Kontroversi Pembukaan Situs Tragedi Bunuh Diri Massal Jadi Objek Wisata

17 hours ago 7

Liputan6.com, Jakarta - Bekas situs Jonestown yang terkenal sebagai lokasi tragedi bunuh diri massal yang menewaskan 918 orang, kini dibuka untuk wisatawan. Pembukaan ini memicu kontroversi dan perdebatan di kalangan masyarakat serta para penyintas tragedi tersebut.

Mengutip laman news.com.au, Selasa, 15 Juli 2025, Jonestown, yang terletak di hutan terpencil Guyana, menjadi saksi bisu dari kehancuran tragis di bawah pimpinan Jim Jones, pemimpin kultus People’s Temple. Tragedi ini terjadi pada 1978 ketika ratusan pengikut Jim Jones, sebagian besar merupakan warga negara Amerika Serikat, mengakhiri hidup mereka dengan minuman beracun.

Kejadian ini dikenal luas sebagai salah satu peristiwa terkelam di era modern. Kini, situs tersebut dibuka sebagai objek wisata dengan biaya 1140 dolar Australia atau setara Rp12,1 juta. Namun, pembukaan situs ini tidak lepas dari kritik.

Jordan Vilchez, salah satu penyintas yang beruntung berada di luar Jonestown saat tragedi terjadi, menyatakan ketidaksetujuannya. "Itu sesuatu yang bisa menghasilkan uang bagi orang-orang. Rasanya seperti penyalahgunaan," ujarnya. Vilchez kehilangan dua saudara perempuan dan dua keponakan akibat pembunuhan paksa tersebut.

Pembelaan Wanderlust Adventures GY

Perusahaan pariwisata Guyana, Wanderlust Adventures GY, yang berada di balik tur ini, membela keputusan mereka dengan menyatakan bahwa tujuan mereka adalah untuk menyajikan sejarah dengan cara yang bertanggung jawab dan edukatif.

"Kami membahas isu-isu sosial dan politik, bahaya mengikuti dengan keyakinan buta, dan pelajaran yang dipetik dari tragedi Jonestown," ujar Roselyn Sewcharran, pendiri perusahaan tersebut.

Jonestown awalnya didirikan sebagai surga sosialis oleh Jim Jones, yang memindahkan para pengikutnya ke Guyana dengan janji keselamatan dari ancaman perang nuklir. Namun, kehidupan di komune tersebut berubah menjadi mimpi buruk di bawah kendali Jones.

Para penyintas mengingat suasana penuh ketegangan dan rasa takut yang ditanamkan oleh Jones, dengan pertemuan yang berlangsung berjam-jam dan kerja keras yang melelahkan. Pembukaan situs Jonestown sebagai objek wisata menimbulkan pertanyaan tentang bagaimana publik harus memperlakukan tempat-tempat yang menjadi saksi tragedi manusia. Pasalnya, tragedi Jonestown mengingatkan publik akan bahaya dari keyakinan buta dan kekuatan manipulasi.

Jim Jones Menarik Ribuan Pengikut

Jim Jones, yang awalnya mendirikan People’s Temple di Indianapolis pada 1955, berhasil menarik ribuan pengikut dengan janji kesetaraan ras dan keadilan sosial. Di balik karisma dan janjinya, tersimpan agenda gelap yang akhirnya membawa kehancuran.

Para penyintas mengatakan perasaannya menjadi korban yang ditimbulkan oleh Jones. Pertemuan-pertemuan yang bertele-tele itu berlangsung berjam-jam, hari-hari kerja terasa tak berujung, dan semuanya menjadi tentang ideologi, bukan utopia.

"Keadaan semakin memburuk … Sembilan puluh lima persen orang tidak tahu apa yang sedang terjadi. Rasanya seperti terjebak di sebuah pulau," kata Bogue, salah satu penyintas.

Namun, beberapa berhasil melarikan diri dan kabar tersebut sampai ke California, mendorong anggota kongres negara bagian itu, Leo Ryan, dan sekelompok jurnalis, untuk tiba pada November 1978, dengan tujuan menyelidiki keluhan dari para pelarian. Ayah Bogue sudah menyusun rencana pelarian.

"Itu adalah kesempatan yang sangat berisiko tinggi," kata Bogue, yang kini berusia 63 tahun, tentang keluarganya yang pergi bersama Ryan dan yang lainnya ke landasan pendaratan tempat sebuah pesawat menunggu untuk menerbangkan mereka. 

Akhir Hidup Jones

Ketika kelompok itu berkumpul di sebuah landasan udara untuk pergi, anggota sekte, termasuk salah satunya bernama Larry Layton, menembaki mereka. Ryan ditembak mati, begitu pula tiga jurnalis dan seorang anggota kuil yang hendak melarikan diri.

Layton kemudian diekstradisi, dinyatakan bersalah melukai dua orang, dan menjalani hukuman 18 tahun penjara di California. Bogue, yang saat itu berusia 17 tahun, berada di dalam pesawat ketika bannya ditembak.

Ia bangkit dari tempat duduknya tepat ketika salah satu anggota ditembak di kepala. Bogue terkena peluru di kaki. Ketika penembakan tampaknya telah mereda, ia dan saudara perempuannya melarikan diri ke hutan di sekitarnya.

Kembali di kamp, mengetahui bahwa ia akan terlibat dalam kematian seorang senator AS, Jones memberi perintah kepada umatnya bahwa sudah waktunya untuk Bunuh Diri Revolusioner. Suntikan sianida disemprotkan ke dalam jus dan roti lapis, lalu dikonsumsi oleh jemaat, termasuk anak-anak. Jones memilih menembak kepalanya sendiri. 

Read Entire Article
Online Global | Kota Surabaya | Lifestyle |