Studi: Hidup Bersama Hewan Peliharaan Dapat Mengubah Sistem Kekebalan Tubuh

1 day ago 10

Liputan6.com, Jakarta - Hewan peliharaan telah lama dianggap sebagai sahabat manusia, namun penelitian terbaru menunjukkan bahwa mereka juga dapat memainkan peran penting dalam kesehatan kita, terutama dalam memodifikasi sistem kekebalan tubuh. Hidup bersama hewan peliharaan tidak hanya membawa kebahagiaan, tetapi juga dapat mengurangi risiko alergi, eksim, dan bahkan kondisi autoimun.

Mengutip dari BBC, Rabu (4/6/2025), studi yang dilakukan pada komunitas Amish di Indiana menunjukkan bahwa gaya hidup mereka yang unik, termasuk interaksi erat dengan hewan, memiliki dampak positif pada sistem imun. Meskipun tingkat kondisi terkait imun seperti asma dan alergi meningkat secara global sejak tahun 1960-an, hal ini tidak terjadi pada suku Amish.

Para peneliti percaya bahwa paparan mikroba dari hewan peliharaan sejak usia dini membantu membentuk sistem kekebalan tubuh yang lebih kuat. Untuk memahami lebih jauh, para ilmuwan membandingkan komunitas Amish dengan komunitas Hutterites di South Dakota. 

Kedua komunitas memiliki banyak kesamaan, termasuk keturunan Eropa dan pola makan yang sehat. Namun, tingkat asma dan alergi pada anak-anak Hutterites jauh lebih tinggi dibandingkan dengan Amish.

Efek Pertanian Mini dan Perlindungan Hewan Peliharaan

Perbedaan utama adalah bahwa Hutterites telah mengadopsi teknologi pertanian modern, sementara Amish masih hidup dalam kontak dekat dengan hewan. Penelitian pada 2016 menunjukkan bahwa anak-anak Amish memiliki sel-sel T regulator yang lebih baik, yang membantu mengontrol respons kekebalan tubuh.

Debu rumah Amish menunjukkan paparan mikroba yang lebih besar, yang kemungkinan besar berasal dari hewan peliharaan mereka. Fenomena efek pertanian mini menunjukkan bahwa risiko alergi pada anak-anak berkurang seiring dengan jumlah hewan peliharaan yang mereka miliki di rumah.

Penelitian lain mendukung temuan ini, menunjukkan bahwa anak-anak yang tumbuh di peternakan atau memiliki hewan peliharaan seperti anjing, memiliki risiko lebih rendah terkena asma dan alergi. Jack Gilbert, seorang profesor di University of California San Diego, menyatakan bahwa interaksi fisik dengan hewan ternak dapat mengurangi kemungkinan terkena asma atau alergi hingga 50%. Bahkan, memiliki anjing di rumah dapat mengurangi risiko ini sebesar 13-14 persen.

Hewan Peliharaan sebagai Probiotik Baru?

Sejak studi Amish diterbitkan, minat terhadap efek protektif hewan peliharaan semakin meningkat. New York Times bahkan menyebut hewan peliharaan sebagai probiotik baru. Interaksi kita dengan hewan memungkinkan mikroba dari bulu dan kaki mereka menempel di kulit kita, memberikan dampak positif pada sistem kekebalan tubuh.

Dengan temuan ini, hewan peliharaan bukan hanya teman setia, tetapi juga mitra kesehatan yang potensial. Meskipun tidak semua orang akan mengalami manfaat yang sama, bukti menunjukkan bahwa hidup bersama hewan dapat memberikan perlindungan tambahan terhadap berbagai kondisi kesehatan.

Jadi, apa yang terjadi? Mungkin tidak mengherankan, mengingat sifat manusia yang mudah disentuh dan kegemaran kita membelai dan membelai hewan peliharaan. Saat kita hidup bersama hewan, mikroba dari bulu dan telapak kaki mereka terbukti menempel di kulit pemilik hewan, setidaknya untuk sementara waaktu. 

Adanya Mikrobioma di Hewan Peliharaan

Hal ini menimbulkan dugaan bahwa "mikrobioma" dapat dihuni oleh serangga dari hewan peliharaan kita. Ini adalah kumpulan koloni mikroba besar yang hidup di kulit kita, di mulut kita, dan terutama di usus, yang menampung konsentrasi sel imun tubuh kita yang signifikan.

Menurut Nasia Safdar, seorang profesor penyakit menular di University of Wisconsin di AS, konsep ini telah menarik minat dari industri makanan hewan peliharaan. Idenya adalah untuk mengembangkan produk yang dipasarkan sebagai pendorong pertumbuhan bakteri menguntungkan pada kucing dan anjing, yang kemudian dapat ditularkan ke pemiliknya, katanya.

"Sudut pandang itu menarik bagi orang untuk didanai, karena bagi kebanyakan dari kita, kondisi manusialah yang kita minati," kata Safdar. "Jadi, apa peran hewan dalam hal itu?" tanyanya.

Safdar mengatakan bahwa ia sedang mempertimbangkan untuk menjalankan sebuah penelitian yang melibatkan pengumpulan sampel feses dari hewan peliharaan dan pemiliknya ketika mereka datang untuk pemeriksaan dokter hewan berulang kali untuk melihat apakah usus mereka menjadi lebih mirip secara mikroba seiring berjalannya waktu. 

Read Entire Article
Online Global | Kota Surabaya | Lifestyle |