Liputan6.com, Jakarta - BIYAN melakukannya lagi, mempersembahkan presentasi fesyen yang tidak terduga di Jakarta, Rabu, 30 Juli 2025. Ketika saya telah bersiap menerima stimulus dari ragam dekorasi show-nya, yang biasanya membuat saya sibuk menengok ke sana-sini, semalam, segumpal dedaunan raksasa berperan tunggal jadi "pusat orbit" para model.
Koleksi Spring/Summer 2026 bertajuk "A Chromatic Reverie" ini dibentuk "keagungan warisan kerajaan dan kekuatan tradisi budaya Indonesia yang tenang," ungkapnya. Karya ini merupakan studi tentang kontras dan emosi, di mana pakaian berbisik dalam pendar ungu muda, menyala melalui safron, dan bernapas dalam-dalam lewat warna zamrud dan biru tua.
Benang-benang emas yang menjalar melalui pakaian-pakaian desainer Indonesia itu bagai kenangan leluhur, ditenun tidak hanya pada kain, tapi juga menembus waktu. Setiap tampilan dimaksudkan membangkitkan rasa nostalgia, serpihan-serpihan masa lalu yang terbayang, terbalut sutra, sentimen, dan presisi.
115 Tampilan
Dipersembahkan dalam 115 tampilan, koleksi ini menafsirkan ulang tradisi melalui perspektif modern. Rangkaiannya tidak hanya merayakan warisan, namun juga bertujuan membentuknya kembali. "Pakaian jadi pusaka, simbol kenangan, kekuatan, dan kesinambungan lintas generasi," ungkapnya.
Mengacu pada lekuk halus Art Nouveau, koleksi ini menggantikan struktur kaku dengan geometri organik yang lembut, sulur botani, motif besi tempa, dan siluet mengalir yang mengaburkan batas antara alam dan arsitektur.
Tekstur yang terinspirasi shibori menambahkan efek tie-dye pada palet warna yang berubah dari keanggunan yang kalem jadi intensitas yang hidup. Paletnya mencakup ungu tua, lilac lembut, safron cerah, zaitun, tembaga, dan emas.
Romantis, tapi berani, karya-karya ini disempurnakan hiasan berlapis, seperti kristal, manik-manik tebal, tali makrame, aksen logam, dan sulaman emas yang rumit. Setiap detail dikerjakan dengan tangan dengan penuh perhatian, menawarkan kesan abadi dan keahlian, sebut sang desainer.
Ragam Siluet
Siluetnya beragam, mulai dari jahitan yang tajam hingga gorden pahatan, menggunakan sutra, taffeta, beludru, jacquard lamé, renda Prancis, dan gabardin untuk mengeksplorasi ketegangan dinamis antara maskulinitas dan femininitas. Gorden yang dipilin dan potongan eksperimental di rangkaiannya menciptakan perpaduan yang tenang antara struktur dan kelembutan.
Penghormatan terhadap warisan Indonesia sendiri muncul melalui interpretasi ulang kontemporer sarung dan beskap, yang menjiwai karakter pemberani, namun tetap berlandaskan pengendalian diri, membangkitkan nuansa baru kebangsawanan yang tenang.
Itu berpakain dalam gaya lapisan bersama celana panjang longgar dan outer serasi. Kehadirannya tidak semata jadi penambah warna, namun juga statement yang memberi kesan tampilan chic yang tidak membosankan.
Aksesori, seperti liontin besar, bros antik, tas tangan berpayet, dan syal sutra yang lapang hadir memperluas narasi. "Penggunaannya berfungsi sebagai jimat modern yang membawa kisah-kisah sangat pribadi," menurut Biyan.
Bahasa Identitas dan Warisan
Pada akhirnya, "A Chromatic Reverie" dimaknai lebih dari sekadar koleksi, melainkan sebuah atmosfer, sebuah memori visual, dan sebuah kisah yang bergerak. Koleksi ini mencerminkan keyakinan Biyan bahwa mode bukan hanya sebuah bentuk keindahan, tapi juga bahasa identitas dan warisan.
"Keindahan sejati tidak pernah pudar. Itu melekat personal, namun tetap terasa universal, agung, tapi lembut. Dalam koleksi ini, memori jadi bentuk, dan bentuk jadi sesuatu untuk dikenakan, dirasakan, dan diwariskan," tandasnya.
Dalam profilnya, Biyan merupakan desainer yang sukses menempatkan dirinya dalam peta high fashion global melalui label busana eksklusif, Biyan dan Studio 133 Biyan, label keduanya, menurut Titimangsa. Ia mempelajari mode di Muller & Sohn Privatmodecshule di Duesseldolf Jerman dan The London College of Fashion di Inggris.
Koleksi Biyan dikenal memiliki ciri yang memadukan unsur tradisional dan modern. Ia juga konsisten menampilkan konsep kreasi tentang kesederhanaan dan kemewahan dalam perspektif modern. Karya-karyanya tidak hanya dikenakan para perempuan Indonesia, namun juga oleh banyak wanita di seluruh dunia.