Desainer Prancis Victor Clavelly Boyong Koleksi Andalan Berteknologi Cetak 3D ke JF3 2025

23 hours ago 8

Liputan6.com, Jakarta - Gelaran Jakarta Fashion and Food Festival (JF3) 2025 kembali digelar sejak 24 Juli hingga 2 Agustus 2025 di Jakarta dan Tangerang. Tahun ini, desainer asing kembali unjuk gigi di panggung runway, salah satunya adalah Victor Clavelly, desainer yang pernah bekerja sama dengan berbagai figur publik dunia, seperti Katy Perry, FKA Twigs, dan Beyonce.

Desainer Prancis itu digandeng LAKON Indonesia dalam fashion hari pertama JF3 di Summarecon Mall Serpong untuk memamerkan karya busana yang tak biasa dan teknik yang juga unik. Victor memboyong rangkaian koleksi berjudul Les Fragments yang diluncurkannya pertama kali di Paris Men's Fashion Week 2025.

"Karya saya mengeksplorasi tema anatomi, identitas, dan memori yang terfragmentasi, dan saya bersemangat untuk membuka dialog ini dengan audiens baru di Jakarta," katanya dalam jumpa pers di Tangerang, Rabu, 30 Juli 2025.

Spesifik terkait koleksi yang dibawakan, Victor menjelaskan inspirasi temanya. Ia membayangkan dunia pasca-antroposen dengan tubuh bersifat hibrida, dirakit ulang, dan berevolusi, tergantung di antara organik dan buatan. Proses pembuatannya memadukan siluet pahatan dan teknik cetak 3D.

Bawakan 21 Looks di JF3

Total ada 21 tampilan yang dibawakan lewat koleksi tersebut. Pertunjukan yang berlangsung sekitar satu jam itu seolah membawa penonton ke film sci-fi dengan setting tata cahaya yang redup, serba gelap, dan mistis.

Panggung dibuat megah dan persegi, menampilkan satu per satu model membawakan karya Victor yang mayoritas berwarna hitam dan gelap. Salah satu yang menarik perhatian adalah busana berwarna keperakan yang menampilkan lekuk tubuh perempuan secara detail. Aksesori wajah yang menutup mata mengingatkan pada kostum aktor di film-film alien.

Ada lagi jaket hitam berstruktur dengan bagian dada mengembang bak tulang belulang. Kesan futuristik begitu kental dengan penggunaan aksesori yang unik.

Victor menjelaskan bahwa koleksinya diproses dengan memadukan gambar sketsa tangan, dilanjutkan dengan pemodelan dua dimensi di komputer. Desain itu kemudian dikembangkan dalam bentuk 3D.

"Tentu ada trial and error. Jadi sebelum mendesain dalam bentuk 3D, saya tuangkan ke 2D, dirasa belum cocok, masih belum pas, diulang lagi, begitu terus, sampai akhirnya dilahirkan dalam bentuk 3D," ungkapnya.

Terbuka Kolaborasi dengan Desainer Indonesia

Kesan bervolume, tegas dan berkarakter, terlihat dari hasil akhir karyanya yang ternyata terinspirasi dari sejumlah tokoh dalam video game. Siluetnya menampilkan denim yang direkonstruksi, rantai besi modular yang dicetak dalam 3D, dan material pakaian yang kompleks. Seluruhnya dibuat di studionya yang berbasis di Paris.

Pertunjukannya di JF3 menandai lawatan pertamanya ke Asia. Ia merasa bersemangat menampilkan karyanya sendiri sekaligus antusias melihat karya desainer dari Indonesia.

Dalam  jumpa pers sebelum pertunjukan, Victor menyatakan bahwa desainer Indonesia punya karakter untuk menciptakan desainnya sendiri.

"Banyak sekali desainer Indonesia yang berbakat. Mereka akan menemukan karakter game ataupun tokoh pahlawan Indonesia yang bisa dituangkan dalam karya busana," ujarnya.

Ia pun terbuka untuk berkolaborasi dengan desainer-desainer lokal. Ia bahkan bersedia membantu menuangkan ide para desainer lewat teknologi kekinian. "Semua harus berasal dari ide sendiri, tidak perlu melibatkan AI," tegasnya.

Tema Utama JF3 2025

Tahun ini, JF3 mengusung tema Recrafted: A New Vision. Tema itu dipilih sebagai komitmen JF3 terhadap kreativitas, keahlian, dan keberlanjutan, mendorong para desainer untuk menembus batas, berinovasi dan bertransformasi tanpa kehilangan akar.

Tema itu juga menjadi sebuah gerakan yang mengajak seluruh pelaku industri untuk mendefinisikan ulang warisan budaya sebagai kekuatan di masa depan.

"Kami percaya bahwa fashion bukan sekadar benda. Fashion mengandung arti yang sangat luas, mencakup bahasa, warisan, seni, norma, etika, dan ilmu. Esensinya terletak pada keterampilan tangan. Namun agar tradisi bisa terpelihara, ia harus terus berkembang," ujar Thresia Mareta, penasihat JF3 sekaligus pendiri LAKON Indonesia, beberapa waktu lalu.

Thresia menegaskan komitmen JF3 untuk terus berkembang dan terhubung secara internasional. Ia menekankan pentingnya konsistensi dan kolaborasi dalam membangun industri fesyen Indonesia yang kuat dan berdaya saing global.

JF3 berharap seluruh pelaku industri dapat berperan aktif secara bersama-sama dalam membangun ekosistem fesyen Indonesia dengan semangat kolaborasi dan kualitas yang lebih matang. Ke depan, pihaknya mengaku akan semakin fokus untuk menjalin hubungan internasional demi mendukung kemajuan industri fesyen lokal.

Read Entire Article
Online Global | Kota Surabaya | Lifestyle |