Liputan6.com, Jakarta - Baek Se Hee, penulis memoar laris "I Want to Die but I Want to Eat Tteokbokki," meninggal dunia di usia 35 tahun. Menurut Badan Donasi Organ Korea, Baek menyelamatkan lima nyawa melalui donasi organ.
Badan tersebut mengatakan pada Kamis, 16 Oktober 2025, bahwa mendiang penulis buku itu telah mendonorkan jantung, paru-paru, hati, dan ginjalnya. Detail lebih lanjut seputar kematiannya belum diungkapkan, melansir Korea Herald, Jumat (17/10/2025).
Adik perempuan Baek Se Hee mengatakan dalam siaran pers, "(Baek) ingin menulis, berbagi isi hatinya dengan orang lain melalui karyanya, dan menginspirasi harapan. Mengetahui sifatnya yang lembut, yang tidak mampu menyimpan kebencian, saya harap ia kini dapat beristirahat dengan tenang."
Baek jadi terkenal berkat buku terlarisnya pada 2018, "I Want to Die but I Want to Eat Tteokbokki." Buku yang sebagian berupa esai dan sebagian berupa panduan pengembangan diri ini merupakan refleksi jujur tentang perjuangannya melawan depresi—distimia, atau gangguan depresi persisten—dan sesi terapinya dengan psikiater.
Buku ini mendapat sambutan luas karena kejujurannya yang lugas dan upayanya menghilangkan stigma seputar penyakit mental di Korea. Menurut penerbitnya, seri dua bagian ini telah terjual sekitar 600 ribu eksemplar di Negeri Ginseng.
Buku Baek Se Hee Diterjemahkan ke 25 Negara
Buku Baek telah diterjemahkan dan diterbitkan di lebih dari 25 negara, termasuk Indonesia, Inggris, Jerman, Spanyol, Italia, Belgia, dan Polandia, dengan lebih dari satu juta eksemplar terjual di seluruh dunia. Di Inggris saja, buku ini terjual 100 ribu eksemplar dalam waktu enam bulan setelah dirilis.
Dalam wawancara sebelumnya dengan The Korea Herald, Baek berkata, "Bahkan dalam berbagai bahasa dan budaya, saya menyadari bahwa perasaan 'hati yang terluka' sama di mana-mana. Saya masih takjub bahwa kisah saya telah menyentuh hati orang lain."
"Di saat yang sama, sungguh menyadarkan untuk berpikir bahwa begitu banyak orang memikul luka batin yang mendalam dan dibutuhkan keberanian yang besar untuk mengatakan, 'Saya tidak baik-baik saja.'"
Buku Baru Baek Se Hee
Baek juga berkolaborasi dengan penulis lain dalam buku-buku, seperti "No One Will Ever Love You as Much as I Do" (2021) dan "I Want to Write, I Don’t Want to Write" (2022), dan berinteraksi dengan pembaca melalui bincang-bincang dan acara lain.
Pada Juni 2025, ia menerbitkan karya fiksi pendek pertamanya, "A Will from Barcelona." Penulis kelahiran Seoul, Korea Selatan, 25 Februari 1990 itu diketahui sempat memiliki hubungan yang buruk dengan keluarga, teman, dan pacarnya dulu.
Ia diselimuti rasa cemas yang membuatnya membenci diri sendiri. Perasan-perasaan ini dibahas di buku populernya. Kesulitan yang dialami Baek pernah membuatnya menyakiti diri sendiri.
Meski tidak sampai bunuh diri, kejadian ini cukup mengkhawatirkan. Akhirnya pada 2017, penulis itu meminta bantuan sejumlah psikolog dan psikiater. Ia didagnosis distimia, kondisi yang ternyata sudah diidapnya selama 10 tahun.
Baek Se Hee Sebelum Jadi Penulis
Sebelum jadi penulis, Baek sempat bekerja di sebuah penerbit selama lima tahun. Ia berbagi dialog konsultasinya di blog pribadi, yang kemudian jadi "I Want To Die But I Want To Eat Tteopokki" yang mengubah hidupnya. Tteopokki, jajanan kaki lima khas Korea, merupakan makanan kesukaan yang disantapnya sambil menulis.