Aksi Pendaki Selamatkan Diri dari Timbunan Salju Gunung Everest Berbekal Panci

1 week ago 28

Liputan6.com, Jakarta - Tak pernah terbayangkan oleh Feng Holiday (30) bahwa pendakiannya ke lereng Gunung Everest nan indah bersama teman-temannya berubah jadi mimpi buruk. Badai salju anomali memaksanya dan ratusan pendaki lain terperangkap di timbunan salju.

Mengutip CNN, Selasa (7/10/2025), Feng dan rombongannya berangkat dari Desa Youpa, di Prefektur Shigatze, Tibet, untuk mendaki Lembah Gama, di sisi timur Gunung Everest pada Rabu, 1 Oktober 2025. Ia yang antusias dengan perjalanan tersebut awalnya tidak khawatir ketika salju mulai turun karena kelompoknya membawa perlengkapan yang memadai.

Tiga hari kemudian, badai salju dahsyat melanda kawasan itu. Guntur dan kilat menyambar pegunungan itu. Seketika, rasa amannya berubah jadi kecemasan. "Menjelang tengah malam, salju semakin tebal, dan kantong tidur saya tidak cukup kuat. Ada embun yang menetes di dalamnya, membuatnya lembap," katanya.

Salju disertai angin yang luar biasa merobohkan sejumlah tenda pendaki dan menutup jalur pendakian pada Sabtu malam, 4 Oktober 2025. "Jadi, saya harus keluar dan menyekop salju," katanya.

Ratusan Pendaki Terjebak di Ketinggian 5.000 Meter

Feng melanjutkan, "Saya mendapati rekan-rekan satu tim saya juga terkubur. Kami semua harus menggali bersama, yang sulit (dilakukan) karena kami tidak punya peralatan—hanya menggunakan panci masak kami!"

Lebih dari 95 cm salju turun di puncak Gunung Everest pada Sabtu pekan lalu, menurut perkiraan dari beberapa laporan salju—hampir tiga kali lipat rata-rata curah salju mingguan untuk periode ini. Feng dan ratusan pendaki pun terjebak di ketinggian sekitar 16.400 kaki (sekitar lima ribu meter). 

Setelah malam yang "menakutkan," pada Minggu pagi, Feng dan teman-temannya mulai mendaki gunung sendirian, meninggalkan tenda dan perlengkapan mereka dan hanya membawa ransel yang lebih ringan. Mereka tiba di kaki gunung sekitar pukul 18.30 waktu setempat.

"Di mana para pejabat pemerintah dan penduduk setempat telah menunggu mereka," kata Feng. 

Abnormalitas Cuaca

Feng bersama 350 pendaki lain kemudian dievakuasi ke kota kecil Qudang. Sementara, lebih dari 200 lain yang masih terjebak masih menunggu bantuan dari pihak berwenang, menurut informasi terbaru dari media pemerintah Tiongkok, CCTV, Senin pagi, 6 Oktober 2025.

Oktober adalah musim pendakian yang sibuk di sekitar Everest, ketika langit cenderung cerah setelah musim hujan. Minggu itu juga bertepatan dengan liburan Minggu Emas di Tiongkok.

"Cuaca tahun ini tidak normal. Pemandu mengatakan dia belum pernah mengalami cuaca seperti itu di bulan Oktober. Dan itu terjadi terlalu tiba-tiba," kata Chen Geshuang, pendaki lain yang dievakuasi ke Qudang, kepada kantor berita Reuters. "Cuaca di pegunungan sangat basah dan dingin, dan hipotermia merupakan risiko yang nyata."

Bencana Terburuk di India dan Nepal

Video yang diunggah ke platform media sosial Tiongkok Xiaohongshu menunjukkan para pendaki menyekop salju dari tenda-tenda yang terkubur dalam kondisi badai salju yang kencang. Hujan salju lebat itu menyusul cuaca ekstrem selama seminggu di wilayah Himalaya.

Mengutip The Sun, akses ke Kawasan Pemandangan Everest telah ditangguhkan sejak Sabtu karena hujan salju yang lebat. Satu orang dilaporkan meninggal dunia akibat badai salju yang tiba-tiba melanda Provinsi Qinghai, Tiongkok. Wilayah tersebut menghadapi cuaca buruk selama akhir pekan dengan negara tetangga Nepal dilanda hujan lebat dan banjir yang mengakibatkan tanah longsor mematikan dan banjir bandang yang menewaskan sedikitnya 47 orang, lapor media tersebut.

Sementara, Hindustan Times melaporkan bahwa sedikitnya 23 orang tewas dalam bencana tanah longsor di Darjeeling, Benggala Barat, India, pada Minggu, 5 Oktober 2025. Bencana itu disebut salah satu bencana terburuk di wilayah tersebut sejak 2015.

Read Entire Article
Online Global | Kota Surabaya | Lifestyle |