Mengenal Kidulting,, Fenomena Tentang Milenial dan Gen Z Suka Membeli Mainan Anak

4 hours ago 5

Liputan6.com, Jakarta - Tren kidult atau kidulting sempat viral di media sosial dan masih sering dibahas belakangan ini. Tren ini dipicu oleh maraknya orang dewasa termasuk gen Z dan milenial membeli mainan seperti boneka labubu atau boneka edisi terbatas..

Fenomena ini ternyata dikenal dengan nama "kidulting" sebuah paduan dari kata kid dan adulting, merujuk pada orang-orang dewasa yang masih memanjakan diri dengan hal-hal yang biasanya membahagiakan anak-anak.

Melansir dari laman India Today, Minggu (8/6/2025), meski ini terlihat seperti tren viral baru, namun istilah kidulting ini sudah ada sejak 1980 dan pertama kali muncul di majalah Times pada 11 Agustus 1985 dalam artikel bertajuk “Coming Soon: TV’s New Boy Network.”

Saat itu, istilah ini dimaksudkan dengan makna ganda - pertama seorang anak yang berpura-pura dewasa, dan kedua, orang dewasa yang kekanak-kanakan.Namun makna lainnya seperti yang dipahami saat ini, merujuk pada fenomena sosial orang dewasa yang bersenang-senang dengan kenangan dan hal-hal yang menyenangkan dari masa anak-anak.

Perusahaan riset pasar dan teknologi asal AS, Circana, dalam laporannya menunjukkan bahwa demografi kidult merupakan pendorong utama dalam industri mainan.

a

Orang dewasa yang dimulai dari usia 18 tahun ke atas, merupakan kelompok usia yang paling cepat berkembang di pasar mainan selama dua tahun terakhir dengan peningkatan penjualan sebesar 5,5 persen, sementara remaja (12–17 tahun) tumbuh sebesar 3,3 persen.

Sebaliknya, penjualan mainan yang memang menyasar anak-anak justru turun secara signifikan sejak 2021, dengan pengeluaran per anak juga menurun.Dari data tersebut, Circana menyebutkan hal ini terjadi karena beberapa hal di antaranya perasaan nostalgia, daya koleksi, fandom (kepenggemaran), serta kolaborasi.

Beberapa jenama yang terbukti mampu memanfaatkan fenomena ini di antaranya adalah LEGO, Mattel, Pokemon, Marvel, DC, dan beberapa perusahaan anime.Menurut Direktur Eksekutif Circana Melissa Symonds, pembatasan sosial ekstrem saat pandemi COVID-19 ternyata ikut memainkan peran penting dalam meningkatkan budaya kidult.

Di masa pembatasan sosial COVID-19, lebih banyak orang dewasa yang kembali menemukan kegembiraan kecil dalam hidup dan melakukan berbagai hal yang mereka sukai di masa kecilnya.

a

“Setiap orang menemukan kembali kegembiraan mengerjakan teka-teki, atau bermain game di rumah mereka, atau mengumpulkan produk yang sangat mereka sukai. Hal itu ternyata a terus berlanjut sejak saat itu," katanya.

Kidult juga semakin meningkat karena kondisi orang dewasa khususnya dari kalangan Gen Z dan milenial sudah punya pemasukan yang mendanai hal-hal yang mungkin tak bisa mereka dapatkan saat masih anak-anak.

Kemungkinan memang sempat ada masa di mana orang-orang dewasa yang membeli mainan kartu Pokemon maupun baju bertemakan Hello Kitty dianggap kekanak-kanakan.

Namun saat ini hal tersebut tidak relevan lagi. Dengan perubahan situasi sosial sekarang kidult justru sudah menjadi gaya hidup dari orang-orang berusia lebih dari 20 tahun itu dan menyelami hal-hal yang tak bisa didapatkannya ketika masih kecil.

Fenomena ini disebut menciptakan ruang baru bagi orang dewasa untuk kembali menikmati sisi anak-anak mereka, sambil tetap menghadapi tantangan dunia dewasa. Ada berbagai alasan mengapa orang memilih untuk menjadi kidult.

Mendukung kesehatan mental.

Salah satunya adalah dari kebutuhan emosional untuk melarikan diri dari tuntutan hidup. Dalam konteks psikologis, fenomena ini berhubungan dengan regresi, yaitu kembalinya seseorang ke fase perkembangan sebelumnya untuk mengatasi stres

Dikutip dari laman resmi LPM Psikogenesis Fakultas Psikologi, Universitas Negeri Makassar, Sabtu, Kidulting memiliki dampak yang beragam, dengan aktivitas yang mengingatkan pada masa kecil mampu meningkatkan suasana hati dan mengurangi stres  Aktivitas nostalgia ini dapat memberikan kebahagiaan dan kenyamanan, serta mendukung kesehatan mental.

Namun, terlalu bergantung pada perilaku ini juga memiliki risiko, karena dapat menghambat kematangan emosional dan perkembangan pribadi Oleh karena itu, penting untuk menemukan keseimbangan antara menikmati aktivitas kekanak-kanakan dan tetap menghadapi tantangan kehidupan dewasa agar kidulting tetap menjadi pengalaman yang sehat dan bermakna.

Tren “Kidult” mengingatkan kita bahwa tidak ada salahnya menikmati kembali aktivitas yang kita sukai di masa kecil, asalkan dilakukan dengan proporsi yang tepat. Kidulting dapat berfungsi sebagai pengingat untuk bersantai dan menikmati hidup, tetapi tetap penting untuk menjalankan tanggung jawab dewasa dengan bijaksana.

Read Entire Article
Online Global | Kota Surabaya | Lifestyle |