Festival Budaya Tempe, Dukungan Nyata Tempe sebagai Warisan Budaya Takbenda UNESCO

3 hours ago 2

Liputan6.com, Jakarta - Festival Budaya Tempe tuntas diselenggarakan pada Minggu, 21 Desember 2025, di halaman Kompleks Kementerian Kebudayaan (Kemenbud) di Jakarta Pusat. Itu merupakan momentum krusial bagi Indonesia yang sedang memperjuangkan status tempe di UNESCO.

Melalui Direktorat Diplomasi Kebudayaan, Kemenbud menggalang dukungan publik agar ditetapkan sebagai warisan budaya takbenda UNESCO, menjadi pengakuan resmi secara global sebagai identitas asli bangsa. Festival yang mengusung tema "Budaya Tempe: Warisan Hidup dari Indonesia untuk Dunia" ini menekankan bahwa tempe bukan sekadar produk pangan murah, melainkan simbol kearifan lokal yang lahir dari pengetahuan tradisional dan praktik hidup berkelanjutan masyarakat Indonesia.

"Dalam pendaftaran, ada naskah akademiknya, ada dossiernya, dan ada borang borang (kata serapan dari bahasa Melayu yang artinya formulir atau lembar isian) yang harus diisi. Kan kita tahu tempe itu sudah menjadi suatu ekosistem," kata Menteri Kebudayaan (Menbud) Fadli Zon, ditemui di sela festival.

Pendaftaran ini diharapkan mampu membangun ekosistem kreatif yang lebih kuat, dengan masyarakat semakin bangga dan inovatif dalam mengolah pangan lokal tersebut. Dengan pengakuan internasional, tempe tidak hanya akan dikenal di Asia, tetapi juga diposisikan sebagai sumber gizi nabati bagi dunia.

"Di situlah kita butuh orang-orang kreatif, chef-chef yang handal, bagaimana menjadikan tempe ini hidangan yang semakin enak, dan yang pasti bergizi, karena tempe adalah sumber protein nabati. Kita berharap para chef, para ahli, bisa membuat tempe menjadi naik dari bentuknya dan rasanya, sehingga menjadi lebih kreatif ke depannya dan bisa menjadi gastrodiplomasi," imbuh Fadli Zon.

Geser Paradigma Tempe sebagai Makanan Murah

Langkah tersebut dilakukan agar secara perlahan menghilangkan pandangan lama yang menganggap tempe sebagai komoditas murah. Sebaliknya, tempe dipromosikan sebagai pangan fungsional yang sehat dan bernilai filosofis tentang keharmonisan antara manusia dengan alam melalui proses fermentasi alami yang menjadi inti dari produksinya.

Selain diplomasi melalui makanan, penguatan literasi mengenai sejarah dan proses pembuatan tempe menjadi aspek yang tidak kalah penting dalam menjaga kelestariannya. Ia menjelaskan bahwa masyarakat perlu diedukasi untuk menjelaskan bagaimana pangan lokal ini beradaptasi dengan kultur daerah masing-masing di seluruh nusantara.

Dengan literasi yang baik, tempe dipandang bukan sekadar produk pangan, melainkan identitas budaya yang hidup dan terus berkembang. Melalui pemahaman yang mendalam mengenai asal-usulnya, generasi mendatang diharapkan memiliki kebanggaan yang sama besar dalam menjaga serta mempromosikan tempe sebagai bagian dari kekayaan intelektual kolektif bangsa Indonesia di forum internasional.

Tantangan Swasembada Kedelai

Peningkatan status tempe di kancah internasional harus diiringi dengan peningkatan kualitas hidup para perajin tempe di tingkat akar rumput. Pemerintah dan pemangku kepentingan berencana menyelenggarakan berbagai lokakarya yang fokus pada teknik produksi higienis, penggunaan bahan organik, dan standar kesehatan yang lebih ketat.

Upaya itu bertujuan untuk meningkatkan nilai jual produk sehingga pendapatan para pembuat tempe dapat meningkat secara signifikan. Hal ini sangat penting mengingat tempe merupakan makanan rakyat sehari-hari yang produksinya melibatkan rantai ekonomi kreatif yang luas di berbagai wilayah Indonesia.

"Satu tantangan kita yaitu masih impor sebagian besar dari kedelai. Mungkin alih-alih pertanian kita bisa memproduksi kedelai kita sendiri, dengan kemajuan teknologi di bidang pertanian Indonesia dapat memproduksi kedelai sendiri di dalam negeri, karena kedelai itu tanaman subtropis, itulah yang menjadi tantangannya," ujar Fadli Zon.

Inovasi Kuliner Modern untuk Meningkatkan Kelas Tempe

Di sisi lain, sejumlah pihak berusaha meningkaikan nilai tempe dengan mengolahnya sebagai camilan manis untuk menarik minat generasi muda dan kalangan luas.

"Brownies tempe ini dirancang secara khusus agar bebas gluten dan menggunakan pemanis alami berupa gula aren, sehingga sangat cocok bagi masyarakat yang sedang menjalani pola hidup sehat atau diet," kata Gesti dari Props Brownies Tempe, ditemui di sela festival.

"Biasanya kan tempe dijadikan hidangan yang umum, jarang ada yang mengolah tempe jadi dessert. Nah, kali ini kita ingin mengolah tempe menjadi lebih spesial dan naik level, serta bisa disukai semua kalangan," imbuhnya.

Bahan utama yang digunakan meliputi tempe kukus, telur, cokelat hitam, dan bubuk kakao, yang diproses dengan cara dicampur hingga menghasilkan tekstur yang lembut di dalam, garing di luar. Olahan itu tetap mempertahankan nilai gizi dari kedelai hasil fermentasi tersebut.

Selain dalam bentuk makanan padat, inovasi juga merambah ke sektor minuman kesehatan dengan hadirnya smoothies tempe yang tinggi protein dan serat. "Smoothies ini unik dari yang lain, karena menggunakan bahan utama seperti, tempe kukus, pisang, kokoa powder dan gula aren bubuk, tanpa menggunakan campuran susu, setelah itu, dikombinasi atau di blender jadilah smoothies yang tinggi protein dan fiber," ujar Kiki dari Fhikma Smoothies Tempe.

Read Entire Article
Online Global | Kota Surabaya | Lifestyle |