Liputan6.com, Tangerang - Kreativitas meracik bahan dan bumbu yang biasa menjadi kuliner yang lezat dan istimewa mengantarkan seorang mahasiswa asal Batam menjuarai kompetisi memasak yang digelar pada akhir pekan lalu. Apa sih yang dibuat mahasiswa tingkat akhir NHI Bandung bernama Muhammad Kabul itu?
"Menu klasik, saya modernisasi lagi. Ini sup berbahan dasar kembang kol, krim, butter, onion, garlic (bawang putih). Lalu, ada komponen lain, zucchini-nya. Isinya ada cream cheese dan pistachio," ia menjabarkan bahan-bahan yang dipakainya untuk memasak menu yang membawanya sebagai pemenang kategori cooking Elle and Vire Professionnel Young Chef Competition 2025 itu, Sabtu, 5 Juli 2025.
Cara memasaknya terbilang sederhana. Setelah dicuci bersih dan dipotong-potong, kembang kol direbus dan diblender bersama bahan-bahan lainnya, seperti bawang bombay, bawang putih, dan zucchini, sampai halus. Makanan itu terinspirasi dari cream soup yang biasa disajikan sebagai appetizer.
Dengan racikan yang tepat, rasa sup itu lebih kata, creamy, gurih, dan bisa dinikmati beragam kalangan, terutama kalangan atas. "Kembang kol mudah di dapat di Indonesia, jadi siapapun bisa berkreasinya," kata Kabul.
Racikan Kabul pun berhasil menggoyang lidah juri, salah satunya Chef Jean Baptiste Lavergne Morazzani. Ia merupakan koki berbintang Michellin asal Prancis.
Chef Muda Indonesia Potensial Berkembang
Kompetisi itu juga menggelar pertandingan kategori pastry. Pemenangnya adalah seorang chef muda yang bekerja di toko pastry ternama di Bali bernama Anis Anggita.
Ia membuat kue berbahan yoghurt yang dilapisi cokelat dan pistachio. Chef Jean mengaku jatuh hati dengan kreasi tersebut. "Saya melihat para peserta sangat bersemangat dan berkomitmen untuk mengikuti kompetisi ini," kata Jean.
Jean menyebut Indonesia memiliki banyak chef muda yang berbakat. Meskipun jenis dan bahan-bahan kuliner di Indonesia berbeda dengan negaranya, hal tersebut tidak menjadi halangan bakat para koki muda.
"Saya juga terkesan dengan kualitas para koki muda di Indonesia. Saya melihat mereka memiliki gairah di bidang ini sehingga saya percaya ke depannya mereka akan bisa sukses," jelasnya.
Ia melihat dunia kuliner Indonesia punya potensi berkembang dengan keunikannya. Itu termasuk dengan orang-orang yang berkecimpung di dalamnya dan kompetisi, sambung dia, merangsang mereka untuk berimprovisasi dan menciptakan kreasi sendiri.
"Kuliner Indonesia kita tahu ada sup, kita bisa buat mengkolaborasi, dan bisa bertukar kolaborasi antar-chef," katanya.
Pemenang Bisa Langsung Jadi Asisten Chef Internasional
Sementara, anggota dewan juri lainnya, Joris Bernard, Managing Director South East Asia, Savencia Fromage & Dairy mengatakan bahwa dengan mengikuti kompetisi internasional ini, para peserta berkesempatan melebarkan sayapnya di kancah dunia. Misalnya, terbuka kesempatan menjadi asisten chef.
"Nantinya juga bisa bertukar pengetahuan soal kuliner Indonesia dan Prancis," tuturnya.
Menurut dia, sebagai seorang koki, pengalaman sebagai chef merupakan hal yang bisa dijadikan jalan untuk meningkatkan karir lebih tinggi lagi. Karena itu, para pemenang kompetisi itu bakal mendapatkan pelatihan chef yang dibimbing oleh mentor profesional sebagai hadiah tak ternilai.
"Sehingga membuat koki muda tersebut mampu ditempatkan dimana saja karena keahlian dan pengalamannya untuk tingkat internasional," tuturnya.
Kompetisi ini diikuti 250 peserta dari seluruh Indonesia yang mengirimkan resep-resepnya. Panitia kemudian menyaringnya menjadi 48 besar yang diseleksi di Jakarta dan Bali. Dari situ, diseleksi 24 besar untuk masuk babak grand final, sebelum mendapatkan juara di dua kategori, cooking dan pastry.
Tips Mengelola Bisnis Kuliner Skala UMKM Menurut Chef Senior
Sementara itu, kuliner menjadi salah satu bidang usaha yang banyak digeluti pengusaha berskala UMKM. Salah satu chef papan atas Tanah Air, Rahmat Kusnedi mengatakan bahwa meski terlihat mudah, membesarkan UMKM bukan tanpa tantangan. Setidaknya ada dua jenis tantangan yang dihadapi yakni internal dan eksternal.
Tantangan internal terkait populasi UMKM di Indonesia yang besar dan harus naik level. UMKM di Indonesia yang berbasis tradisional tak boleh tertinggal jauh dengan yang berbasis digital. Keduanya harus berbenah. Karenanya, Rahmat Kusnedi dan tim gencar mengedukasi serta melatih pelaku UMKM agar punya standar seperti di luar negeri.
"Berkaca pada pengalaman ini, kita harus berbenah. Pertama, dari legalitas. Kedua, fasilitas. Ketiga, kualitas SDM. Keempat, material yang berkualitas. Kalau semua sudah memahami empat aspek ini, saya yakin kita akan punya kekuatan lebih," katanya, dikutip dari kanal Showbiz Liputan6.com.
Sementara terkait tantangan eksternal, Chef Rahmat mengatakan, "Melalui gastro diplomasi, melalui soft power-nya mereka. Secara tidak langsung, negara luar memandang Indonesia negara berpopulasi besar. Pasar yang sangat potensial."
"Kita ambil positifnya, UMKM Tanah Air bisa belajar kenapa sih mereka bisa laku dan bagus kualitasnya hingga diterima lebih banyak pasar. Ternyata, kemampuan di negara kita sendiri sebetulnya tidak kalah," ia menyambung.