Langkah Inklusif Museum Kebangkitan Nasional, Rutin Gelar Beragam Kegiatan Gratis Saat Akhir Pekan

1 week ago 28

Liputan6.com, Jakarta - Memperingati Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas) ke-117 tahun, Museum Kebangkitan Nasional menyelenggarakan Pekan Kebangkitan Nasional yang akan berlangsung dari 20 - 25 Mei 2025. Tahun ini, tema Hari Kebangkitan Nasional mengambil inspirasi dari keputusan International Council of Museum (ICOM) dalam rangka International Museum Day yang mengangkat tema “The Future of Museums in Rapidly Changing Communities”.

Tema ini menekankan museum sebagai penghubung, inovator, dan penjaga identitas budaya di tengah masyarakat yang mengalami perubahan cepat. Sejalan dengan hal tersebut, tema untuk Pekan Kebangkitan Nasional 2025 adalah “Bangkit dan Berdaya”.

Tema ini merefleksikan semangat museum untuk terus adaptif, memberdayakan komunitas, serta menjadi ruang yang relevan dalam menjawab tantangan zaman. Untuk itu, Pekan Kebangkitan Nasional tahun ini akan diselenggarakan dengan mengundang berbagai komunitas untuk berkolaborasi dalam mengisi kegiatan, baik melalui pertunjukan seni, diskusi publik, lokakarya, maupun partisipasi dalam program edukatif lainnya.  

Salah satu agenda di Pekan Kebangkitan Nasional adalah upacara bendera Harkitnas pada Selasa, 20 Mei 2025 di Jakarta Pusat yang dipimpin oleh Wakil Menteri Kebudayaan (Wamenbud) Giring Ganesha.

Museum Kebangkitan Nasional Buka di Akhir Pekan

Usai upacara, Wamenbud membuka acara pameran lukisan yang diselenggarakan oleh Outsider Art Jakarta dan Sekolah Darurat Kartini. Pameran tersebut diikuti oleh para anak-anak yang selama mengikuti kegiatan kelas seni lukis dan menggambar yang diadakan Museum Kebangkitan Nasional tiap akhir pekan. Tak hanya kelas seni lukis, ada juga kelas lainnya seperti menari dan seni musik.

"Di Museum Kebangkitan Nasional ini, setiap Sabtu dan Minggu ada kelas seni dan budaya yang bisa diikuti secara gratis untuk anak-anak, bahkan yang berkebutuhan khusus sudah ada. Jadi sekarang ini ada kelas menggambar dan bermain musik tradisional," terang Nur Khozin selaku penanggung jawan Museum Kebangkitan Nasional kepada Lifestyle Liputan6.com, Selasa, 20 Mei 2025.

"Semuanya terbuka bagi siapa saja dan gratis. Untuk alat musik kita di sini sudah ada beberapa seperti angklung dan gamelan. Tapi untik menggambar arau melukis alat-alatnya dibawa sendiri sama peserta, kita hanya menyediakan tempatnya saja. Pengajarnya juga sudah ada, mereka semua dari komunitas yang selama ini bekerja sama dengan kita," sambungnya.

Anak-Anak Berkebutuhan Khusus di Museum

Nur Khozin menambahkan, untuk anak-anak berkebutuhan khusus juga sudah ada pebimbing khusus dan biasanya anak-anak datang bersama orangtunya yang mendampingi mereka selama beraktivitas di museum.

"Kita terkadang terharu juga melihat anak-anak berkebutuhan khusus ini. Orangtua mereka juga selalu mendampingi anak-anak mereka, karena mereka punya keinginan ketika orangtua anak-anak ini sudah tutup usia, anak-anak mereka sudah bisa mandiri," ujar Nur Khozin.

Tak hanya kelas seni, museum ini juga terbuka bagi siapa saja yang mau membuka kelas atau membuat acara tentang berbagai bidang. Kegiatan itu juga tidak dipungut biaya tapi harus dikoordinasikan dulu dengan pihak museum agar tidak ada jadwal yang bertabrakan.

"Tempat kita ini cukup luas dan banyak ruangan yang bisa dipakai. Makanya kita sediakan tempat untuk menggelar berbagai kegiatan. Museum meemang harus inklusif apalagi yang milik pemerintah, kita harus membuka diri untuk berbagai aktivitas positif kalau tidak mau dtinggalkan," jelas Nur Khozin.

Wamenbud Dukung Museum Jadi Tempat inklusif

"Makanya kita buka setiap hari kecuali hari Senin karena untuk perawatan dan bersih-bersih dan hari libur nasional. Jadi museum sekarang ini tidak bisa hanya mengandalkan pengunjung tapi harus terbuka untuk berbagai aktivitas," pungkasnya.

Wamenbud Giring juga punya pendapat senada. Ia menegaskan ruang-ruang publik seperti museum harus menjadi tempat yang inklusif tanpa membeda-bedakan pengunjung, karena seni atau budaya tidak pernah mempermasalahkan mereka yang berkebutuhan khusus. Para seniman itu hanya melihat dunia dengan cara yang berbeda.

"Jadi, saya harap museum-museum di Indonesia, baik yang dikelola oleh kementerian, provinsi, kabupaten atau kota, tolong sediakan ruang-ruang inklusif untuk semua orang tanpa membeda-bedakan, kalau saya lihat sebenarnya bukan isu berkebutuhan khusus, melainkan mereka melihat dunianya dengan cara yang berbeda," ucap Wamenbud.

Ia mengatakan, Hari Kebangkitan Nasional menjadi salah satu momentum penting bagi pemerintah untuk terus memberikan pelayanan terbaik dan terus beradaptasi dengan kebutuhan zaman.

Read Entire Article
Online Global | Kota Surabaya | Lifestyle |