Posisi Pendaki Brasil yang Jatuh di Gunung Rinjani Terpantau Melalui Drone

6 hours ago 4

Liputan6.com, Jakarta - Upaya evakuasi terhadap seorang pendaki asal Brasil bernama Julia, yang jatuh di kawasan Gunung Rinjani, Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) masih terus berlanjut. Petugas dari Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) berkolaborasi dengan TNI-Polri dan Tim SAR untuk melakukan pencarian yang lebih intensif.

Pada Senin, 23 Juni 2025, tim SAR Gabungan terus melanjutkan proses evakuasi di tebing sekitar Cemara Nunggal, jalur menuju puncak Rinjani. Melansir dari akun Instagram resmi Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR), Selasa (24/6/2025), pada Senin, 23 Juni 2025 pukul 06.30 WITA, korban berhasil terpantau menggunakan drone, dalam posisi tersangkut di tebing batu pada kedalaman sekitar 500 meter dan secara visual dalam keadaan tidak bergerak.

Dua personel rescue diturunkan untuk menjangkau lokasi korban dan mengecek titik pembuatan anchor (jangkar) kedua di kedalaman sekitar 350 meter. Namun, setelah observasi, ditemukan dua overhang besar sebelum bisa menjangkau korban membuat pemasangan anchor tidak memungkinkan, Tim rescue harus melakukan pendakian untuk bisa menjangkau korban.

Rencana Penggunaan Helikopter

Evakuasi ini menghadapi medan ekstrem dan cuaca dinamis, kondisi kabut tebal mempersempit pandangan dan meningkatkan risiko. Demi keselamatan, tim rescue ditarik kembali ke posisi aman.

Pada ukul 14.30 WITA, rapat evaluasi digelar via Zoom bersama Gubernur NTB. Dalam arahannya, Gubernur mendorong percepatan evakuasi dengan opsi penggunaan helikopter, mempertimbangkan waktu kritis 72 jam ("Golden Time") dalam penyelamatan di alam bebas.

Kepala Kantor Basarnas Mataram secara teknis menjelaskan proses evakuasi mempergunakan helikopter dimungkinkan namun harus dipastikan spesifikasi helikopter paling tidak memiliki Hois untuk air lifting dan cuaca yang sangat cepat berubah.

"Tim tetap siaga dan berkomitmen melanjutkan upaya terbaik demi keselamatan dan kemanusiaan. Alam harus dihormati, keselamatan tetap utama," tulis keterangan unggahan tersebut.

Sementara Koordinator lapangan dari Kantor SAR Mataram I Kadek Agus Ariawan dalam laporannya pada Senin, menjelaskan bahwa area Cemara Tunggal berada di jalur menuju puncak Gunung Rinjani dan berbatasan langsung dengan Danau Segara Anak. 

Fokus pada Proses Pencarian

Lokasi tersebut memiliki kontur tebing curam dengan kedalaman ratusan meter yang sulit dijangkau. "Korban jatuh di sekitar Cemara Nunggal, yang merupakan jurang dengan medan sangat ekstrem. Saat ini kami masih fokus pada proses pencarian dan evakuasi," kata Kadek Agus.

Dalam operasi ini, Basarnas melalui Tim Rescue Kantor SAR Mataram membawa perlengkapan mountaineering untuk medan terjal termasuk tali-temali karmantel dan SRT-Set, drone pemantau udara, perangkat komunikasi, alat medis, serta kendaraan operasional dan pendukung lainnya.

Peristiwa itu bermula ketika korban bersama rekannya berjumlah enam orang berangkat dari kantor TNGR untuk melakukan pendakian ke Gunung Rinjani menuju Pos Pelawangan Sembalun, pada Jumat 20 Juni 2025. Pada Sabtu,dini hari, 21 Juni 2025, korban didampingi pemandu wisata melakukan perjalanan menuju puncak Gunung Rinjani.

"Dalam perjalanannya di cemara Nunggal Gunung Rinjani korban mengalami kelelahan dan guide (pemandu) menyarankan korban untuk melakukan istirahat," kata kata Kasi Humas Polres Lombok Timur Iptu Nicolas Oesman di Lombok Timur, Sabtu. dikutip dari Antara.

Pemandu Melihat Cahaya Senter

Pemandu wisata tersebut melanjutkan perjalanan bersama lima teman korban menuju puncak Rinjani, karena korban lama tidak kunjung datang sehingga pemandu kembali ke bawah, ke tempat korban beristirahat. "Setelah tidak menemukan korban di tempat beristirahat maka dilakukan pencarian," ungkapnya.

Ia mengatakan saat dilakukan pencarian pemandu melihat cahaya senter korban di bawah tebing dengan kedalaman sekitar 200 meter ke arah Danau Segara Anak, sehingga merasa curiga bahwa cahaya senter tersebut milik korban.

"Dan guide memastikan bahwa benar itu adalah korban. Setelah itu guide menghubungi TO dan pihak berwajib untuk dilakukan tindakan," jelasnya. Tim berjumlah 11 orang telah berangkat untuk melakukan pertolongan terhadap korban, namun hingga saat ini belum diketahui luka yang dialami korban karena di lokasi kejadian tidak ada jaringan komunikasi.

"Kami mohon doa seluruh masyarakat agar operasi ini bisa berjalan lancar dan korban segera ditemukan," pungkasnya.

Read Entire Article
Online Global | Kota Surabaya | Lifestyle |