, dan hutan kota.
Pendekatan kebutuhan (Demand Side): menekan konsumsi berlebihan dengan gaya hidup hemat air dan penerapan teknologi efisien.
"Kita harus belajar menyimpan air saat berlimpah dan menggunakan secukupnya saat terbatas. Ini bukan hanya soal teknis, tapi soal kesadaran kolektif," tegas Yusran.
Forum Komunitas Hijau, yang dipimpinnya, tengah mendorong gerakan edukasi publik di sekolah, kampus, dan komunitas lokal di wilayah Makassar dan Maros agar kesadaran konservasi air tumbuh dari masyarakat sendiri.
Kebijakan dan Pemantauan Pemerintah
Pemerintah pusat melalui Direktorat Jenderal Mineral, Batubara, dan Panas Bumi (DJMBP) juga telah melakukan berbagai kegiatan pemantauan air tanah, meliputi kondisi muka air, debit aliran, kualitas air, serta dampak lingkungan di sekitar sumber air tanah.
Sejak tahun 2006, DJMBP membangun sumur pantau di kawasan industri termasuk di Makassar, Maros, dan Gowa. Pemantauan dilakukan berbasis Cekungan Air Tanah (CAT), seperti CAT Maros–Pangkep dan CAT Gowa–Takalar, untuk memastikan pengelolaan sumber daya air tanah lebih terukur dan berkelanjutan.
Pendekatan berbasis CAT memungkinkan setiap kebijakan konservasi disesuaikan dengan kondisi geologi lokal, sesuatu yang sangat penting bagi daerah karst seperti Maros dan Pangkep yang rentan terhadap perubahan tekanan air bawah tanah.
Gerakan Bersama untuk Air Tanah Sulawesi Selatan
Yusran menegaskan bahwa krisis air tanah tidak bisa diselesaikan secara parsial. "Pemerintah, industri, dan masyarakat harus bergerak bersama. Tanpa perubahan pola konsumsi dan tata kelola, Sulawesi Selatan bisa menghadapi defisit air tanah dalam dua dekade mendatang," ujarnya.
Forum Komunitas Hijau kini bekerja sama dengan sejumlah komunitas dan kampus di Makassar dan Gowa untuk mengembangkan 'Peta Ekologi Air Tanah Mamminasata', yang memantau perubahan muka air tanah dan potensi daerah resapan secara partisipatif.
Menjaga yang Tak Terlihat untuk Masa Depan yang Terlihat
Air tanah memang tersembunyi, namun perannya sangat nyata. Ia menopang kehidupan, pertanian, dan industri serta menjadi fondasi ekologis dari kota-kota di Sulawesi Selatan.
“Konservasi air tanah harus menjadi gerakan moral bersama. Kita semua bergantung padanya.Dan enjaga air tanah berarti menjaga masa depan Makassar, Maros, Gowa, Takalar, dan seluruh Sulawesi Selatan," kata Yusran memungkasi.
Fakta Tersembunyi Air Kemasan
Air Pegunungan? Nyatanya dari air tanah! Sebagian besar air minum kemasan di Indonesia, apalagi di Sulawesi Selatan, bukan dari sumber pegunungan, melainkan menyedot air tanah.
Label air pegunungan bisa menipu publik. Hingga kini, tak ada perusahaan yang memakai air permukaan secara berkelanjutan.
Ancaman dari eksploitasi air tanah, adalah gambaran krisis air bersih di masa depan.
"Saatnya kritis terhadap label, sadar terhadap jejak lingkungan," ketus Yusran.
Perusahaan AMDK Plastik Wajib Konservasi Air dan Tanah
Kenapa? Karena mereka mengambil banyak, memberi sedikit. Setiap botol air mineral plastik yang kita minum, menyimpan jejak berupa ekstraksi air tanah berlebihan dan penggunaan plastik sekali pakai.
"Belum lagi soal pencemaran lingkungan dan rusaknya keseimbangan ekosistem. Olehnya kami juga menyerukan ke para pihak terkait tuntutan keadilan ekologis. Di antaranya melalui konservasi sumur resapan dan daerah tangkapan air. Rehabilitasi daerah aliran sungai (DAS), investasi nyata dalam daur ulang dan pengurangan plastik. Berikut audit jejak air dan transparansi kuota pengambilan air dari alam hukumnya wajib kontribusi konservasi secara berkelanjutan," ujar Yusran.