Liputan6.com, Jakarta - Tiga desainer asal Korea Selatan, yakni Choi Chung-hoon, Baek Juhee, dan Junebok Rhee, berpartisipasi dalam acara Jakarta Fashion and Food Festival (JF3) 2025. Karya mereka unjuk gigi di salah satu ajang mode bergengsi di Indonesia yang tahun ini berlangsung di dua lokasi, yakni pada 24─27 Juli 2025 di Summarecon Mall Kelapa Gading dan 30 Juli--2 Agustus 2025 di Summarecon Mall Serpong.
Ketiga desainer Korea itu berusaha memberi warna di acara mode bergengsi tahun ini yang mengangkat tema Recrafted: A New Vision. Tema itu dipilih sebagai komitmen JF3 terhadap kreativitas, keahlian, dan keberlanjutan, mendorong para desainer untuk menembus batas, berinovasi dan bertransformasi tanpa kehilangan akar. Tema itu juga menjadi sebuah gerakan yang mengajak seluruh pelaku industri untuk mendefinisikan ulang warisan budaya sebagai kekuatan di masa depan.
"Kami percaya bahwa fashion bukan sekadar benda. Fashion mengandung arti yang sangat luas, mencakup bahasa, warisan, seni, norma, etika, dan ilmu. Esensinya terletak pada keterampilan tangan. Namun agar tradisi bisa terpelihara, ia harus terus berkembang," ujar Thresia Mareta, penasihat JF3 sekaligus pendiri LAKON Indonesia, beberapa waktu lalu.
Choi Chung-hoon Bawa Koleksi Hasil Rekonstruksi
Bersamaan dengan semangat tersebut, ketiga desainer Korea yang tampil di JF3 juga dikenal punya gaya unik yang menggabungkan unsur tradisional Korea dengan sentuhan modern. Karya mereka ditampilkan pada Sabtu, 26 Juli 2025.
Choi Chung-hoon adalah perancang busana asal Korea Selatan yang merilis merek DOUCAN pada 2011. Pria yang pernah bekerja untuk Kenzo, Chanel, dan Givenchy itu menyelesaikan pendidikannya di Studio Bercot, Prancis.
DOUCAN adalah merek busana wanita Korea yang menyatukan fantasi timur dengan sentuhan modern. Merek ini dikenal dengan cetakan yang cerah dan terinspirasi alam serta siluet yang elegan.
Koleksi yang ia keluarkan pada acara JF3 Fashion Festival 2025 bertema rekonstruksi memori atau membangun kembali kenangan-kenangan koleksi yang telah ia buat sebelumnya. Saat ditanya mengenai cerita menarik di balik koleksinya, ia mengatakan bahwa, "Koleksi ini adalah koleksi yang direkonstruksi dengan melacak kembali kenangan dari koleksi-koleksi yang telah dipamerkan sejak awal peluncuran hingga saat ini."
"Kenangan-kenangan tersebut direkonstruksi secara tidak sadar. Koleksi ini mengandung DNA saya. Ia mengandung semua kenangan yang saya sukai. Ini adalah koleksi yang menggambarkan diri saya dengan baik," sambungnya.
Baek Juhee Bawa Hanbok yang Berbeda
Baek Juhee adalah desainer Korea yang berpengalaman lebih dari 20 tahun dalam merancang hanbok tradisional dan busana wanita kontemporer. Ia menciptakan REONVE, merek mode premium yang menginterpretasi estetika tradisi Korea dalam bentuk modern.
Dalam jumpa pers, ia berkata, "Melalui REONVE, saya menghadirkan busana yang elegan dan berkelanjutan. Busana ini dibuat secara handmade oleh para pengrajin, dirancang untuk momen yang bermakna dan tidak terlupakan."
Judul koleksi yang ditampilkan oleh Baek pada acara JF3 Fashion Festival 2025 adalah Whispers of Heritage. Koleksi ini menangkap perpaduan halus keindahan tradisional Korea ke dalam ritme kehidupan wanita modern.
Berbagai tekstur dan berat kain dihiasi dengan detail tradisional seperti bordir, quilting (teknik menjahit yang menggabungkan tiga lapisan kain), dan patchwork (teknik menggabungkan potongan kain menjadi satu), mencerminkan harmoni antara warisan dan modernitas.
Baek mengatakan tentang filosofi koleksinya, "Selama karier saya, saya telah mengeksplorasi keseimbangan antara hanbok dan busana wanita kontemporer, mengembangkan gaya unik di mana kedua dunia tersebut berpadu harmonis." Ia menambahkan, "Koleksi ini melanjutkan filosofi tersebut, yaitu menginterpretasi ulang estetika halus tradisi Korea menjadi busana seni modern, dan kini dipamerkan di panggung global melalui JF3 Fashion Festival."
Junebok Rhee Berusaha Tak Terjebak Tren
Junebok Rhee, pendiri merek busana bernama RE RHEE, yang berdasarkan pada filosofi "Menemukan Kembali Jati Diriku". Ia memulai kariernya di London setelah menyelesaikan studi desain mode dan cetak di Central Saint Martins.
RE RHEE telah membangun kehadiran global yang kuat. Merek ini menolak tren sesaat dan memilih pendekatan abadi, meringkas desain ke bentuk intinya melalui siluet terstruktur, detail yang halus, dan penggunaan material yang sadar lingkungan.
Koleksi yang ditampilkan Junebok Rhee di JF3 berjudul This Appearance: Disappearance. Judul ini mengeksplorasi terbentuknya dan lenyapnya mode secara sementara, serta keberadaan dan hilangnya esensi dibaliknya.
Junebok mengatakan tentang inspirasi, filosofi, dan cerita di balik koleksi ini. "Memadukan hal-hal yang bertolak belakang bahwa kemegahan masa kini pada akhirnya akan memudar dan hanya menjadi cerita di masa lalu. Tren-tren setiap musim yang bersifat sementara namun bersinar, diibaratkan seperti percikan sesaat, memukau tetapi cepat dilupakan."
Ia menambahkan, "Koleksi ini menunjukkan bagaimana warna, tekstur, dan bentuk bisa berubah seiring waktu, seperti halnya segala sesuatu yang terus berubah."