Liputan6.com, Jakarta - Gempa Rusia M8,7 yang terjadi pada Rabu, 30 Juli 2025, memicu alarm tsunami di berbagai wilayah di dunia. Tak terkecuali di lepas pantai Alaska, lokasi pelayaran kapal pesiar Royal Caribbean yang membunyikannya di tengah laut.
"Semua orang di rumah berkirim pesan teks dan pesan tentang peringatan tsunami, jadi saya benar-benar panik tetapi berusaha tetap tenang demi anak-anak," ujar Erin Dietrich saat berada di atas kapal Quantum of the Seas dalam perjalanan menuju pantai Alaska, dikutip dari People, Kamis (31/7/2025).
Dietrich, suaminya, Scott, dan keempat anak mereka sedang bersiap-siap untuk makan malam pada 29 Juli 2025 malam, ketika berita tentang peringatan tsunami tersebar di sebagian besar Pantai Barat AS, Jepang, Hawaii, dan sebagian Kepulauan Aleut Alaska. Gempa bumi berkekuatan M8,8 di lepas pantai Rusia memicu peringatan yang menurut The Washington Post, kemungkinan masuk dalam enam gempa bumi terkuat yang pernah tercatat.
Dietrich dan keluarganya tidak asing dengan bencana alam. Sebagai penduduk Myrtle Beach, Carolina Selatan, mereka terbiasa dengan badai dan cuaca serupa. Namun, berada di kapal pesiar untuk pertama kalinya dalam 18 tahun saat peringatan tsunami terjadi adalah 'pengalaman yang benar-benar berbeda', terutama karena peringatan tersebut dikeluarkan untuk Alaska — saat mereka berlayar ke Alaska.
Coba Alihkan Perhatian
"Kami berusaha untuk tetap tenang," kenang Dietrich. "Anak saya yang berusia 16 tahun dan 13 tahun jelas tahu apa yang sedang terjadi, jadi mereka panik. Anak saya yang berusia 8 tahun ketakutan, tetapi kami hanya berusaha membuat mereka sibuk dan tidak terlalu membicarakannya."
Ketika Dietrich membawa anak-anaknya ke klub anak-anak untuk mengalihkan perhatian mereka dari kejadian tersebut, semua ibu lainnya "panik dan tidak tahu harus berbuat apa."
"Orang-orang mengeluarkan ponsel mereka, mereka seperti 'Apakah kamu melihat ini, peringatan tsunami?' Dan orang-orang di lift seperti, 'Ini gila. Aku ingin tahu apa yang akan mereka lakukan," tambahnya. "Orang-orang [berada] seperti panik, tidak tahu apa yang akan terjadi."
Pukul 20.52 waktu setempat, Dietrich merekam video pesan pertama kapten kepada penumpang melalui pengeras suara. Ibu berusia 38 tahun itu mengatakan pesan itu dikirim sekitar empat jam setelah mereka pertama kali mendengar berita tersebut secara daring.
Peringatan Tsunami di AS Dicabut
Dalam video TikTok Dietrich, kapten kapal mengumumkan, "Saat ini kami sedang memantau perkembangan peringatan tsunami dan sedang mengambil semua langkah bersama penjaga pantai setempat dan otoritas pilot untuk memastikan keselamatan para tamu kami."
"Kesejahteraan dan keselamatan Anda tetap menjadi prioritas utama kami… Kami menghargai pengertian Anda dan kami akan terus memberikan informasi terbaru kepada Anda seiring kami menerima informasi lebih lanjut."
Keluarga tersebut berhasil melewati malam dan mengalami kondisi yang relatif stabil, meskipun Dietrich mencatat bahwa angin cukup kencang. Selain kolam renang dan dek yang ditutup, operasional kapal tetap berjalan seperti biasa, menurut Dietrich. Ketika PEOPLE berbicara dengannya pada 30 Juli, kapal sedang dalam perjalanan ke Sitka sesuai jadwal.
Pada 29 Juli 2025, pukul 17.27 waktu setempat, Sistem Peringatan Tsunami AS membatalkan peringatan tsunami untuk wilayah pesisir Alaska Tenggara. Namun hingga pukul 09.20 waktu setempat, peringatan tsunami masih berlaku untuk Kepulauan Aleut di Alaska.
"Tapi kami berada di laut, yang konon, kata orang-orang, merupakan salah satu tempat teraman untuk berada di atas kapal," kata Dietrich.
Peringatan Tsunami BMKG Berakhir
Tak jauh beda, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengumumkan peringatan dini tsunami yang disebabkan oleh gempa Kamchatka magnitudo 8,7 di Rusia telah berakhir. Kabar tersebut disampaikan Daryono Direktur Gempabumi dan Tsunami BMKG melalui akun twitternya.
"Peringatan dini tsunami yang disebabkan oleh gempa Magnitudo 8.7 pada 30 Juli 2025, pukul 06.24 WIB, dinyatakan telah berakhir," kata Kepala Pusat Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono, Rabu, 30 Juli 2025, dikutip dari kanal News Liputan6.com.
Daryono menjelaskan, pencabutan peringatan dini ini lantaran gelombang tsunami mengarah ke Indonesia cenderung mengecil. "Seluruh marigram (catatan tsunami) di Indonesia sudah cenderung meramping dan mengecil, gambaran energi sudah terdissipasi," jelas dia.
Sebanyak sepuluh wilayah di Indonesia sebelumnya diumumkan berpotensi tsunami dampak gempa magnitudo 8,7 di Rusia. Namun demikian, ketinggian atau hempasan tsunami diperkiran semakin melemah. Berikut wilayah di Indonesia yang dianggap berpotensi tsunami:
1. Talaud (ETA 14:52:24 WITA)
2. Kota Gorontalo (ETA 16:39:54 WITA)
3. Halmahera Utara (ETA 16:04:24 WIT)
4. Manokwari (ETA 16:08:54 WIT)
5. Rajaampat (ETA 16:18:54 WIT)
6. Biaknumfor (ETA 16:21:54 WIT)
7. Supiori (ETA 16:21:54 WIT)
8. Sorong bagian Utara (ETA 16:24:54 WIT)
9. Jayapura (ETA 16:30:24 WIT)
10. Sarmi (ETA 16:30:24 WIT)