Kolaborasi Pertama Tulus x Sejauh Mata Memandang di Atas Kain Hitam, Sketsa Sederhana Penuh Makna

1 day ago 7

Liputan6.com, Jakarta - Tulus dan brand fesyen berkelanjutan Sejauh Mata Memandang kembali berkolaborasi. Tapi kali ini, kolaborasi mereka bukan di atas panggung sebagai artis dan sponsornya, melainkan berpadu di atas kain hitam dan biru tua.

"Kolaborasi ini kesempatan kesekian, tapi mungkin kita naik ke tahap berikutnya," kata Tulus dalam jumpa pers di Jakarta, Jumat, 18 Juli 2025.

Chitra Subiyakto, pendiri dan Direktur Kreatif Sejauh Mata Memandang, kata Tulus, memintanya untuk menggambar motif yang akan dicetak pada kain. Pesannya sederhana, pikirkan sesuatu yang ketika orang melihat, membuat mereka senang. 

Tulus yang berlatar belakang lulusan arsitektur Universitas Katolik Parahyangan menjawab tantangan itu. Ia yang selama ini menggambar hanya untuk mengisi waktu luangnya, beralih membuat motif yang bermakna untuk menjadi karya yang bisa dipakai orang banyak.

"Menggambar buat saya menenangkan, tapi enggak pernah kepikiran kalau sesuatu yang hanya sekedar menenangkan itu, bisa jadi baju gara-gara Mbak Chitra," tuturnya.

Dari sketsa tangannya, Tulus menciptakan sejumlah motif. Salah satunya berbentuk kombinasi kotak kosong, kotak berwarna, dan empat titik yang disusun menyerupai kain poleng.

"Kalau teman-teman lihat salah satu motif kotak di sini, saya mencoba menggambarkan sesuatu yang utuh. Kemudian, kalau lihat ada titik empat ini, yang sebelah kotaknya, saya menggambarkan sesuatu yang sudah lebur atau sesuatu yang sudah berubah bentuknya. Itu bagi saya, saya menggambarkan dinamika kehidupan. Ada utuh, ada lebur, ada sedih, juga ada senang," terangnya.

Alasan Memakai Kain Hitam

Tulus dan Sejauh Mata Memandang juga menciptakan motif hutan lengkap dengan pepohonan dan tanaman lainnya sebagai gambaran alam dan seluruh isinya. Hal itu merupakan pengingat akan pentingnya menjaga alam. 

Motif-motif itu selanjutnya diaplikasikan di atas kain katun dan TENCEL™️ dengan teknik cetak saring tangan yang dikerjakan bersama UMKM di Desa Duri Puri Kauh, Denpasar, Bali, serta teknik batik cap yang dikerjakan oleh mitra artisan batik di Pekalongan, Jawa Tengah. Koleksinya mencakup beragam produk, mulai dari pakaian pria, wanita, dan anak-anak, hingga scarf, outer, dan aksesori.

Potongannya sengaja dirancang tak mengikuti tren tertentu agar bisa dipakai dalam jangka waktu yang lama. Begitu pula soal keputusan mereka mencetak motif di atas kain hitam.

"Tulus social medianya juga semua hitam dan monokrom. Dan itu tuh sebenarnya warna yang bisa dipakai, dipadupadani dengan berbagai macam pakaian kita yang udah ada di lemari," terang Chitra. 

"Kalau dari saya pribadi, saya merasa warna hitam itu buat saya tuh, lagi-lagi dengan kapasitas saya ya, saya ngelihatnya itu sih, saya ngerasa kayaknya cocok aja kalau saya pakai baju warna hitam... Saya lebih minim risiko salah pakai baju gitu," imbuh Tulus.

Kampanyekan Pentingnya Pakai Baju Berulang-ulang

Lewat koleksi itu, Sejauh Mata Memandang dan Tulus ingin mengampanyekan tentang pentingnya menggunakan produk berulang-ulang demi menghemat sumber daya yang ada. Chitra menyebutkan bahwa dengan memakai berulang-ulang, artinya pakaian itu bisa dipakai dalam jangka waktu lama.

Hal itu nyatanya juga dipraktikkan oleh Tulus. Menurutnya, ia banyak belajar dari Chitra tentang cara menggunakan koleksi pakaian lamanya berulang-ulang untuk tampil di depan umum. Hal itu untuk menyiasatinya yang mengaku tak mudah menemukan baju yang nyaman dipakai.

"Kalau satu udah saya suka, saya seneng banget mengenakannya berkali-kali. Pemahaman tentang perpanjang umur pakai itu solusi yang baik sekali," ujar Tulus.

Bagi Tulus, dengan mengubah caranya menggunakan sesuatu yang pada dasarnya hal yang sama, barang itu akan terlihat berbeda pada kesempatan berbeda. Terlebih, ia memiliki prinsip lebih baik punya barang sekian tapi nilainya berkali-kali lipat, daripada punya barang berkali-kali lipat tapi nilainya terlihat sama saja.

Mendukung kampanye tersebut, Chitra dan timnya akan menggelar workshop tentang cara padu padan pakaian yang sudah ada di salah satu akhir pekan dalam Pameran Pasar Kita. Di pameran tersebut, koleksi kolaborasinya dengan Tulus juga akan dijual.

Pameran Pasar Kita

Pameran Pasar Kita adalah sebuah perayaan menyambut Hari Kemerdekaan Republik Indonesia ke-80 yang berlangsung dari 18 Juli hingga 31 Agustus 2025 di Rama Atrium, Lantai LG, East Mall, Grand Indonesia. Ditampilkan instalasi berupa tiang-tiang yang dibentuk menyerupai bentuk permainan panjat pinang. Bukan hadiah yang dipasang di ujung tiang, melainkan kain-kain perca yang pernah digunakan di pameran sebelumnya.

Mereka juga memanfaatkan panel kayu modular yang sebelumnya digunakan dalam berbagai acara Sejauh Mata Memandang. Sentuhan khas juga terlihat di area kasir Warung Pop-Up Sejauh, yang dihiasi ubin semen Tegel Kunci bermotif ayam, ikon visual yang telah melekat dengan identitas Sejauh.

Menurut Chitra, pameran itu terinspirasi dari nilai-nilai budaya dan tradisi Indonesia, khususnya pasar rakyat. Selain menggambarkan semangat kebersamaan yang ada di pasar, pameran ini merupakan respons terhadap kondisi ekonomi Indonesia yang semakin menantang bagi sektor padat karya, seperti tekstil dan fesyen, yang menghadapi tekanan akibat turunnya daya beli, tingginya biaya bahan baku, hingga ketatnya persaingan global.

"Melalui Pasar Kita,  kami ingin membuka ruang kolaborasi lintas sektor sekaligus mendukung keberlanjutan pelaku usaha kecil dan artisan lokal agar dapat terus bertumbuh. Karena itu, Pasar Kita juga menjadi wadah kurasi bagi berbagai UMKM dan artisan mitra Studio Sejauh dari berbagai daerah di Indonesia," kata Chitra. Total ada tujuh UMKM dan artisan lokal yang dilibatkan, meliputi Cusia by Shibiru, Craft Denim, Gekiori, Sakombu, Toja Indonesia, Kait Handmade, dan Vitarlenology.

Read Entire Article
Online Global | Kota Surabaya | Lifestyle |