Bella Hadid Sebut Pekerja yang Tak Dapat Cuti 2 Minggu Saat Menstruasi Sebagai Tindakan Ilegal

5 days ago 27

Liputan6.com, Jakarta - Pernyataan terbaru Bella Hadid mengundang pujian sekaligsu polemik di kalangan penggemarnya maupun di dunia maya. Bella menyuarakan pentingnya cuti selama dua minggu bagi perempuan yang bekerja saat menstruasi, demi menjaga kesehatan fisik dan mental.

Ia menilai, siklus menstruasi bukan sekadar urusan pribadi, melainkan isu kesehatan yang patut mendapatkan perhatian serius. Menurut supermodel itu, memaksa perempuan untuk tetap bekerja saat mengalami nyeri haid merupakan tindakan ilegal, sehingga kesehatan menstruasi sangat penting untuk diperhatikan.

Dalam wawancara eksklusif bersama Vogue UK, dilansir dari Hindustan Times, Rabu (28/5/2025), Bella mengungkapkan bahwa ia mengidap sejumlah kondisi medis terkait menstruasi seperti endometriosis, PMDD dan PCOS.  Akibat penyakit kronis tersebut, Bella kerap menahan nyeri yang sangat hebat dan tekanan emosional.

Keluhan itu sangat terasa pada saat dirinya harus menjalani jadwal pemotretan yang sibuk dan padat, sehingga membuat aktivitasnya terganggu. Ia mengenang masa awal kariernya sebagai model dengan mengingat betapa sulitnya masa-masa itu.  Adik Gigi Hadid ini harus berjalan di atas panggung peragaan busana sambil menahan rasa sakit saat haid.

Kondisi Kronis Bella Hadid

Gagasan cuti dua minggu saat menstruasi memang terdengar tidak biasa bagi sebagian orang dan menimbulkan banyak perdebatan, termasuk beberapa ada yang menganjurkan untuk bekerja dari rumah (WFH). Meski begitu Bella tetap menegaskan bahwa kondisi kronis seperti yang dialaminya butuh perhatian khusus. Bahkan menurutnya, bukan hanya selama minggu menstruasi, tetapi juga minggu menjelang menstruasi,

Pernyataan Bella Hadid sepertinya bakal memunculkan diskusi yang panjang dan membuka mata banyak orang bahwa isu kesehatan menstruasi bukanlah hal sepele. Meskipun nyeri haid tidak sama dialami oleh setiap perempuan tapi kondisi kesehatan tertentu seperti endometriosis, PMDD, dan PCOS, patut dijadikan pertimbangan.

Berbeda dengan menstruasi normal, endometriosis terjadi ketika lapisan rahim (endometrium) tumbuh di luar rahim. Endometrium tersebut biasanya akan tumbuh di sekitar ovarium atau di bawah rahim. Saat lapisan ini luruh, terjadi pendarahan internal di panggul, yang menyebabkan nyeri, peradangan, pembengkakan, dan bekas luka.

Dampak Signifikan Endometriosis

Melansir kanal Health Liputan6.com, endometriosis bukanlah penyakit yang langka. Kondisi ini telah mempengaruhi ratusan ribu wanita setiap tahunnya. Endometriosis dapat memiliki dampak yang signifikan pada kehidupan wanita.

Rasa sakit yang parah dapat mengganggu aktivitas sehari-hari, seperti bekerja, sekolah, dan bersosialisasi.  Endometriosis juga dapat menyebabkan masalah kesehatan mental seperti depresi dan kecemasan. Infertilitas adalah komplikasi lain yang umum dari endometriosis.

Endometriosis memang terdengar menyeramkan dan serius, tetapi dengan diagnosis dan pengobatan yang tepat, wanita dengan endometriosis dapat menjalani hidup yang normal dan bebas rasa sakit.

Sedangkan PCOS adalah masalah kesehatan yang disebabkan oleh ketidakseimbangan hormon reproduksi, kata Office of Women's Health (OWH). Ketidakseimbangan hormon tersebut menimbulkan masalah pada ovarium, yang menghasilkan sel telur yang dilepaskan setiap bulan sebagai bagian dari siklus menstruasi.

Bila Anda menderita PCOS, sel telur mungkin berkembang sebagaimana mestinya atau mungkin tidak dilepaskan selama ovulasi, kata OWH. Berbeda dari endometriosis, gejala yang paling umum oleh wanita yang mengalami PCOS antara lain:

Gejala Wanita yang Mengalami PCOS

• Menstruasi tidak teratur

• Pertumbuhan rambut berlebih di wajah, dada, perut, atau paha atas

• Jerawat parah, atau jerawat yang tidak merespons pengobatan umum

• Kulit berminyak

• Bercak kulit tebal, lembut, dan gelap

• Kista ovarium.

Sebagian besar wanita pasti sudah akrab dengan rasa cemas, sakit kepala, nyeri pada payudara, perubahan suasana hati, atau gejala tidak nyaman lain yang muncul bersamaan dengan Premenstrual Syndrome (PMS). Namun, apabila gejala-gejala tersebut semakin ekstrem kemungkinan Anda mengalami Premenstrual Dysporic Disorder (PMDD).

Dilansir dari Byrdie, seorang dokter kandungan dan ahli endokrin reporduksi, Aimee Eyvazzadeh menyarankan untuk mengunjungi tenaga ahli apabila sudah dirasakan gejala PMS yang lebih ekstrem.

"Langkah awal terbaik adalah memastikan kondisi yang dirasakan dengan menemui dokter yang berpengalaman dan dapat membuat nyaman para wanita ketika melakukan perawatan Premenstrual Dysporic Disorder," ujar Aimee Eyvazzadeh.

Setelah melakukan langkah awal tersebut, lanjutkan dengan lakukan pemeriksaan lebih mendalam pada gejala-gejala yang dirasakan. Tujuannya untuk mendeteksi ada atau tidak penyakit lain yang timbul akibat gejala tersebut.

Read Entire Article
Online Global | Kota Surabaya | Lifestyle |