Liputan6.com, Jakarta - Setelah batal terselenggara pada 16 November 2024, International Golo Mori Jazz (IGMJ) pertama akhirnya tunai digelar di kawasan The Golo Mori, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT) pada Sabtu, 12 April 2025. Festival jazz itu menawarkan sensasi menikmati musik sembari memandang matahari terbenam yang menyelimuti deretan perbukitan hijau di sisi kiri dan perairan Selat Molo dan Pulau Rinca di sisi kanan panggung.
Suasana makin melankolis saat Maliq & D'Essentials sebagai penampil pertama menyanyikan lagu Kita Bikin Romantis. Wakil Menteri Pariwisata (Wamenpar) Ni Luh Puspa sontak kagum saat menonton langsung pertunjukan itu dan merasakan perpaduan antara musik, alam, dan budaya dalam satu bingkai.
"Malam ini saya sangat bahagia bisa hadir di International Golo Mori Jazz, sebuah pertunjukan musik yang bukan hanya menampilkan musisi kelas dunia, tapi juga memperkuat posisi Indonesia sebagai tuan rumah event internasional berkualitas," ujar Wamenpar dalam rilis yang diterima Lifestyle Liputan6.com, Minggu (13/4/2025).
IGMJ 2025 dihadirkan ITDC atau PT Pengembangan Pariwisata Indonesia untuk merayakan kekayaan budaya sekaligus memperkenalkan potensi pariwisata Indonesia kepada dunia. Selain Maliq & D'Essentials, tampil pula Sheila Majid, Tohpati Orchestra, serta Andien, yang berdampingan dengan musisi lokal berbakat asal Nusa Tenggara Timur seperti Tate Kind Art dan Gema Nusa Project.
"International Golo Mori Jazz menjadi bukti bahwa pariwisata kita semakin inklusif dan kreatif, menyatukan kekuatan budaya, alam, dan seni pertunjukan dalam satu panggung yang memukau. Ini adalah wajah pariwisata baru Indonesia berkelas dunia namun tetap membumi," kata Wamenpar.
Klaim Berdayakan Masyarakat Setempat
Penyelenggaraan IGMJ 2025 juga memberi dampak turunan yang besar karena turut melibatkan UMKM, menghadirkan pameran seni, serta pemberdayaan masyarakat lokal.
"Melalui festival musik, kita tidak hanya menghibur, tetapi juga menggerakkan ekonomi lokal mulai dari sektor akomodasi, kuliner, UMKM, hingga transportasi," kata Wamenpar Ni Luh Puspa.
IGMJ 2025 juga semakin spesial karena mengedepankan aspek yang kuat terhadap keberlanjutan lingkungan. Panitia merancang seluruh aspek pelaksanaan festival menerapkan prinsip eco green, mulai dari pengelolaan sampah yang bertanggung jawab, penggunaan material daur ulang, penyediaan stasiun isi ulang untuk air minum, hingga instalasi seni berbasis reuse.
"Event seperti ini sangat penting dalam mendongkrak citra pariwisata Indonesia, khususnya di destinasi unggulan seperti Labuan Bajo,” ujarnya.
Kementerian Pariwisata, kata dia, terus mendorong lahirnya event-event berkualitas di berbagai daerah. "Kami percaya, melalui event, kita membangun memori, memperluas pasar wisata, dan menciptakan dampak ekonomi nyata bagi masyarakat. Selamat atas terselenggaranya Golo Mori Jazz Festival," ujarnya.
Pembeli Tiket Mayoritas Warga Lokal
Sementara itu, melansir Antara, Direktur Utama Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC) Ari Respati menyatakan event IGMJ 2025 di Labuan Bajo disambut antusias oleh masyarakat Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) karena mayoritas pembeli tiket merupakan warga di daerah itu.
"Yang perlu dicatat mayoritas pembeli tiket orang NTT, ini juga di luar dari dugaan kami malah sejujurnya masyarakat di luar NTT sudah kehabisan tiket dan tiket pesawat," katanya di Labuan Bajo, kemarin.
Ari menambahkan, animo masyarakat dalam kegiatan itu sangat tinggi. Total pengunjung dalam event tersebut lebih dari 800 orang, melebihi rencana awal sebanyak 600 orang. "Sejujurnya kapasitas saat ini sangat kurang sekali, kami jujur terharu, kaget senang," ujarnya.
Ia juga menjelaskan, event yang telah ditetapkan setiap tahun itu tidak hanya sebagai upaya meningkatkan sektor pariwisata di Labuan Bajo, tetapi sebuah upaya untuk mendukung pegiat seni dan kebudayaan serta peningkatan ekonomi masyarakat lokal Labuan Bajo.
"Ini sebuah persembahan kami untuk masyarakat NTT, saya yakinkan perputaran ekonomi cukup bagus, kami mencoba mengajak pelaku UMKM di seputaran lokal Labuan Bajo, musisi dan seniman lokal," katanya.
Hidupkan Convention Center di Golo Mori yang Terdampak Efisiensi
Ke depan, lanjut dia, penyelenggaraan International Golo Mori akan lebih dipersiapkan dengan baik sebagai upaya mendukung program pemerintah yang terus mengembangkan destinasi wisata di Indonesia. "Kami berupaya memberikan pengalaman yang berkualitas bagi tamu-tamu," ujarnya.
Sebelumnya, Troy Warokka, Director of Commercial ITDC, menekankan bahwa penyelenggaraan festival jazz tersebut bukan sekadar menghidupkan musik, tetapi lebih dari itu adalah untuk menggerakkan perekonomian setempat. Keberadaan convention center berstandar internasional di Golo Mori sangat sayang bila menganggur begitu saja.
"Sebagai BUMN yang ditugaskan untuk mengelola tiga kawasan, Mandalika, Nusa Dua Bali, dan NTT Golo Mori Labuan Bajo, kami harus optimalkan kawasan yang kami kelola... Kawasan yang dikelola harus memberi dampak positif pada masyarakat setempat," ia menjelaskan seraya menyebut pihaknya membuka kesempatan para UMKM lokal untuk mempromosikan produknya di ajang tersebut.
Selain menghidupkan convention center yang selama ini tergantung pada banyak agenda pemerintah, festival jazz tersebut juga menjadi ajang transfer of knowledge bagi masyarakat lokal. Bagas Indyatmono, Direktur Utama Jazz Gunung Indonesia, menyebut 80 persen kru yang terlibat dalam festival tersebut adalah masyarakat lokal.