Liputan6.com, Jakarta - Presiden Donald Trump kembali menggemparkan publik dengan klaim terbarunya mengenai salah satu merek minuman soda Coca-Cola. Dalam sebuah unggahan di platform Truth Social miliknya pada Rabu, 16 Juli 2025, Trump mengaku telah berdiskusi dengan Coca-Cola untuk mengembalikan penggunaan gula tebu asli dalam produk mereka di Amerika Serikat.
Mengutip People, Kamis, 17 Juli 2025, presiden berusia 79 tahun itu mengklaim bahwa perusahaan minuman tersebut telah menyetujui inisiatif ini.
"Saya telah berbicara dengan Coca-Cola tentang penggunaan Gula Tebu ASLI dalam Coca-Cola di Amerika Serikat, dan mereka telah setuju untuk melakukannya. Saya ingin berterima kasih kepada semua pihak yang berwenang di Coca-Cola. Ini akan menjadi langkah yang sangat baik dari mereka — Anda akan lihat. Rasanya jauh lebih baik!" demikian bunyi unggahan Trump.
Pernyataan ini mengundang perhatian publik mengingat kecintaan Trump yang terdokumentasi dengan baik terhadap Diet Coke, yang menggunakan pemanis alternatif aspartam. Klaim itu segera ditanggapi Coca-Cola Company.
Tanggapan Coca-Cola dan Perspektif Industri
Coca-Cola Company merespons pernyataan Trump dengan nada diplomatis. "Kami menghargai antusiasme Presiden Trump terhadap merek Coca-Cola kami yang ikonis. Detail lebih lanjut tentang penawaran inovatif baru dalam rangkaian produk Coca-Cola kami akan segera dibagikan," kata Coca-Cola dalam pernyataan yang dibagikan kepada People.
CEO Coca-Cola Company, James Quincey, sebelumnya telah mengumumkan bahwa perusahaan berkomitmen untuk mengurangi kandungan gula dalam produk mereka. Coca-Cola selama ini menggunakan sirup jagung fruktosa tinggi di AS, sementara di negara lain seperti Meksiko dan Australia, mereka menggunakan gula tebu. Perubahan ini dipicu oleh kenaikan harga gula pada 1984, seperti dilaporkan Fortune.
Di sisi lain, John Bode, Presiden dan CEO Corn Refiners Association, mengkritik langkah ini. "Mengganti sirup jagung fruktosa tinggi dengan gula tebu tidak masuk akal," ujar Bode. Ia menambahkan bahwa perubahan ini bisa menghilangkan ribuan pekerjaan manufaktur makanan di AS, menekan pendapatan pertanian, dan meningkatkan impor gula asing, tanpa manfaat gizi yang jelas.
Dampak Ekonomi dan Kesehatan dari Penggunaan Gula Tebu
Keputusan untuk beralih ke gula tebu di AS bukan hanya masalah preferensi rasa, tetapi juga berimplikasi ekonomi dan kesehatan yang luas. Menteri Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan, Robert F. Kennedy Jr., mendukung langkah ini sebagai bagian dari inisiatif Make America Healthy Again. Ia berkomitmen untuk melarang bahan-bahan kontroversial seperti sirup jagung fruktosa tinggi dan minyak biji-bijian dalam produk makanan.
Namun, kritik dari industri pengolahan jagung menyoroti potensi dampak negatif terhadap ekonomi lokal dan perdagangan internasional. Mengganti sirup jagung fruktosa tinggi dengan gula tebu dapat mempengaruhi ribuan pekerjaan di sektor manufaktur dan pertanian, serta meningkatkan ketergantungan pada impor gula.
Penggunaan gula tebu juga menimbulkan pertanyaan tentang dampaknya terhadap kesehatan masyarakat. Meskipun banyak yang percaya bahwa gula tebu lebih alami, kedua pemanis ini mengandung kalori yang serupa dan dapat berkontribusi terhadap masalah kesehatan seperti obesitas dan diabetes jika dikonsumsi berlebihan.
Donald Trump Jualan Parfum
Sementara diskusi ini terus berlanjut, publik menantikan langkah nyata dari Coca-Cola dan dampaknya terhadap industri minuman di Amerika Serikat. Apakah perubahan ini akan menjadi langkah besar menuju produk yang lebih sehat, atau justru menimbulkan tantangan baru bagi ekonomi dan kesehatan masyarakat? Waktu yang akan menjawab.
Selain kontroversi tersebut, Trump juga menjadi sorotan setelah meluncurkan produk terbarunya, parfum dan cologne bermerek Victory 45-47. Parfum ini dipasarkan dengan harga USD249 atau sekitar Rp4 jutaan, dan didesain untuk mencerminkan 'Kemenangan, Kekuatan, dan Kesuksesan'.
Mengutip dari Euronews, Kamis, 3 Juli 2025, peluncuran itu tidak lepas dari kontroversi dan kritik, terutama terkait waktu peluncurannya yang bertepatan dengan pengesahan RUU pemotongan pajak dan belanja yang kontroversial. Parfum ini, yang namanya merujuk pada masa jabatan presidennya yang ke-45 dan ke-47, tersedia dalam dua varian: untuk pria dan wanita. Versi wanita diklaim mengekspresikan kepercayaan diri, kecantikan, dan tekad yang tak terhentikan.