Liputan6.com, Jakarta - Potensi wisata bahari di Indonesia belum tergarap maksimal. Wisata kapal pesiar, misalnya, masih berpusat hanya di sekitar Kepulauan Seribu, Bali, dan Labuan Bajo, padahal permintaan jenis wisata minat khusus ini terbilang cukup tinggi.
Namun, investor yang terjun di bisnis ini masih bisa dihitung dengan jari. Salah satunya ada Reina Yacht Jakarta yang beroperasi di Kepulauan Seribu.
"Kapal yacht kami cukup memadai, karena untuk kapal-kapal yang kapasitasnya di atas 50 orang, rata-rata adalah kapal transportasi," ungkap Chief Marketing Officer Reina Yacht Jakarta, Febriana, saat ditemui Lifestyle Liputan6.com di pameran Indonesia Maritime Week (IMW) 2025, Senin, 16 Mei 2025.
"Per bulan kita biasaya trip minimal 15 kali dengan kapasitas 90 orang," sambungnya, seraya mengatakan bahwa Mei, Juni, dan Juli merupakan high season mereka.
"Laut Jakarta itu sebenarnya bagus banget kayak di Bali, tapi posisinya ke arah utara Pulau Pari, airnya biru kayak di Bali," sebut Febri menyoroti potensi wisata bahari Kepulauan Seribu.
Harga dan Fasilitas Yacth di Kepulauan Seribu
Kapal Yacth Reina memiliki dua jenis trip. Pertama, short trip dengan durasi lima jam, dengan kapal biasanya berlabuh di depan Pulau Bidadari. "Aktivitasnya, orang-orang enjoy party di yacth. Ada pula yang sewa jetsky," sebut Febri.
Kedua, trip dengan durasi 10 jam, yang merupakan jenis perjalanan paling diminati. Kapal yacth akan menjelajah Pulau Ponco hingga Pulau Sepa yang baru direnovasi.
Harga sewa yacth dihitung per satu kapal, dibanderol mulai dari Rp29 juta untuk lima jam dan Rp59 juta untuk 10 jam, serta Rp69 juta untuk durasi 12 jam. Anda yang ingin menggelar acara pernikahan intim juga bisa menyewa yacth, dengan harga mulai Rp110 juta.
"Aku rekomendasi di angka 70 orang (kapasitas tamu undangan)," sarannya.
Fasilitasnya termasuk free flow minuman, sementara tamu boleh membawa makanan dan katering dari luar. Kapal ini juga memiliki fasilitas dining area, serta ruang karaoke, sekaligus meeting room berkapasitas 50 orang.
Hingga kini, menurut Febri, belum ada operator kapal luxury lainnya di Kepulauan Seribu. "Tapi kabarnya, ada kapal baru yang akan masuk ke Kepulauan Seribu pada akhir 2025," sebut dia.
Kapal Pinisi di Labuan Bajo
Selain Kepulauan Seribu, permintaan wisata kapal pesiar juga cukup tinggi di Labuan Bajo. Salah satu pemain kapal yacth lokal adalah Navila Group yang memiliki kapal pinisi, kapal layar tradisional dari Sulawesi Selatan yang telah diakui sebagai warisan budaya takbenda UNESCO sejak 2017.
Labuan Bajo telah jadi destinasi yang menarik bagi turis asing, seperti Singapura dan Eropa, namun saat pandemi, tempat ini dipenuhi wisatawan lokal. "Setelah dibuka penerbangan internasional, ramai lagi (wisatawan asing)," kata Chief Product Officer Navila Group, Yohhanes Yudhie, saat ditemui Senin, 26 Mei 2025.
Permintaan kapal wisata dalam sebulan bisa mencapai delapan trip per kapal, dengan durasi perjalanan dua hingga tiga malam setiap trip. Navila Group memiliki dua kapal pinisi dengan kapasitas kapal 12 dan 16 orang.
Peminatannya sampai saat ini cukup tinggi meski harganya premium, yaitu mulai Rp7 juta per orang. Bahkan, menurut Yohanes, trip yang dilakukan juga mulai menyasar perjalanan ke Banda Neira dan Raja Ampat.
Pelabuhan Benoa di Bali Jadi Hub Wisata Bahari
Terkait potensi wisata kapal pesiar dan fasilitas pendukung di pelabuhan, Sekretaris Jenderal Kementerian Perhubungan (Kemenhub) Antoni Arif Priadi menyatakan, pemerintah telah menetapkan Pelabuhan Benoa di Bali sebagai hub wisata bahari melalui Bali Maritime Tourism Hub (BMTH). Nantinya, dalam penepatan itu, BMTH akan melayani kapal-kapal pesiar yang bisa bersandar di Pelabuhan Benoa.
"Kapal pesiar sudah mulai masuk ke Benoa dan fasilitasnya sudah berstandar internasional. Kami juga sedang kembangkan di bawah pelabuhan, tapi hub pintu masuknya di Benoa," sebut Antoni saat jumpa pers Indonesia Maritime Week 2025 di Jakarta, Senin.
Lebih lanjut, ia menyebut, pemerintah tengah menyiapkan Pelabuhan Makassar di Sulawesi Selatan sebagai hub ekspor-impor untuk mempercepat distribusi barang dan menekan biaya logistik dari timur Indonesia. Ini juga bermaksud memangkas jalur distribusi yang selama ini melewati Jakarta.