Curhat Pemandu yang Jasanya Tak Dibayar Pendaki Usai Tolong Korban Hipotermia di Gunung Merbabu

1 week ago 26

Liputan6.com, Jakarta - Sebuah penyedia jasa perjalanan pendakian menceritakan pengalaman tak menyenangkan berkaitan dengan pendaki yang mengikuti pendakian ke Gunung Merbabu. Itu lantaran yang bersangkutan menolak membayar biaya jasa pemandu sesuai trip dilakukan.

Kisah tersebut dibagikan Wantutrip.id, nama penyedia jasa tersebut, melalui akun Instagram mereka, beberapa hari lalu. Peristiwa bermula pada 29 September 2025, saat seorang peserta mendadak memesan jasa perjalanan untuk keberangkatan keesokan harinya.

Sejak awal komunikasi, pendaki itu meminta banyak hal, seperti meminta nomor penyewaan motor, menyewa trekking pole, sampai menanyakan dokumentasi menggunakan drone, padahal waktu persiapannya sudah sangat mepet.

"Dari awal udah keliatan, orangnya banyak maunya," tulis keterangan Wantutrip.id.

Meski begitu, tim mengaku tetap bersikap sabar dan melayani dengan profesional. Pemandu juga mengingatkan bahwa pendakian itu adalah perjalanan pulang pergi (tektok).

Tibalah pada hari keberangkatan, yaksi 30 September 2025 sore. Para peserta, termasuk perempuan pendaki itu, berkumpul di Basecamp Selo Gancik (Antonabil). Cuaca saat itu tidak bersahabat, hujan turun terus-menerus sejak siang hingga tengah malam. Rencana pendakian pun akhirnya menyesuaikan situasi.

Minta Bermalam padahal Tak Registrasi

Pemandu tiba sekitar pukul 9 malam dalam kondisi basah dan kedinginan, namun tetap siap menjalankan tugas mendampingi pendakian. Saat hujan mulai reda, rombongan pendaki akhirnya memulai perjalanan pada pukul 3 dini hari, 1 Oktober 2025.

Begitu tiba di Pos 3, perempuan pendaki itu mulai meluapkan kekecewaannya karena pengalaman mendakinya tidak sesuai harapan. Pasalnya, ia berharap bisa menyaksikan matahari terbit di puncak gunung. Ia pun meminta untuk bermalam di area camp, padahal ia teregistrasi sebagai pendaki tektok.

"Peserta memaksa agar bisa bermalam di area camp, padahal registrasinya tektok," tulis Wantutrip.id dalam unggahannya.

Akun itu melanjutkan, pemandu itu kemudian menolak permintaan tersebut karena aturan basecamp tidak mengizinkan pendaki yang tidak terdaftar untuk bermalam di jalur tersebut. Penolakan itu menyulut emosi peserta itu. Ia mulai menyalahkan pemandunya karena cuaca tidak mendukung. 

Bertemu Korban Hipotermia

Rombongan pendaki akhirnya terus melanjutkan perjalanan meski kabut tebal menutupi pandangan dan angin bertiup kencang. Mereka menunggu hampir satu jam agar langit lebih bersahabat, namun cuaca tidak berubah.

Saat mendapat kabar kemungkinan akan terjadi badai, pemandu itu menyarankan rombongannya turun demi keselamatan. Bagi guide, keputusan itu sudah tepat, tetapi bagi peserta yang dikuasai kecewa, hal itu menjadi alasan baru untuk marah.

Dalam perjalanan turun, pemandu itu melihat seorang pendaki lain yang terkena hipotermia berat. Ia langsung meminta izin menolong korban kepada si peserta dan diklaim langsung disetujui.

Selanjutnya, pemandu mengalihkan fokus perhatian untuk membantu korban dengan menggendongnya. Upaya penyelamatan itu, tulis si pemilik akun, diduga membuat peserta tersebut merasa diabaikan dan tak dilayani semestinya. Ia pun kembali berulah.

Pendaki itu menuntut agar guide turun mengambil logistik supaya bisa bermalam di area sunrise camp. Permintaan tersebut kembali ditolak karena melanggar aturan.

Pergi Tanpa Lunasi Biaya

Penolakan itu, sambung pemilik akun, diduga membuat yang bersangkutan semakin kesal. Ia menyalahkan guide karena menolong pendaki hipotermia. Ngambek, ia mempercepat langkah dan berjalan sendirian menuju basecamp awal.

Setelah tiba di bawah, guide itu kembali mendekati pendaki yang kesal. Alih-alih memahami situasi, ia semakin marah dan pergi tanpa melunasi sisa biaya perjalanan. Bahkan, ia menuduh pendaki yang diselamatkan sebagai penyebab kerugian dan menuntut agar orang itu yang membayar biaya trip. 

"Tidak ada respons, tidak ada tanggung jawab, yang ada hanya drama dan ngomel muter-muter gak jelas," tulis mereka. Somasi pun sudah dikirim, namun tetap tanpa hasil.

Akhirnya Wantutrip mengambil langkah tegas dengan memasukkan nama peserta ke daftar blacklist internal dan melaporkannya ke komunitas pendakian. Mereka juga menegaskan siap menempuh jalur hukum bila diperlukan.

"Guide kami mungkin gak sempurna. Tapi dia memilih nyelametin nyawa orang lain daripada nurutin ego peserta. Dan bagi kami, keputusan itu bukan kesalahan. Itu kemanusiaan."

Read Entire Article
Online Global | Kota Surabaya | Lifestyle |