Liputan6.com, Jakarta - Hari Lipstik Sedunia─yang diperingati setiap 29 Juli─pertama kali dicetuskan oleh maestro kecantikan Huda Kattan pada 2016. Setiap tahunnya, hari ini didedikasikan untuk merayakan ekspresi diri, kepercayaan diri, dan kekuatan warna lipstik yang tepat untuk meningkatkan suasana hati.
Meski aplikator lipstik yang kita lihat saat ini diciptakan di zaman modern, titik awal perjalanan alat makeup ini berawal pada 5000 SM, baik di budaya Lembah Indus (sekarang Pakistan dan India Barat), suatu daerah yang merupakan pusat kosmetik dan teknologi kuno, maupun di Mesopotamia kuno, tempat lipstik ditemukan bangsa Sumeria, dilansir dari Amazingly Magazine, Selasa, 29 Juli 2025.
Dengan dimulainya penggunaan "lipstik," penduduk Sumeria mengadopsi kebiasaan melukis bibir. Pigmen yang digunakan untuk mewarnai bibir ditemukan dalam pemakaman raja-raja Mesopotamia, bahkan disebutkan dalam daftar raja-raja Sumeria, disebut "pasta emas" dalam bahasa Sumeria dan "pigmen merah pada wajah" dalam bahasa Akkadia.
Pemain Besar Kosmetik Kuno
Di wilayah Mesopotamia, bersama benda-benda pemakaman lain yang terbuat dari emas, ditemukan pula sebuah kotak piramid berhias yang terbuat dari gading. Kebiasaan melukis bibir ini juga selaras dengan budaya-budaya lain di sekitarnya, karena tidak lama kemudian, orang-orang Suriah juga mulai melukis bibir mereka, serupa dengan orang-orang Babilonia dan Persia.
Di Persia (sekarang Iran), topeng dan patung yang menampilkan bibir merah telah ditemukan dan berasal dari tahun 3500 SM, serta dalam pemakaman orang-orang Iran pada periode sebelumnya. Topeng dan patung ini kemudian muncul di jalur perdagangan dan menyebar ke berbagai lokasi, bahkan lebih jauh di timur, di Jepang dan China, terdapat sejarah panjang melukis bibir.
Namun, Mesir merupakan pemain besar di dunia kosmetik kuno. Tidak jelas apakah penggunaan pigmen bibir mencapai Mesir kuno atau merupakan perkembangan yang terpisah dan independen. Namun, Mesir merupakan pusat awal kosmetik yang mencakup berbagai peralatan: perona bibir dan pipi, celak, serta banyak produk rias lainnya.
Perkembangan Lipstik
Selama masa kejayaan dan kemunduran kekaisaran, pentingnya lipstik meningkat dan warna-warna populer meliputi merah, oranye, magenta, dan biru-hitam. Dalam kehidupan sehari-hari, pigmen bibir diaplikasikan dengan tongkat kayu basah.
Pewarnaan bibir populer dalam budaya pra-Yunani kuno di wilayah Aegea di Kreta, Santorini/Thira, dan Minos, antara tahun 1700─1400 SM, dan terjadi di masyarakat penting dan kelas atas budaya Etruria pra-Romawi, di mana sebuah lipstik berusia 2500 tahun ditemukan di sebuah pemakaman Etruria.
Secara umum, dapat dikatakan bahwa ketika Mesir mulai runtuh dan budaya Yunani berkembang dan menyebar, lipstik dan riasan jadi dominan, terutama di kalangan pekerja seks komersial. Namun, jika pada awalnya orang Yunani menganjurkan kecantikan alami dan bersih tanpa riasan, mulai abad ke-4 SM, riasan jadi elemen penting dalam rumah tangga perempuan Yunani, pun dengan orang Romawi.
Pada periode antara 700─300 SM, melukis bibir memasuki budaya arus utama Yunani klasik, dan para perempuan biasanya melukis bibir mereka dengan warna merah menyala. Dengan runtuhnya Kekaisaran Romawi dan dimulainya era Kristen, pewarna bibir tetap populer di kalangan perempuan, meski ada kampanye anti-kosmetik yang dipimpin gereja.
Bukan Sekadar Kosmetik
Bahan-bahan pigmen bibir bervariasi di setiap daerah, tergantung pada bahan, warna, teknik, dan tingkat teknologi yang tersedia untuk menghasilkan warna tersebut. Sayangnya, beberapa bahan yang digunakan untuk menghasilkan pigmen lipstik adalah zat beracun yang dapat menyebabkan kematian, seperti merkuri dan vermilion.
Dalam masyarakat kontemporer, lipstik lebih dari sekadar kosmetik. Itu adalah pernyataan identitas pribadi dan alat ekspresi diri yang ampuh. Beragamnya warna dan hasil akhir yang tersedia memungkinkan setiap orang mengekspresikan suasana hati, emosi, dan aspek kepribadian mereka yang berbeda.
Menariknya, fenomena yang dikenal sebagai "efek lipstik" menggambarkan bagaimana konsumsi lipstik melonjak selama masa ekonomi yang sulit. Studi menunjukkan bahwa di masa ekonomi yang penuh tantangan, konsumen mungkin mengabaikan pembelian barang mewah yang lebih besar, tapi terus menikmati barang mewah yang lebih kecil dan lebih terjangkau seperti lipstik. Perilaku ini menggarisbawahi peran lipstik sebagai penambah suasana hati dan cara kecil, namun penting untuk mempertahankan rasa normal dan percaya diri selama masa-masa sulit.