Liputan6.com, Jakarta - Ingin punya busana karya Jonathan Anderson sang desainer Dior terbaru dengan harga yang jauh lebih ramah di kantong? Jawabannya ada pada koleksi kolaborasi terbaru antara Uniqlo dan JW Anderson untuk musim fall/winter 2025. Kedua pihak kembali bekerja sama untuk menciptakan 18 item fesyen yang bisa dipadu padan pada musim ini.
Koleksi tersebut secara garis besar terinspirasi dari tradisi pakaian luar ruang warga Inggris sebagai kampung halaman sang desainer. Highlight koleksi ini terletak pada kemeja boxy crop yang bercirikan lengan lebar dan potongan tepat di pusar atau sedikit di bawah pusar. Kemeja itu dirancang genderless agar bisa dipakai oleh pria maupun wanita, sesuai kebutuhan.
"Potongan ini tidak terlalu menampilkan lekuk feminin kan, jadi lebih friendly juga untuk cowok-cowok yang suka dengan experimental styling," kata Sawitri Kusuma Wardhani, Marketing Public Relations, UNIQLO Indonesia, saat ditemui di Jakarta, Rabu, 15 Oktober 2025.
Item fesyen tersebut, sambung perempuan yang akrab disapa Dani itu, bisa dikenakan tersendiri atau dipadukan dengan kemeja lain sebagai dalaman. Kemeja boxy crop juga bisa diperlakukan sebagai outer untuk dipadukan dengan kaus oversized atau kaus tanpa lengan.
Kemeja Crop Boxy Lebih Kaku tapi Adem
Potongan crop boxy, sambung Dhani, menjadi salah satu solusi gaya bagi pria dengan badan tidak terlalu tinggi atau memiliki torso yang pendek. Item fesyen yang masuk kategori perempuan tersebut bisa memberikan siluet lebih tinggi atau proporsional bagi kaum adam.
Khusus kemeja kolaborasi JWA x Uniqlo kali ini, pihaknya menggunakan bahan katun yang dikombinasikan dengan serat lain agar bentuk kemeja tetap seperti semula. Dibandingkan kemeja Uniqlo lain, item tersebut terasa lebih tebal. Meski begitu, Dhani menyatakan bahwa koleksi tersebut tetap adem dipakai.
Berbeda dengan item JWA x Uniqlo lain yang dijual terbatas di cabang Senayan City, PIM 3, dan laman serta aplikasi, kemeja crop boxy dijual secara luas di seluruh toko fisik Uniqlo. Selain kemeja, pihaknya juga menyodorkan jaket puff tech sebagai busana luar ruang yang trendi.
Jaket Puff Kolaborasi JWA x Uniqlo
Menurut Dani, inspirasi jaket puff itu berasal dari jaket luar ruang yang banyak dipakai warga Inggris menghalau dingin. Dani menyebut desainnya sebagai 'perpaduan yang sempurna' karena menggabungkan detail JWA dan Uniqlo dengan proporsional.
Sentuhan JWA terlihat lewat detail yang personal, seperti kancing dan resleting yang berinisial JWA. Kemudian, ada motif garis yang sangat 'British' di bagian dalam. Ia juga menambahkan aksen korduroy pada bagian lengan dan leher untuk mengelevasi gaya.
Sementara, Uniqlo menyumbang teknologi puff tech pada jaket. Teknologi itu memungkinkan jaket memberi kehangatan dengan ringan. Dengan material yang ada, jaket juga lebih mudah dicuci tangan, tak seperti jaket bulu angsa yang harus dicuci secara khusus. Teknologi itu juga menghindarkan jaket dari kemungkinan kempes.
"Sisi praktisnya Uniqlo terlihat dari sisi desainnya karena banyak kantong yang fungsional. Hoodie-nya dibuat detachable. Kalau butuh hoodie dia pakai, kalau enggak bisa dicopot," ia menjelaskan.
Apa Semua Koleksi JWA x Uniqlo Masuk ke Indonesia?
Nindita Putri, Marketing, PR & Influencer Lead UNIQLO Indonesia, menyatakan koleksi kolaborasi JWA dan Uniqlo merupakan salah satu yang terfavorit sejak diluncurkan pada 2017. Karena kolaborasi, pihaknya memperlakukannya sebagai koleksi eksklusif. "Jadi, tidak mass production," katanya.
Koleksi itu beredar di banyak negara. Lalu, apakah ada perbedaan antara item yang dijual di Indonesia dan luar negeri? "Sebagian besar sama. Cuma memang ada beberapa country itu meiliki tim merchandising yang tugasnya adalah untuk pick and choose, kira-kira item mana yang lebih favorit di negara tersebut," ujarnya.
"Kalau pun ada pembeda, hanya 1--2 item aja, enggak major," imbuh Nindi seraya menyertakan aksesori sebagai bagian dari koleksi itu yang dipasarkan di Indonesia.