Fenomena Para Ibu di Jepang Kesulitan Menemukan Teman Akrab

12 hours ago 6

Liputan6.com, Jakarta - Jadi seorang ibu merupakan perjalanan dengan seribu emosi. Tidak hanya bahagia luar biasa, tantangan-tandangan yang dihadapi pun tidak kalah besar, kendati pengalaman setiap perempuan bisa jadi berbeda.

Di Jepang, norma sosial, budaya, serta struktur sosial yang sangat kompleks membuat ibu-ibu jarang memiliki teman dan sulit memulai pertemanan. Mengutip CNA, beberapa waktu lalu, seorang ibu,  Aspen Kumagai, berbagi cerita kehidupannya yang berubah dalam dua tahun terakhir.

Itu terjadi setelah ia menjadi ibu dan pindah ke prefektur baru. Dimulai dari hilangnya pekerjaan, merasa bingung saat mengantre day care, hingga yang terburuk, rasa sepi membalut hatinya. Saat itulah ia tergerak untuk mulai mencari teman, meski sulit.

Dalam perjalanannya mencari mama-tomo alias teman untuk ibu, Kumagai pada akhirnya berhasil memiliki satu teman. Ia merasa lega ketika temannya, seorang ibu dengan dua anak, sering berbagi cerita tentang masalah yang juga ia hadapi soal pertemanan.

Sulitnya memiliki hubungan pertemanan yang awet, bahkan sekadar memulai pertemanan, merupakan isu sosial yang jadi tantangan hidup bagi ibu-ibu di Jepang. Sebagian besar dari mereka meninggalkan pekerjaannya yang stabil saat mulai memiliki anak dan beralih ke pekerjaan paruh waktu.

Faktor utama yang mendorong fenomena sosial ini adalah adanya ketegangan di kantor yang muncul karena banyak ibu yang mengambil cuti hamil, melahirkan, bahkan sekadar mencari tempat penitipan anak.

Tekanan yang Membatasi Para Ibu dari Dunia Sosial

Sementara itu, Jepang memiliki budaya kental terkait membebani orang lain. Tidak seperti ibu-ibu lain, para ibu di Negeri Sakura memiliki nilai enryo atau rasa tidak enak hati jika harus meminta bantuan di masa-masa yang sulit.

Kumagai melihat adanya tekanan sosial yang juga menyerang pikiran dan hati para ibu. Ketika memiliki anak, ibu sering kali terbebani dengan ekspektasi menjadi seseorang yang terorganisir, penuh kasih sayang, hati yang lembut, dan dedikasi lainnya yang membuat label "ibu yang sempurna."

Adanya label tersebut jadi salah satu alasan para ibu kerap membatasi diri mereka untuk menghindari kritik. Kesulitan meningkat jika seseorang menjalani peran ibu sambil bekerja.

Waktu dan energi yang sedikit membuat para ibu di Jepang bahkan tidak dapat menghadiri acara di sekolah anaknya. Situasi seperti ini memperkecil potensi ibu untuk bersosialisasi dengan ibu yang lain.

Peluang untuk Para Ibu Mencari Relasi

Meski sulit, bukan berarti tidak bisa. Ada beberapa fasilitas di Jepang yang membuka peluang bagi seseorang berinteraksi dengan sesama ibu-ibu, seperti komodokan (ruang bermain anak-anak) yang ada di dalam jidokan (pusat anak-anak).

Ibu dengan satu anak laki-laki itu mengaku cemas ketika pertama kali datang ke komodokan. Areanya luas dan dilengkapi fasilitas yang sangat memadai untuk kebutuhan ibu dan anak. Di sana, para ibu bisa berinteraksi dengan membawa anak-anak mereka ke jidokan.

Jidokan umumnya memiliki program-program yang melibatkan interaksi sosial antar ibu dan anak. Beberapa klub yang terbagi berdasarkan rentang usia menawarkan aktivitas yang menyenangkan tiap bulan. Para ibu cukup mengisi formulir untuk bergabung dan mendapatkan name tag untuk anak mereka.

Langkah-Langkah untuk Memulai

Penting bagi ibu untuk mengenal situasi mentalnya untuk mengambil langkah yang tepat saat mencari mama-tomo. Kumagai mengatakan, pertemanan yang hadir ketika telah jadi ibu kerap terbatas, bahkan tidak bertahan lama.

Namun, pertemanan yang dibentuk dengan waktu lama merupakan penyelamat baginya di tengah rasa kesepian saat mengasuh anak. Beberapa tips yang dibagi Kumagai saat mencari mama-tomo yang dapat ditiru ibu lain adalah dimulai dari mendaftarkan diri ke dalam komunitas atau kelas-kelas pelatihan orangtua

Jadikan kegiatan itu sebagai kebiasaan dengan menghadirinya sesering mungkin agar terbiasa berinteraksi dengan orang lain. Bagi ibu yang bekerja, sisihkan waktu sedikit untuk ikut serta dalam event volunteer atau komunitas di sekolah.

Meski sedikit canggung, usaha kecil seperti itu juga akan mempererat hubungan seorang ibu dengan anaknya. Para ibu yang juga bekerja tidak akan merasa kesepian karena ada ibu lain yang hadir di acara tersebut.

Read Entire Article
Online Global | Kota Surabaya | Lifestyle |