Liputan6.com, Jakarta - Perayaan Hari Kemerdekaan Indonesia biasanya identik dengan lomba fisik penuh teriakan semangat. Namun di Kotagede, Yogyakarta, ada alternatif yang lebih santai.
Melansir akun Instagram @lokanusakotagede, Jumat, 15 Agustus 2025, kompetisi ini diberi nama Lomba Melamun dan berlangsung di Bokong Semar, sebuah cagar budaya bersejarah, pada Senin, 18 Agustus 2025.
Lokanusa Kotagede bekerja sama dengan Tamasya Karsa dan Life at Kotagede dalam menghadirkan ide yang terinspirasi dari lomba serupa di Jepang, beberapa tahun lalu. Konsep ini baru dapat diwujudkan bertepatan dengan momentum HUT ke-80 RI.
"Dari iseng-iseng ingin menghadirkan format baru dalam perayaan 17 Agustusan yang tidak melulu bersifat kompetitif, melainkan dengan cara santai, lusyu-lusyu, dan mengundang senyum,” kata pihak Lokanusa pada Lifestyle Liputan6.com, Jumat.
Selain menghadirkan hiburan, kegiatan ini bertujuan menguatkan identitas Lokanusa sebagai tempat menikmati teh yang nyaman, menenangkan, dan cocok untuk melamun. Acara ini sekaligus jadi sarana memperkenalkan salah satu cagar budaya ikonis di Kotagede, yakni Bokong Semar atau Benteng Cepuri.
Perayaan HUT Kemerdekaan RI pada 17 Agustus selalu dimeriahkan dengan berbagai lomba, seperti lomba makan kerupuk, pajat pinang, tarik tambang, dan balap karung. Tapi, siapa sangka, ternyata ada makna dibalik semua lomba itu. Simak yuk apa saja artin...
Konsep Lomba yang Menghibur
Meski terdengar sederhana, lomba melamun ini punya konsep yang cukup serius. Lomba melamun terbagi dalam dua babak, yakni penyisihan dan final.
Pada babak penyisihan, peserta diuji untuk bertahan melamun sesuai aturan tanpa terdistraksi. Peserta yang lolos akan melaju ke babak final, di mana "pelamun handal" dipilih berdasarkan tiga kategori. Pertama, "Si Paling Ekspresionis" untuk ekspresi melamun paling unik dan menghibur. Kedua, "Si Paling Bertahan Lama" bagi peserta yang paling tahan dari gangguan. Ketiga, "Si Paling Macak" untuk yang paling fashionable saat melamun.
Juri dalam perlombaan ini adalah Padma Sanjaya, praktisi mindfulness, dan Ali Ma’ruf, penulis serta pegiat slow living. Acara dipandu komentator Itak dan Fery Friday. Serunya, lomba ini gratis untuk ditonton, sehingga siapa pun bisa datang dan menyaksikan langsung keseruan peserta bertahan dalam lamunannya.
Pesan Tersembunyi
Pemilihan melamun sebagai tema utama lomba bukan tanpa alasan. Selama ini, melamun kerap dianggap sebagai hal negatif atau tanda kurang produktif, padahal hampir semua orang melakukannya, baik disadari maupun tidak.
Di tengah era yang serba cepat dan penuh tekanan, melamun justru bisa jadi ruang jeda untuk memproses pikiran, menenangkan hati, dan mengisi ulang energi. Pihak penyelenggara ingin mengingatkan bahwa bertahan dengan tenang di tengah "era ugal-ugalan" juga merupakan bentuk kekuatan.
Pesan yang ingin dibawa sederhana, namun relevan, yaitu melamun, melambat, dan nggak ngapa-ngapain itu nggak apa-apa, lho. Memberi jeda sejenak dari rutinitas bukanlah kemalasan, melainkan bagian dari menjaga kesadaran.
Melalui lomba ini, para peserta dan penonton diharapkan bisa melihat bahwa diam pun punya makna, apalagi jika dilakukan dengan sengaja.
Antusiasme dan Rencana ke Depan
Meski baru pertama kali diadakan, respons masyarakat cukup besar. Saat ini, jumlah pendaftar lomba melamun sudah mencapai sekitar 100 orang, yang berasal dari Yogyakarta maupun luar kota. Pendaftaran lomba ini ditutup Jumat malam, 15 Agustus 2025.
Untuk mekanisme lomba, pihak penyelenggara menyatakan, tidak ada batasan durasi melamun. Namun, keseluruhan acara diperkirakan selesai sekitar pukul 18.00 WIB. Juara akan ditentukan berdasarkan siapa yang paling lama bertahan dan mampu menahan distraksi.
Pemenang dalam perlombaan ini akan mendapatkan piala, goodie bag dari Bakpiamu, voucer makan di Lokanusa, Kartu Tanda Pelanggan Lokanusa, serta kebahagiaan dan kebanggaan jadi Pelamun Handal.
Melihat antusiasmenya, pihak penyelenggara berencana melanjutkan lomba ini. "Sepertinya menarik (jika) Lomba Melamun dihadirkan di berbagai spot yang asik untuk melamun agar pengalaman ini bisa dinikmati di tempat dan suasana berbeda,” ujarnya.