Ahli Gizi Komentari Bingkisan Open House Presiden Prabowo di Istana Negara, Ada Biskuit dan Mi Instan

4 days ago 18
Update Liputan News 24 Jam Cermat Terbaik

Liputan6.com, Jakarta - Presiden Prabowo Subianto menggelar open house saat hari raya Idulfitri atau Lebaran 2025, Senin, 31 Maret 2025. Ribuan warga datang ke Istana Negara untuk mengunjungi open house dan bertemu Presiden Prabowo.

Tak hanya bisa menikmati hidangan yang disuguhkan pihak istana, para pengunjung juga mendapat bingkisan yang dibungkus dengan tas jinjing berwarna cokelat putih dan biru muda putih. Isi tas itu berupa makanan untuk. Ada berbagai macam pangan, mulai dari kental manis, teh celup, mi instan, biskuit kaleng, gula, kecap, saus botol, dan kopi.

Semua isinya dibungkus dijadikan satu dan ditenteng warga saat meninggalkan Istana Negara. Ada pula bingkisan non makanan berisi payung hingga tumbler. Isi bingkisan dari Presiden Prabowo ternyata mendapatkan kritik dari ahli gizi, dokter Tan Shot Yen.

Melalui akun Instagramnya, @drtanshotyen, ia menyanyangkan isi bingkisan tersebut. Menurut dokter Tan Shot Yen, bseaiknya bingkisan berlogo kepresidenan bukan dari merek pabrikan.

"Baiknya bingkisan berlogo Istana Kepresidenan isinya apa?” Non food bisa handuk, sabun, wadah makanan, tumbler, tas lipat buat belanja (bangga loh kalau ada sablonnya: halal bi halal Istana Kepresidenan)," tulisnya dalam unggahannya pada Rabu, 2 April 2025.

Sedangkan untuk bingkisan makanan, ia merekomendasikan sembako atau jajanan lokal. "Food? sembako dong kacang ijo, kacang merah. Matengan? lemper, lepet, arem-arem, combro, kue lumpur, kue bugis, nasi bali, nasi begana, sego kucing. Nggak usahlah pasang-pasang logo merk,” tulisnya lagi.

Dokter Tan juga pernah menyoroti program Makan Bergizi Gratis (MBG) terkait perubahan menu saat bulan Ramadan yang beralih ke makanan instan. Dalam beberapa foto yang beredar di media sosial menunjukkan paket MBG yang berbeda dari biasanya, di mana makanan instan seperti biskuit, roti, dan sereal menggantikan menu bergizi seimbang.

Mengurangi Konsumsi Makanan Instan

Akun X @barengwarga turut mengangkat isu ini melalui tagar #AwasiMBGRamadhan, membagikan potret makanan instan yang dibagikan selama bulan puasa. Dalam unggahan tersebut, terlihat paket makanan yang berisi satu sampai dua produk instan, dilengkapi telur rebus, dua sampai tiga buah kurma, susu kemasan, serta buah seperti jeruk atau salak.

Padahal beberapa waktu lalu Wakil Menteri Sosial Agus Jabo Priyono mengingatkan anak-anak Sekolah Dasar (SD) Barunawati, Palmerah, Jakarta Barat, untuk mengurangi konsumsi makanan cepat saji (instan). "Belajar makan sayur, belajar makan buah. Jangan makanan yang 'instan-instan' terus, harus makanan bergizi supaya menjadi generasi yang hebat," kata Agus saat meninjau pelaksanaan Program Makan Bergizi Gratis (MBG) di SD Barunawati Palmerah, 8 Januari 2025, dikutip dari Antara.

Pergantian menu ini diklaim demi kepraktisan, agar makanan bisa dibawa pulang untuk berbuka puasa. Namun, publik menyoroti aspek gizi yang justru dinilai berkurang drastis. Beberapa warganet mengkritik keras keputusan ini, menilai makanan tersebut tidak mencerminkan konsep "bergizi" yang dijanjikan.

"Kata gua mending label 'bergizi' nggak usah dipake kalo makanannya kaya gini. Ini rata-rata udah keliatan tinggi gula, seratnya rendah, nggak bergizi seimbang," komentar seorang pengguna X.

Makanan Instan Picu Kekhawatiran

Tak hanya soal kandungan nutrisi, biaya yang rendah juga menjadi perhatian. Banyak yang memperkirakan nilai makanan tersebut kurang dari Rp10 ribu per paket, jauh dari ekspektasi anggaran yang diberitakan sebelumnya.

Keputusan Badan Gizi Nasional (BGN) untuk mengganti menu MBG dengan makanan instan memicu kekhawatiran para ahli. Salah satunya datang dari dr. Tan Shot Yen, dokter sekaligus pakar gizi masyarakat. Ia menyebut kebijakan ini bisa membingungkan persepsi anak-anak tentang makanan sehat.

"Jika produk ultra proses dibagi di sekolah, anak akan berpikir kalau ini asupan sehat. Kan diajarkan makan ini. Bahkan bisa jadi pengganti sarapan. Padahal jauh dari janji semula: kearifan lokal," terang dr. Tan dalam unggahan di akuni Instagramnya @drtanshotyen pada Senin 10 Maret 2025.

Menurutnya, publik bisa jadi salah kaprah menilai makanan instan aman dikonsumsi secara rutin. Padahal, berbagai penelitian menunjukkan keterkaitan makanan ultra proses dengan peningkatan risiko berbagai masalah kesehatan. Warganet berharap ada evaluasi menyeluruh terhadap kebijakan ini agar kualitas gizi tetap menjadi prioritas, terutama saat bulan Ramadan.

Program MBG di Bulan Ramadan

Sementara itu Direktur Kebijakan Publik Center of Economic and Law Studies (Celios) Media Wahyudi Askar menilai program Makan Bergizi Gratis (MBG) seharusnya disetop sementara selama Ramadan. Dia menilai, program ini kurang efektif dijalankan sementara mayoritas pesertanya sedang menjalankan ibadah puasa.

Sedangkan Direktur Kebijakan Publik Center of Economic and Law Studies (Celios) Media Wahyudi Askar menilai program Makan Bergizi Gratis (MBG) seharusnya disetop sementara selama Ramadan. Dia menilai, program ini kurang efektif dijalankan sementara mayoritas pesertanya sedang menjalankan ibadah puasa.

"Kalau pertanyaannya apakah sebaiknya MBG dihapus sementara selama Ramadan? Ya memang dihapus," kata Media Wahyudi kepada tim Bisnis Liputan6.com, Kamis, 6 Maret 2025.. Namun, dia mengatakan, sarannya ini kemungkinan tak akan dituruti oleh pemerintah. Lantaran, kebijakan MBG masuk dalam ranah politik anggaran yang perlu menjamin programnya berjalan.

"Karena enggak logis juga pelaksanaan program ini, tapi saya yakin juga keinginan saya enggak akan mungkin terjadi karena dari perspektif pemerintahnya ini sudah politik anggaran," ucapnya. "Kalau sudah politik anggaran, kebijakannya dipaksakan," ia menambahkan. Dia menilai, pelaksanaan MBG saat bulan Ramadan akan menimbulkan anggaran terbuang hingga miliaran bahkan triliunan rupiah.

Read Entire Article
Online Global | Kota Surabaya | Lifestyle |