Kesaksian Penumpang Kapal Wisata Terbalik di Perairan Nusa Penida Bali yang Tewaskan 1 Turis Australia

1 day ago 9

Liputan6.com, Jakarta - Sekitar empat bulan lalu, tepatnya, Jumat, 21 Maret 2025, sebuah kapal wisata terbalik di tengah perjalanan menuju Nusa Penida, Bali. Insiden yang terjadi pada kapal Sea Dragon 2 itu mengakibatkan seorang turis Australia bernama Annie Blight, seorang perempuan asal Melbourne, meninggal dunia.

Pasangan asal Queensland, Australia, Gabe Hijniakoff dan Tam Warrington, yang juga menumpang kapal itu saat kejadian memberikan kesaksiannya terkait insiden tragis tersebut di program 60 Minutes. Hijniakoff menerangkan awalnya ketika ombak mulai naik, ia mengira hanya akan sedikit basah.

Tapi dalam beberapa menit, keadaan menjadi genting. "Saya pikir kami hanya akan sedikit basah, eh, tapi begitu ombak menerjang, kami sudah hampir tenggelam," katanya, mengutip news.com.au, Senin (14/7/2025).

Istrinya yang berada di sampingnya menambahkan bahwa sebelum kapal terbalik, ia sedang berusaha mengambil tas tangannya. "Kami sudah berada di bawah air bahkan sebelum saya mencapainya," kata Warrington.

Begitu mereka berada di bawah air, Hijniakoff mengaku langsung mencium bau bahan bakar. Ia langsung menyadari bahwa istrinya tak berada di dekatnya. Ia langsung berteriak memanggil namanya dengan pikiran takut kehilangan sang istri saat itu.

"Hal pertama yang saya ingat adalah ia meneriakkan nama saya, eh, dengan kepanikan yang belum pernah saya dengar sebelumnya," katanya.

"Ia benar-benar berteriak, 'Ayo, ayo keluar'. Ia terus berkata, 'Kita harus berenang keluar atau kita akan kehabisan udara.'" Dan ya, saya hanya …"

Alami Luka Bakar

Hijniakoff kemudian mengatakan mereka berdua menghitung sampai tiga dan berenang ke permukaan. Keduanya sepakat bahwa mereka berada dalam mode bertahan hidup.

Begitu berhasil naik ke atas perahu, Warrington menyadari bahwa ia terluka. "Saya menyadari mengapa saya bereaksi lebih keras daripada orang lain karena saya melihat kulitnya agak terkelupas dari sini ke bawah, begitu saja, hanya itu yang bisa saya gambarkan. Ah, dan rasa terbakarnya sangat hebat," katanya.

Ia merasakan sakit yang luar biasa hingga mengira luka bakarnya tingkat tiga. Warrington mengaku tidak mendapatkan perawatan yang tepat untuk luka bakarnya sampai kembali ke Australia, saat diberi tahu bahwa ia hanya mengalami luka bakar tingkat dua, baik yang disebabkan oleh bahan bakar mesin maupun asam aki.

"Saya memang perlu dioperasi, mereka menyebutnya debridemen. Kurasa untuk mengangkat, kulit yang terkelupas dan membersihkannya. Maksud saya, saya kotor selama 24 jam, dan mereka membawa saya ke ruang operasi dan membersihkan kaki saya," katanya.

Penumpang Mengaku Tak Diberi Jaket Pelampung

Pasangan Estonia, Liisa dan Andres Abe, juga berada di Sea Dragon 2 bersama putri mereka yang berusia 7 tahun. Mereka mengaku mulai menyesali keputusannya begitu naik ke kapal ketika tidak ditawari jaket pelampung.

"Saya meminta jaket pelampung kira-kira lima kali. Dan ah, pada satu titik, saya sangat gugup, ada jaket pelampung merah muda yang sangat kecil di atas semua jaket lainnya," katanya.

"Dan pada satu titik, saya hanya, saya tidak peduli, saya hanya mengambil rompi itu sendiri. Saya hanya, seperti mengambilnya dan saya memberi tahu putri saya bahwa kami akan memakainya."

Ketika kapal terbalik, Liisa mengingat saat itu semuanya menjadi 'gelap gulita'. Ia juga tidak dapat melihat suami dan putri kecilnya. Ia bahkan mengira kedua anggota keluarganya itu sudah meninggal dunia. 

"Dan ketika saya menyadari bahwa dia telah meninggal, saya benar-benar, saya sangat tenang. Saya sangat tenang." "Saya hanya berpikir, 'Semoga ah, saya bisa mati, secepat mungkin'. Saya hanya menunggu kematian saya, dan saya berharap itu datang dengan sangat cepat karena rasanya, rasanya mustahil untuk ditanggung. Saya hanya menunggu ajal saya," katanya.

Pertemuan Haru dengan Keluarga

Ternyata, kekhawatirannya tak terbukti. Suami dan putri Liisa ternyata masih hidup, hanya saja gadis cilik itu terjebak di bawah lambung kapal. Putrinya berhasil berenang keluar dan berkumpul kembali dengan orangtuanya hingga Liisa tak percaya keajaiban itu. 

"Mustahil untuk mengatakannya karena putri saya, yang baru berusia tujuh tahun, mengenakan jaket pelampung, dan dengan ombak dan arus, ia berhasil berenang keluar. Dan kami tidak tahu bagaimana itu mungkin," katanya.

Liisa menyebut putrinya sangat berani dalam situasi yang bahkan menakutkan bagi orang dewasa itu. Putrinya tidak menangis sama sekali. "Ada jendela udara yang sangat kecil, dan ia mulai naik, menghirup udara, dan mencoba berenang di bawahnya. Dan ia melakukan ini beberapa kali."

Setelah dipertemukan kembali, keluarga itu masih harus menunggu lebih dari satu jam untuk diselamatkan, tetapi kondisi putrinya mulai menurun. "Putri saya mulai muntah darah, dan dia berkata seperti, 'Ini, ini sangat menyakitkan.' Dia, seperti, 'Dada saya benar-benar sakit'," katanya.

Akhirnya, mereka diselamatkan setelah pengalaman 'sangat menakutkan'. Putri mereka dirawat di ruang perawatan intensif dan kini sudah pulih.

Hasil Penyelidikan Polisi

Setelah beberapa bulan berlalu, Liisa mengaku masih berjuang untuk membangun kembali kehidupan mereka dan melupakan tragedi yang hampir merenggut nyawa putri mereka.

"Sulit untuk tidur, eh, sulit untuk bekerja. Sulit untuk menjalani kehidupan normal. Dan hal yang sama juga dialami olehnya. Seperti untuk melanjutkan aktivitas sehari-harinya, ah, ini sungguh sulit," ujarnya.

"Sebagai seorang ayah, sebagai seorang suami, rasa bersalah utama saya adalah saya tidak dapat berbuat apa pun dalam situasi itu untuk membantu keluarga saya," sambung Andres.

Kapolsek Nusa Penida AKBP Ida Bagus Putra Sumerta, mengatakan kepada 60 Minutes bahwa kasus tersebut kini telah ditutup. Kesimpulan penyelidikan adalah penyebab alamiah dan tidak ada kelalaian karena mereka menemukan 'serpihan kayu tersangkut di mesin' kapal.

"Salah satu mesin menabrak batang kayu di air, menyebabkan mesin mati, dan tepat pada saat yang sama, ombak besar menghantam kapal dan membalikkannya," ujarnya melalui seorang penerjemah.

"Menurut investigasi kami, ada pengarahan keselamatan dan jaket pelampung akan digunakan begitu mereka mencapai lokasi snorkeling."

Read Entire Article
Online Global | Kota Surabaya | Lifestyle |