Liputan6.com, Jakarta - Departemen Kesehatan Australia Barat merilis peringatan kesehatan bagi warganya agar mewaspadai kasus campak. Peringatan dirilis menyusul seorang warganya yang baru pulang dari Bali terkonfirmasi terinfeksi campak.
Departemen Kesehatan sedang menyelidiki kemungkungan hubungan kasus tersebut dengan klaster Perth dan Pilbara. Otoritas kemudian merilis sejumlah lokasi yang harus diwaspadai karena diduga dikunjungi oleh pasien pada Kamis, 31 Juli 2025, hingga Rabu, 6 Agustus 2025.
Peringatan juga disampaikan oleh Departemen Kesehatan Australia Selatan. Mengutip laman news.com.au, Kamis (14/8/2025), peringatan dirilis menyusul temuan seorang warga Adelaide dikonfirmasi terinfeksi campak sepulang dari Bali. Mereka yang tidak mendapat vaksinasi campak penuh diminta memeriksakan diri, terutama yang pernah mengunjungi lokasi-lokasi berikut ini:
Klinik Kings Park, 309 Goodwood Rd, Kings Park pada 7 Agustus pukul 12.30 hingga 13.15;
Bandara Adelaide pada 5 Agustus pukul 13.30 hingga 14.30;
Penerbangan JQ499 dari Gold Coast ke Adelaide pada 5 Agustus berangkat pukul 11.00;
Penerbangan JQ498 dari Adelaide ke Gold Coast pada 5 Agustus berangkat pukul 07.30;
Bandara Adelaide pada 5 Agustus pukul 06.15 hingga 07.45;
Bandara Adelaide pada 4 Agustus pukul 18.15 hingga 19.15;
Penerbangan JQ126 dari Denpasar ke Adelaide pada 4 Agustus berangkat pukul 11.35;
Penerbangan JQ125 dari Adelaide ke Denpasar pada 3 Agustus berangkat pukul 06.15; dan
Bandara Adelaide pada 3 Agustus pukul 04.45 hingga 06.15.
Pastikan Sudah Divaksinasi Campak
Pelaksana Tugas Direktur Pengendalian Penyakit Menular dari Departemen Kesehatan Australia Barat, Dr. Clare Huppatz mengingatkan bahwa campak adalah penyakit yang sangat menular yang menyebar melalui udara ke orang-orang di dekatnya.
"Droplet di udara masih dapat menginfeksi orang yang memasuki ruangan hingga 30 menit setelah orang yang terinfeksi meninggalkannya," imbuhnya, mengutip laman resmi Departemen Kesehatan Australia Barat.
Gejala awal meliputi demam, kelelahan, batuk, pilek, dan mata perih, diikuti ruam merah yang tidak gatal tiga atau empat hari kemudian. Ruam biasanya dimulai di wajah dan menyebar ke seluruh tubuh.
Ia mengimbau siapapun yang berencana pergi ke luar negeri, sebaiknya menemui dokter umum atau dokter perjalanan untuk mengonsultasikan vaksinasi yang tepat sebelum bepergian dan memastikan diri telah disuntik vaksin campak terbaru. Mereka yang lahir setelah 1965 juga perlu memastikan telah mendapat dua dosis vaksin campak.
"Hal ini sangat penting sebelum bepergian ke luar negeri, karena wabah campak sedang terjadi di beberapa wilayah dan negara di seluruh dunia," ujarnya.
Catatan Kasus Campak di Australia
Dr. Huppatz menyatakan bahwa vaksin campak gratis bagi siapa pun yang lahir setelah 1965, menawarkan perlindungan tingkat tinggi terhadap penyakit ini, dan mencegah penyebaran di masyarakat. Orang yang khawatir terkena campak sebaiknya mencari pertolongan medis atau menghubungi layanan konsultasi kesehatan online.
"Mereka sebaiknya menghubungi dokter umum atau unit gawat darurat terlebih dahulu dan menyebutkan kemungkinan terkena campak sebelum datang ke sana, untuk meminimalkan kemungkinan penyebaran infeksi kepada orang lain," kata dia.
Sementara itu, kasus yang dialami pria yang baru pulang berlibur di Bali itu merupakan kasus campak keempat di Australia Selatan pada tahun ini. Total enam kasus tercatat tahun lalu.
Terjadi peningkatan kasus campak yang dilaporkan di Australia selama enam bulan terakhir, sebagian besar di antara orang-orang yang bepergian ke luar negeri. Sementara itu, terdapat delapan kasus campak yang didapat secara lokal yang teridentifikasi di Australia Barat pada Juli dan Agustus, yang terkait dengan kasus pada seorang pelancong luar negeri yang kembali.
Wabah Campak Muncul Kembali
Bukan hanya Australia, wabah campak nyatanya terjadi di berbagai belahan dunia. Dikutip dari laman DW Indonesia, Sabtu, 10 Mei 2025, di Yaman, tercatat lebih dari 10.000 kasus pada April 2025. Sementara, India melaporkan lebih dari 7.000 kasus, menjadikan campak sebagai penyebab kematian tertinggi akibat penyakit menular pada anak-anak di negara tersebut.
Amerika Serikat pun mengalami salah satu wabah campak terburuk dalam beberapa dekade. Virus ini bahkan telah menyeberang ke negara tetangga, Meksiko dan Kanada. Sejak awal 2025, ketiga negara ini telah mencatatkan 2.500 kasus dan empat kematian akibat campak.
Eropa juga tidak luput, di mana kasus campak meningkat dua kali lipat antara 2023 dan 2024, mencapai angka tertinggi sejak 1997 dengan 127.350 kasus tercatat pada 2024. Penyebab utama merebaknya kembali campak adalah turunnya tingkat vaksinasi.
Menurut Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Eropa (ECDC), 87 persen kasus campak pada 2024 terjadi pada orang yang belum divaksinasi.
"Campak kembali, dan ini adalah alarm peringatan," kata Direktur Regional WHO untuk Eropa, Hans P. Kluge, dalam pernyataannya. "Tanpa tingkat vaksinasi yang tinggi, tidak ada keamanan kesehatan. Setiap negara harus memperkuat upaya menjangkau komunitas yang belum divaksinasi."