Akhir Gugatan Hukum Rp16,2 Triliun terhadap Alaska Airlines, Buntut Insiden Panel Pintu Terlepas di Udara

6 hours ago 5

Liputan6.com, Jakarta - Tiga penumpang yang menggugat Alaska Airlines dan Boeing setelah panel pintu dari pesawat yang mereka tumpangi terlepas di ketinggian 16 ribu kaki telah mencapai penyelesaian di luar pengadilan.

Melansir Independent, Sabtu (19/7/2025), para penumpang ini berada dalam pesawat Alaska Airlines 1282 dari Portland ke Ontario, California, Amerika Serikat (AS), pada 5 Januari 2024, ketika panel pintu tiba-tiba terlepas dari pesawat Boeing 737 Max di udara. Mereka menggugat Alaska Airlines dan Boeing sebesar 1 dolar miliar (sekutar Rp16,2 triliun) tahun lalu, tapi mencapai penyelesaian di luar pengadilan awal bulan ini, menurut KPTV.

Gugatan tersebut dibatalkan pada 7 Juli 2025 dengan prasangka, yang berarti mereka tidak dapat mengajukan kembali gugatan yang sama di kemudian hari. Ketentuan penyelesaian tidak diungkap sebagai bagian dari perjanjian penyelesaian, kata pengacara mereka.

Bulan lalu, Dewan Keselamatan Transportasi Nasional (NTSB) AS memutuskan Boeing bersalah atas insiden mengerikan tersebut. Badan tersebut mengatakan, mereka menemukan empat baut hilang dari panel pintu, yang menyebabkannya perlahan bergeser selama lebih dari 100 penerbangan hingga akhirnya terlepas.

Kata Boeing

Dalam sebuah pernyataan, Boeing mengatakan, perusahaan "menyesalkan kecelakaan ini" dan akan "terus berupaya memperkuat keselamatan dan kualitas di seluruh operasi kami." Badan tersebut menyatakan, 174 penumpang di dalam pesawat selamat dan berhasil dievakuasi berkat awak pesawat.

Para penumpang mengaku sangat ketakutan, dan melaporkan bahwa vakum udara yang begitu kuat hingga barang-barang pribadi mereka tersedot keluar. Seorang penumpang bahkan mengatakan bahwa bajunya robek di bagian punggung.

Ketua NTSB, Jennifer Homendy, mengatakan ini adalah "keajaiban tidak ada yang meninggal." "Kecelakaan ini seharusnya tidak pernah terjadi," kata Homendy bulan lalu. "Sejak kejadian ini, fokus perhatian banyak tertuju pada kesalahan manusia, pada tindakan satu atau dua karyawan Boeing."

"Perlu saya tegaskan, kecelakaan seperti ini tidak terjadi karena satu individu, atau bahkan sekelompok individu, dunia penerbangan jauh lebih tangguh. Kecelakaan seperti ini hanya terjadi ketika terjadi beberapa kegagalan sistem," tambahnya.

Insiden Lainnya

Puluhan cepu sebelumnya mengungkap kekhawatiran mereka tentang protokol keselamatan perusahaan musim panas lalu. Roy Irvin, yang bekerja sebagai investigator kualitas untuk Boeing selama enam tahun, secara eksklusif mengatakan pada The Independent, "Kejadian (panel) pintu terlepas itu benar-benar menyentuh hati saya karena saya sudah memprediksi hal ini."

"Hal-hal tidak akan diketahui siapa pun kecuali ditemukan," tambahnya. "Ada hal-hal lain yang mungkin belum ditemukan."

Juga tahun lalu, pesawat Boeing 737 milik Alaska Airlines terpaksa putar balik setelah salah satu mesin utamanya rusak di udara. Beruntung, penerbangan tersebut dapat mendarat dengan selamat di Seattle, AS.

Mengutip Business Insider, 30 Agustus 2024, menurut Badan Penerbangan Federal AS, pesawat Boeing 737-700 terpaksa putar balik pada Minggu, 25 Agustus 2024, setelah salah satu mesinnya rusak di udara, menurut laporan kru pesawat. Badan pemerintah tersebut mengatakan, pesawat menuju Oakland itu berangkat dari Bandara Internasional Seattle-Tacoma. 

Kejadian Traumatis

Seorang juru bicara Alaska Airlines mengatakan bahwa mesin kiri pesawat Boeing 737 rusak segera setelah lepas landas. Pesawat yang terlibat dalam insiden itu berusia 24 tahun, menurut data FAA, dan mesinnya diproduksi CFM International.

Boeing disebut tidak bertanggung jawab atas perawatan dan pemeliharaan pesawat setelah beroperasi. Penerbangan pesawat Alaska Airlines 1240 berbalik arah dan mendarat dengan selamat di Sea-Tac sekitar pukul 13.30, waktu setempat, menurut FAA, yang mengatakan akan menyelidiki insiden tersebut.

"Terima kasih pada para kru karena telah mengikuti prosedur standar untuk situasi ini dan mendarat dengan selamat dan tanpa insiden," kata juru bicara maskapai tersebut. "Kami berusaha menjaga penumpang kami dan mengakomodasi perjalanan mereka ke Oakland. Kami mohon maaf atas ketidaknyamanan ini."

Dabney Lawless, seorang penumpang di dalam pesawat bersama putranya yang berusia 13 tahun, mengatakan insiden itu traumatis. "Kerusakan mesin memicu penumpang mengirim pesan pada orang yang mereka cintai karena takut," katanya.

Read Entire Article
Online Global | Kota Surabaya | Lifestyle |