Agresifnya Filipina Tingkatkan Kunjungan Wisata dari Indonesia, Buka Pantai Ramah Muslim hingga Makanan Halal

1 month ago 48

Liputan6.com, Jakarta - Banyak negara berlomba-lomba meningkatkan kunjungan wisatawan mancanegara terlepas dari isu overtourism yang menjadi momok perkembangannya. Tak terkecuali dengan Filipina yang makin agresif menyasar wisatawan Indonesia sebagai salah satu target pasar utama. Mereka pun menerapkan strategi wisata ramah muslim untuk mengakomodasi kebutuhan pelancong mengingat populasi umat muslim Indonesia adalah kedua terbesar di dunia. 

Filipina bekerja keras meningkatkan sektor pariwisatanya agar bisa bersaing dengan destinasi-destinasi lain untuk menggaet target pasar dari Indonesia. Salah satunya dengan membuka pantai ramah muslim pertama di Boracay Newcoatof Megaworld Hotels and Resorts pada 2024.

Pantai bernama Marhaba Boracay itu sebenarnya adalah pantai pribadi yang disulap sedemikian rupa agar hanya wisatawan muslim yang bisa menikmatinya. Menurut Executive Assistant IV Department of Tourism Halal Tourism and Muslim Concerns, Isabelle Ann Biscochom, pantai seluas 800 meter persegi itu terbagi menjadi area berenang khusus turis muslim perempuan dan untuk keluarga.

"Anda akan terpisah dari orang lain di pantai, sehingga Anda tidak perlu khawatir jika ingin berenang. Tidak ada yang akan melihatmu sebagai wanita muslim. Privasimu dilindungi," kata perempuan yang akrab disapa Bella ditemui di Jakarta, Selasa, 15 Juli 2025.

Hotel Ramah Muslim di Filipina

Pantai itu bagian dari kawasan Hotel Savoy Boracay Newcoast. Dibuka untuk umum, pengunjung bisa menikmati fasilitas yang tersedia, termasuk restoran tersertifikasi halal di sana. "Jadi, Anda tidak perlu menginap di hotel itu," katanya.

Bella menyebut konsep tersebut rencananya akan direplikasi di Bohol, destinasi wisata andalan Filipina lainnya, pada tahun ini. Bohol merupakan salah satu pulau terbesar di Filipina yang terletak di bagian selatan dari negara kepulauan. Tempat itu dikenal dengan wisata pantainya dan berbagai macam resort.

Selain pantai ramah muslim, pihaknya juga gencar membenahi akomodasi di Filipina agar juga ramah muslim. Di bawah National Tourism Development Plan (NTDP) 2023--2028, Departemen Pariwisata Filipina merilis Panduan Akomodasi Ramah Muslim sebagai acuan bagi pelaku bisnis dalam memberi layanan yang ramah muslim. Total ada 27 hotel, mayoritas di Manila, yang diakui sebagai ramah muslim.

"Hotel kami menyediakan penunjuk arah shalat. Mereka juga menyediakan sajadah dan Quran untuk memudahkan tamu beribadah. Ada juga yang memiliki dapur halal," kata Bella.

Naik Peringkat di Global Muslim Travel Index 2024

Umat muslim juga bisa menikmati wisata kuliner di Filipina dengan bermunculannya restoran halal di sana. Salah satunya adalah menikmati adobo, makanan khas Filipina yang biasanya berbahan dasar daging babi tetapi tersedia versi halalnya.

Bahkan, jika ingin merasakan suasana lokal Filipina yang kental tapi ramah bagi muslim, Bella merekomendasikan kunjungan ke Mindanao. Berlokasi di Filipina Selatan, wilayah itu didiami oleh suku Moro yang mayoritas beragama Islam. Maka, tak perlu khawatir untuk mencicipi makanan lokal karena rata-rata disajikan berdasarkan aturan Islam, yakni halal.

Lewat berbagai upaya tersebut, Filipina berhasil naik peringkat secara signifikan di daftar Global Muslim Travel Index 2024. Posisinya sebagai destinasi ramah muslim terbaik di antara negara-negara non-OKI naik empat peringkat, dari nomor 12 ke nomor 8.

"Kita kini terkenal sebagai destinasi ramah muslim karena pemerintah kami sangat agresif dalam hal mempromosikan Filipina kepada saudara-saudara muslim kami. Bahwa, pemerintah kami telah memasukkan wisata halal dan perjalanan ramah muslim dalam rencana pengembangan pariwisata nasional kami," imbuh Bella.

Transportasi Masih Jadi Tantangan

Strategi yang disusun tak lepas dari target besar meningkatkan jumlah kunjungan wisata dari Indonesia ke Filipina yang saat ini dinilai belum seimbang. Menurut data, total kunjungan wisatawan Indonesia yang melancong ke Filipina baru 27 persen kontribusinya. Sebaliknya, 73 persen warga Filipina berkunjung ke Indonesia.

"Kami ingin lebih seimbang. Saya harap kami bisa meningkatkan sekurang-kurangnya 15 persen dari yang kami miliki sekarang, menjadi 42 persen warga Indonesia yang melancong ke Filipina," kata Azucena C. Pallugna, Direktur Office of Market Development, Departemen Pariwisata Filipina, di Jakarta.

Namun, ada kendala yang masih menantang pergerakan wisatawan antara kedua negara. Salah satunya terkait terbatasnya jadwal penerbangan dan rute yang dilayani.

Saat ini, Philipine Airlines, maskapai nasional Filipina, hanya menyediakan penerbangan langsung dari Jakarta-Manila dan Denpasar-Manila dengan dua jadwal setiap hari. Sebaliknya, maskapai nasional Indonesia belum ada yang membuka rute penerbangan ke Filipina.

Selain itu, sarana transportasi umum di dalam kota, khususnya Manila, belum sebaik di Jakarta. Masyarakat setempat mengandalkan tranportasi via aplikasi untuk pergi ke mana-mana. Filipina juga baru merintis bus wisata yang disebut Uxplor dengan target utama adalah pelancong solo atau mandiri.

Read Entire Article
Online Global | Kota Surabaya | Lifestyle |