Liputan6.com, Jakarta - Idul Adha identik dengan ibadah penyembelihan hewan kurban seperti sapi, kambing dan domba hingga pembagian dan konsumsi daging kurban. Hidangan daging kurban mulai dari sate, gulai, hingga tongseng menjadi menu yang sayang untuk dilewatkan. Meski begitu ada bahaya di balik konsumsi daging kurban secara berlebihan yang berdampak bagi kesehatan.
Menurut ahli gizi dari Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr. Sardjito, Yogyakarta, Asri Arimawati, S.Tr.Gz, masyarakat sebaiknya tidak mengonsumsi daging kurban secara berlebihan. Jika dikonsumsi melebihi kebutuhan harian, daging justru bisa memicu gangguan kesehatan yang cukup berat.
"Bakal ada banyak, ada beberapa hal yang memang harus mulai kita sadari ya. Jadi nanti akan meningkatkan risiko penyakit jantung," ujar Asri dalam talkshow kesehatan yang diselenggarakan Kementerian Kesehatan, yang dibagikan di akun Instagram @kemenkes_ri pada Selasa, 3 Juni 2025.
Daging kurban memang mengandung banyak nutrisi seperti protein dan zat besi, namun juga ada unsur negatifnya. Pasalnya daging kurban juga mengandung lemak jenuh tinggi yang apabila dikonsumsi secara berlebihan bisa menumpuk dan membentuk plak di pembuluh darah.
Pengolahan Daging yang Tidak Sehat
"Jadi nanti bisa menyebabkan plak-plak di dalam saluran-saluran pembuluh darah sehingga akan memicu penyakit jantung. Kemudian bisa juga stroke, bisa juga hipertensi," terang Asri.
Ia juga mengungkapkan bahwa gejala awal konsumsi berlebih bisa berupa pusing dan mual, terutama jika daging dimasak dengan bahan-bahan tinggi lemak seperti santan, minyak, dan kecap manis secara berlebihan. Ketika mengonsumsi daging sapi maupun kambing atau domba secara berlebihan, biasanya kita merasa agak pusing atau mual.
Hal itu dipastikkan karena terlalu banyak lemak jenuhnya yang secara kita sadari ataupun tidak kita sadari masuk ke dalam tubuh kita. Risiko lain yang tak kalah serius adalah meningkatnya potensi kanker. Asri menegaskan bahwa bukan dagingnya yang salah, namun cara pengolahan yang tidak sehatlah yang menjadi pemicunya.
Ia mencontohkan kebiasaan masyarakat yang mengolah daging dengan cara dibakar atau dipanggang secara berlebihan, seperti membuat sate. Proses pembakaran dapat menghasilkan zat karsinogenik yang membahayakan tubuh.
Proses Pemanggangan
"Daging bisa disate, dipanggang. Kalau makan sate dalam sekali porsi pada saat Idul Adha, berapa tusuk? Ya kalau bisa sekitar 5 sampai 10 tusuk. Jadi hal-hal seperti itu yang masih kurang disadari ya," jelasnya.
Ia menambahkan, risiko kanker juga datang akibat munculnya zat-zat karsinogenik dari hasil pembakaran. Proses pemanggangan itu banyak juga yang jadinya tanpa disadari kita konsumsi.
Dengan banyaknya risiko yang mengintai, mulai dari jantung, stroke, hipertensi, hingga kanker, masyarakat diimbau untuk bijak dalam mengatur porsi dan cara mengolah daging kurban. Masyarakat juga perlu mengetahui ciri atau kriteria daging kurban yang aman dikonsumsi jelang Idul Adha.
Hal ini disampaikan Peneliti Pusat Riset Teknologi dan Proses Pangan (PRTPP) Gunungkidul, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Widodo Suwito. Menurutnya, hewan yang hendak dikurbankan harus sehat, dibuktikan dengan surat keterangan kesehatan hewan atau SKKH.
Daging Kurban yang Aman Dikonsumsi
"Hewan kurban harus memiliki Surat Keterangan Kesehatan Hewan atau SKKH yang dikeluarkan dari dinas peternakan setempat. Jika tidak ada SKKH, pastikan hewan yang digunakan untuk kurban tidak ada luka, tidak diare, tidak pincang, kemudian performanya atau penampakannya bagus," ujar Widodo, mengutip kanal Health Liputan6.com yang melansir dari laman BRIN, Senin, 2 Juni 2025.
"Ketika ada cacat atau penyakit lainnya, maka daging hewan tersebut tidak aman untuk dikonsumsi," tambahnya.
Selain kesehatan, ia juga menyampaikan ciri-ciri daging kurban yang aman untuk dikonsumsi. Di antaranya, warna dagingnya segar atau memiliki warna merah cerah dan tidak pucat, tekstur daging elastis dan tidak lembek ataupun keras, serta bau daging tidak busuk.
Daging segar harus disimpan pada suhu yang dingin (disimpan di freezer) untuk mencegah pertumbuhan bakteri. Selain itu, pastikan untuk memisahkan antara jeroan dan daging serta gunakan wadah yang tertutup.
"Ketika daging dibiarkan begitu saja dalam suhu ruangan, maka dapat menyebabkan pertumbuhan bakteri, kebusukan, dan kerusakan tekstur serta rasa, sehingga daging dapat lembek ataupun berlendir," papar Widodo.