Liputan6.com, Jakarta - Gletser, simbol megah dari alam yang membeku, kini menghadapi ancaman serius dari pemanasan global. Pertanyaan yang sering diajukan adalah, Bisakah gletser tumbuh kembali jika pemanasan global berhasil diatasi?
Mengutip dari laman Euronews, Minggu, 25 Mei 2025, sayangnya menurut ilmuwan, jawabannya adalah tidak dalam masa hidup kita. Penelitian terbaru menyoroti bahwa jika dunia melampaui batas pemanasan 1,5°C, gletser pegunungan mungkin tidak akan pulih selama berabad-abad.
Penelitian ini, yang merupakan studi pertama yang mensimulasikan perubahan gletser hingga tahun 2500 dalam skenario overshoot, menunjukkan bahwa kebijakan iklim saat ini menempatkan Bumi pada jalur pemanasan mendekati 3°C. Hal ini menimbulkan gambaran masa depan yang suram dan memperkuat urgensi untuk memperbaiki arah yang kita tempuh.
Dr. Fabien Maussion dari Universitas Bristol menekankan bahwa dunia yang melampaui batas 1,5°C jauh lebih berbahaya bagi gletser. Pada 2024 tercatat sebagai tahun terpanas yang pernah ada, menandai pertama kalinya suhu global melampaui batas 1,5°C.
Mengapa Batas 1,5°C Sangat Penting?
Target Perjanjian Paris untuk membatasi pemanasan hingga 1,5°C di atas tingkat pra-industri didasarkan pada rata-rata jangka panjang. Namun, dengan peringatan dari badan cuaca PBB, ada kemungkinan besar bahwa suhu global rata-rata bisa mencapai 1,5°C antara tahun 2024-2028.
Dalam skenario overshoot yang kuat, di mana pemanasan global mencapai 3°C sekitar tahun 2150 sebelum turun kembali ke 1,5°C pada tahun 2300, gletser diperkirakan akan kehilangan hingga 16 persen lebih banyak massanya pada tahun 2200, dibandingkan dengan dunia yang tidak pernah melewati ambang batas 1,5°C.
Ambang batas ini di samping 35 persen massa yang sudah berkomitmen untuk mencair bahkan pada suhu 1,5°C. Pencairan es gletser sejak tahun 2000 telah menaikkan permukaan laut hampir 2 sentimeter, menjadikannya penyumbang terbesar kedua kenaikan permukaan laut setelah perluasan air akibat pemanasan lautan. Ini adalah masalah serius yang menjadi tanggung jawab seluruh penduduk di bumi.
Dampak Pencairan Gletser dan Tantangan Pemulihan
Menurut Dr. Lilian Schuster dari Universitas Innsbruck, gletser di Pegunungan Alpen mungkin tidak akan pulih hingga sekitar tahun 2500. Penelitian ini tidak mencakup dua lapisan es kutub dunia, tetapi menunjukkan bahwa untuk gletser yang lebih kecil seperti di Pegunungan Alpen, Himalaya, dan Andes Tropis, pemulihan mungkin terjadi pada tahun 2500.
Ia menjelaskan bahwa fluktuasi air lelehan gletser di wilayah pegunungan ini memiliki dampak besar pada masyarakat di hilir. Di cekungan tempat gletser tumbuh kembali setelah suhu puncak, limpasan gletser berkurang lebih jauh daripada jika gletser tersebut stabil, sebuah fenomena yang dikenal sebagai 'air palung'.
Dr. Lilian Schuster menjelaskan bahwa sekitar setengah dari cekungan yang dipelajari akan mengalami beberapa bentuk air palung setelah tahun 2100. Meskipun masih terlalu dini untuk mengatakan seberapa besar dampaknya, tapi ada kekhawatiran serius akan masalah ini.
Masa Depan Gletser dan Tanggung Jawab Kita
Penelitian ini merupakan langkah awal untuk memahami konsekuensi kompleks dari iklim yang melampaui batas bagi sistem air yang dialiri gletser dan kenaikan permukaan laut. Dr. Maussion menyimpulkan bahwa melampaui batas 1,5°C, bahkan untuk sementara, mengunci hilangnya gletser selama berabad-abad.
Studi ini menunjukkan bahwa sebagian besar kerusakan ini tidak dapat diatasi begitu saja, bahkan jika suhu kemudian kembali ke tingkat yang lebih aman. "Semakin lama kita menunda pengurangan emisi, semakin kita membebani generasi mendatang dengan perubahan yang tidak dapat diubah," tegasnya.
Dengan demikian, dunia dihadapkan pada pilihan penting. Bahwa pemangku kepentingan dan setiap bertindak sekarang untuk membatasi pemanasan global dan melindungi gletser, atau menghadapi konsekuensi yang tidak dapat diubah bagi generasi mendatang, meski saat itu manusia yang masih ada saat ini sudah tidak ada di masa depan.