Ketika Stasiun BNI City Jadi Taman Karya Seni, Akar Perjalanan Beri Makna Berbeda

8 hours ago 6

Liputan6.com, Jakarta - Ada kegiatan berbeda jelang akhir tahun di Stasiun BNI City selama 27--29 Desember 2025. Bertajuk Scenic Art Station: Karya Seni Ruang Publik dan Taman Seni, stasiun kereta itu disulap menjadi ruang temu antara mobilitas dan seni yang menghadirkan 25 booth karya seni, desain, serta produk kreatif yang dapat dinikmati gratis oleh para pengguna commuter line dan masyarakat umum.

Scenic Art Station menghadirkan kolaborasi lintas disiplin seni yang mempertemukan seniman, desainer, dan pelaku kreatif dalam satu ruang transit perkotaan. Kolaborasi itu digadang-gadang menjadi yang pertama di Indonesia, yakni ruang publik di stasiun kereta dimanfaatkan sebagai medium interaksi antara publik, seni, dan mobilitas harian.

Menambah semarak, fasad luar Stasiun BNI City dimanfaatkan sebagai medium meletakkan karya instalasi bertajuk Akar Perjalanan ciptaan seniman asal Jogja, Wisnu Ajitama. 

"Kereta api adalah urat nadi pergerakan. Akar adalah memori yang tertanam dalam tanah. Keduanya saling menembus ruang dan waktu -yang satu menciptakan jejak di atas tanah, yang lain menembus ke dalamnya," jelas Wisnu dalam keterangan tertulis yang diterima Lifestyle Liputan6.com, beberapa waktu lalu.

Mona Liem yang bertindak sebagai kurator dalam pameran itu menambahkan bahwa akar bisa menjadi simbol keterhubungan sejarah, komunitas, dan memori kolektif yang tertanam di bawah kota. Sementara, kereta api merupakan simbol modernitas, kecepatan, dan transformasi sosial.

"Keduanya bergerak dan menyambungkan: akar menyambungkan ekosistem bawah tanah, kereta menyambungkan manusia dan wilayah," imbuhnya.

Kolaborasi KAI dan Kemenekraf

PT Kereta Api Indonesia (Persero) bersama Kementerian Ekonomi Kreatif (KemenEkraf) bertindak sebagai inisiator kegiatan ini, membuka ruang kolaborasi lintas disiplin seni di ruang publik transportasi. KAI dan KemenEkraf memposisikan stasiun sebagai ruang urban yang hidup, tidak hanya berfungsi sebagai simpul mobilitas, tetapi juga sebagai tempat bertemunya gagasan, ekspresi, dan pengalaman kreatif.

Selain booth kesenian, KAI Group turut berpartisipasi dengan menampilkan berbagai produk dan layanan unggulan kepada pengunjung. Vice President Corporate Communication KAI Anne Purba menyampaikan bahwa kegiatan ini diarahkan untuk memperkaya pengalaman pelanggan di ruang publik transportasi.

"Stasiun merupakan ruang pertemuan berbagai aktivitas dan latar belakang masyarakat. Melalui Scenic Art Station, kami menghadirkan seni sebagai bagian dari pengalaman perjalanan, sehingga waktu tunggu dan pergerakan penumpang di stasiun menjadi lebih bernilai," ujar Anne.

Mengapa Digelar di Stasiun BNI City?

Berada di kawasan Sudirman, Stasiun BNI City berfungsi sebagai simpul integrasi Commuter Line, Kereta Bandara, dan jaringan TransJakarta. Tingginya intensitas pergerakan menjadikan kawasan ini sebagai ruang publik dengan dinamika perkotaan yang kuat. Dalam konteks tersebut, kehadiran seni di ruang transit memberikan pengalaman visual dan emosional yang menyatu dengan aktivitas perjalanan, tanpa mengganggu fungsi utama stasiun.

Pemilihan Stasiun BNI City juga didukung tingginya volume pelanggan Commuter Line dan Commuter Line Bandara Soekarno-Hatta yang terus meningkat. Pada 2022, stasiun ini melayani 162.671 pelanggan, meningkat menjadi 517.615 pelanggan pada 2023, lalu mencapai 1.193.096 pelanggan pada 2024.

Sementara pada periode Januari–November 2025, jumlah pelanggan mencapai 1.604.199 orang. Dengan arus tersebut, karya seni yang ditampilkan akan terekspos langsung kepada banyak pengguna setiap harinya.

Kolaborasi KAI dan Kemenekraf tidak berhenti di situ. Kedua belah pihak sejak beberapa waktu lalu memanfaatkan kereta untuk mempromosikan 11 karya Intellectual Property (IP) lokal lewat program Kereta IP. Wakil Menteri Ekraf Irene Umar menyebut kolaborasi itu sebagai bukti konkret penguatan ekosistem ekonomi kreatif melalui ruang publik.

Daftar 11 IP Lokal di Livery dan Stasiun Kereta Api

Sebanyak 11 IP lokal yang dihadirkan yaitu Jumbo, Lokerserem, Belanja Ria, Pletesan, Arlo, Glek n Go, Mora Olfi, Nine to Field, Menyonisme, Skudeye, dan Kosanimal. Melalui program Kereta IP, perjalanan kereta api tidak hanya berfungsi sebagai sarana mobilitas, tetapi juga sebagai ruang pengalaman kreatif.

"Kita harus berhenti melihat aset publik seperti kereta api hanya sebagai 'hardware' fungsional. Ini adalah kanvas. Sebuah kanvas raksasa untuk memamerkan 'software' terbaik bangsa kita, yaitu Kekayaan Intelektual (IP) lokal,” kata Wamen Ekraf Irene pada Jumat, 26 Desember 2025, dalam kesempatan berbeda.

Untuk livery Jumbo berada di Argo Dwipangga yang melalui sejumlah stasiun seperti Gambir, Bandung, Semarang Tawang, hingga Surabaya Pasar Turi. Sedangkan, livery tematik Natal 2025 & Tahun Baru 2026 dipasang di beberapa stasiun dan sejumlah layanan kereta api antar-kota, termasuk KA Argo Wilis/Turangga, KA Jayabaya/Gaya Baru Malam Selatan, KA Pandalungan, dan KA Argo Dwipangga, yang melayani relasi strategis seperti Bandung–Surabaya, Malang–Pasarsenen–Surabaya, Gambir–Jember, serta Solo–Gambir.

"Dengan menjangkau jutaan pasang mata di sepanjang rel kereta, kita tidak hanya menciptakan nilai ekonomi baru bagi para kreator, tetapi yang terpenting, kita membangun kebanggaan nasional setiap kali kereta ini melintas," ujar Wamenekraf.

Read Entire Article
Online Global | Kota Surabaya | Lifestyle |