Liputan6.com, Jakarta - Hanya berselang sehari dari insiden terjatuhnya turis Swiss di dekat Danau Segara Anak pada Rabu, 16 Juli 2025, berita tentang pendaki kecelakaan di Gunung Rinjani kembali berulang. Korbannya kali ini adalah seorang wisatawan Belanda bernama Sarah Van Hulten (26).
Dalam rilis yang disampaikan Kepala Balai TN Gunung Rinjani (TNGR) Yarman, WN Belanda itu terjatuh di lokasi tak jauh dari kecelakaan yang menimpa turis Swiss, Benedikt Emmenegger (46), yakni sekitar 50 meter sebelum jembatan menuju arah Danau Segara Anak. Ia jatuh ke kedalaman sekitar 20--30 meter.
Saat kecelakaan terjadi, ia sedang mendaki bersama tiga orang lainnya didampingi oleh seorang pemandu dan dua porter. "Berdasarkan Aplikasi eRinjani, korban teregistrasi mulai mendaki pada tanggal 16 Juli 2025 melalui pintu pendakian Sembalun, dengan kode booking ERROYLPQM0JNNM," kata Yarman, Kamis (17/7/2025).
Informasi soal jatuhnya turis asing itu kemudian disampaikan oleh operator tur kepada pihak balai, sekitar pukul 13.08 Wita. Selanjutnya, pihak balai berkoordinasi dengan tim evakuasi Edelweis Medical Help Center (EMHC) untuk mengevakuasi wisatawan Belanda tersebut.
Turis Belanda Alami Patah Leher
Karena komunikasi yang tidak lancar dengan pemandu, petugas TNGR yang berjaga di Pelawangan diperintahkan memeriksa korban di lokasi dengan membawa peralatan yang tersedia di Shelter Emergency. Sekitar sejam kemudian, pihaknya mendapat kontak guide yang menginformasikan bahwa tamunya diduga mengalami patah leher.
Pada pukul 14.21 Wita, petugas Balai Taman Nasional Gunung Rinjani tiba di lokasi dan langsung melaporkan kondisi korban dan melaporkan kondisi korban dan cuaca. "
"Tim medis EMHC dan petugas Taman Nasional Gunung Rinjani berdasarkan analisa video dan dokumentasi lainnya bahwa korban mengalami patah leher, pendarahan di kepala namun dalam kondisi sadar, namun sangat berisiko untuk dilakukan evakuasi manual/darat," kata Yarman.
Pihak balai kemudian berkoordinasi dengan SGI Air Bali selaku penyedia layanan helikopter untuk membantu evakuasi korban via udara. Mereka juga mengontak Klinik Nusa Medica di Bali untuk memberi dukungan medis dalam proses evakuasi.
Dievakuasi dengan Helikopter
Sama seperti menangani turis Swiss yang jatuh, proses evakuasi juga dijalankan melalui udara. Helikopter dikerahkan dari Bali pada pukul 15.44 Wita dengan membawa dokter untuk memberi pertolongan pertama pada korban. Pihak balai menanggapinya dengan menyiapkan lokasi pendaratan helikopter.
"Pukul 16.42 Wita, helikopter berhasil mendarat pada lokasi yang telah disiapkan, dan dokter langsung melakukan perawatan dan penanganan pertama pada korban," kata Yarman
Sekitar 12 menit kemudian, helikopter terbang membawa korban menuju Denpasar bersama dokter dan rekan korban. Mereka tiba di hanggar sekitar pukul 17.30 Wita dan langsung membawa korban ke RS BIMC Kuta Bali.
Sebelumnya, evakuasi cepat dilaksanakan untuk menolong turis Swiss yang terjatuh di jalur menuju Danau Segara Anak, Gunung Rinjani. Proses evakuasi itu didukung oleh pihak asuransi pribadi korban yang mengontak pihak rumah sakit di Denpasar. Saat dievakuasi, kondisi korban mengalami patah tulang dan pendarahan.
"Cuma kita belum tahu apakah di kepala atau apa dan pendarahan ini karena tergores atau seperti apa juga," kata Ketua Tim Evakuasi Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (BTNGR) Gede Mustika.
Jalur Pendakian Pelawangan Sembalun Ditutup
Pada hari yang sama, Balai TNGR mengumumkan bahwa aktivitas pendakian di jalur Pelawangan Sembalun menuju Danau Segara Anak ditutup mulai 16 Juli 2025 hingga waktu yang akan ditentukan kemudian. Pihaknya juga menutup sementara pemesanan tiket pendakian melalui aplikasi eRinjani.
"Pengunjung yang telah memiliki tiket dapat melakukan pendakian sesuai tanggal yang tertera pada tiket," sambung bunyi pengumuman tersebut. Dengan begitu, satu-satunya jalur pendakian yang bisa dilewati adalah melalui Sembalun. Penutupan tersebut dilakukan dalam rangka peningkatan layanan wisata alam serta pengelolaan kawasan konservasi yang berkelanjutan.
Sebelumnya, Menteri Kehutanan (Menhut) Raja Juli Antoni ingin mengevaluasi total prosedur keamanan pendakian di Taman Nasional usai insiden tewasnya turis Brasil, Juliana Marins, di Gunung Rinjani. Ia ingin ada perbaikan signifikan dalam kegiatan pendakian setelah evaluasi dilakukan.
"Kita harus hati-hati sekali tentang pengelolaan Taman Nasional untuk pendakian," ujar Menhut di Jakarta, Rabu, 2 Juli 2025, dikutip dalam siaran pers.
Salah satu usulan yang mencuat adalah dengan menambahkan sign board hingga penerapan gelang Radio Frequency Identification (RFID). Ia meminta penerapan gelang RFID di Rinjani segera dilakukan.