Liputan6.com, Jakarta - Ada banyak cara berekspresi mengkritisi isu sosial di masyarakat. Salah satunya melalui seni, seperti yang dilakukan oleh seniman visual Muchlis Fachri atau yang lebih akrab dengan nama Muklay.
Ia membuat unggahan foto kawasan wisata Raja Ampat yang digabungkan IP karakter buatannya Jakbrik and Dhisego. Di foto terlihat karakter Jabrik sedang berada di tengah-tengah keindahan gugusan pulau-pulau di Raja Ampat.
Jabrik dividualisasikan sedang duduk di lautan pulau tersebut sambil tampak menangis dan marah. Tak sendirian, Jabrik yang mengenakan pakaian motif bunga-bunga ungu tengah bersama visual hewan seperti gurita dan bulu babi dengan bulatan mata besar yang tampak terbelalak.
"Belum pernah kesana, tapi selalu pengen kesana, sekarang salah satu destinasi terindah di dunia akan rusak #saverajaampat," tulis Muklay sebagai keterangan foto, yang diunggah di akun Instagram pribadinya @muklay pada 7 Juni 2025.
Tim Lifestyle Liputan6.com mencoba menghubungi Muklay untuk bertanya motivasinya membuat unggahan, apakah sekadar meramaikan tagar Save Raja Ampat? Seniman visual itu mengizinkan kontennya dimuat, namun mengaku tidak berkenan ditanyai lebih lanjut.
Keberadaan Tambang Nikel di Raja Ampat Disorot
Keberadaan tambang nikel di destinasi wisata Raja Ampat Papua sedang disorot. Tak lain tagar Save Papua menggema di media sosial dengan unggahan video protes Greenpeace yang viral.
Terkait hal itu, Sekretaris Utama Kementerian Lingkungan Hidup (KLH)/Badan Pengendalian Lingkungan Hidup (BPLH) Rosa Vivien Ratnawati, Rabu, 4 Juni 2025 mengatakan, pihaknya sedang menindaklanjuti mengenai keberadaan tambang nikel di Raja Ampat, Papua Barat Daya.
"Saya hanya bisa menanggapi sedikit, karena Deputi Gakkum juga sudah menindaklanjuti itu," kata Vivien, seperti dikutip dari Antara.
Dirinya juga mengatakan, pihaknya sedang melakukan pengembangan dan langkah penegakan hukum. Vivien merujuk kepada Deputi Bidang Penegakan Hukum (Gakkum) KLH/BPLH yang disebutnya sedang mendalami kabar mengenai keberadaan tambang nikel yang berada dekat Raja Ampat, salah satu destinasi wisata unggulan Indonesia.
Keberadaan tambang nikel itu dikhawatirkan sejumlah pihak berdampak kepada ekosistem alam di sekitarnya, mengingat kelestarian Raja Ampat menjadi salah satu penarik wisatawan baik domestik maupun asing untuk mengunjunginya.
Izin Tambang Siapa yang Berikan?
Sebelumnya, mengutip kanal Regional Liputan6.com, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia pada Selasa, 3 Juni 2025 mengatakan akan memanggil pemegang izin tambang nikel di kawasan Raja Ampat untuk melakukan evaluasi aktivitas pertambangan.
Dari pihak pemerintah daerah, Bupati Raja Ampat Orideko Burdam pada Sabtu, 31 Mei 2025 mengatakan kewenangan pemberian dan pemberhentian izin tambang nikel berada pada pemerintah pusat di Jakarta. Hal itu membuat pemerintah daerah (pemda) kesulitan mengintervensi tambang yang diduga merusak dan mencemari hutan serta ekosistem Raja Ampat.
Adapun Menteri Lingkungan Hidup (MenLH), Hanif Faisol Nurofiq, turut mengomentari dugaan eksploitasi tambang nikel yang membuat tagar Save Raja Ampat menggema di media sosial. Ia menyebut bahwa pihaknya tengah menyelidiki apa yang terjadi di wilayah di Provinsi Papua Barat Daya tersebut.
"Secepatnya kami akan ke sana─atau paling tidak─kami akan segerakan ambil langkah hukum terkait kegiatan di Raja Ampat setelah melalui kajian-kajian kami," kata MenLH di sela acara puncak peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia di Kuta, Bali, Kamis, 5 Juni 2025.
Menteri Lingkungan Hidup Angkat Bicara
"Insya Allah di waktu segera saya akan berkunjung ke Raja Ampat melihat langsung apa yang sudah digempar-gemparkan oleh media dan masyarakat," ia menambahkan.
Di kesempatan yang sama, Wakil Menteri Pariwisata (Wamenpar) Ni Luh Puspa meminta kawasan alam di Raja Ampat, dijaga. Menteri Pariwisata (Menpar) Widiyanti Putri Wardhana, kata dia, telah memanggil Gubernur Papua Barat Daya Elisa Kambu ke Jakarta, Rabu, 4 Juni 2025.
"Kami harap itu tidak dirusak. Itu benar-benar bisa dibiarkan seperti itu saja, dijaga sebagai warisan untuk anak cucu kita ke depan," Wamenpar mengatakan, lapor Antara. Ni Luh menyebut, kawasan itu memiliki potensi wisata alam dan menarik kunjungan wisatawan berkualitas.
"Kami tidak melihat kuantitas, tapi wisatawan berkualitas. Tentu dengan harga yang mereka bayar, mereka ingin dapat pengalaman lebih berkualitas. Jadi kami mohon itu dijaga," ucapnya.