Liputan6.com, Jakarta - Satu lagi contoh kasus yang membuktikan bahwa tidak semua tantangan di media sosial perlu diikuti. Belakangan, burn lines challenge jadi di kalangan remaja dan dewasa muda di seluruh dunia.
Tren ini, yang melibatkan penempelan selotip atau stensil pada kulit untuk sengaja membakar garis tan berpola, telah memicu kekhawatiran luas di kalangan pakar kesehatan global, melansir The Manila Times, Minggu (10/8/2025).
Merek kecantikan La Roche-Posay menggarisbawahi risiko serius paparan sinar matahari tanpa perlindungan. Berlawanan dengan persepsi umum, garis tan bukanlah tren yang tidak berbahaya, melainkan tanda kerusakan kulit yang terlihat. Paparan sinar UV yang berkepanjangan tanpa perlindungan yang memadai dapat secara signifikan meningkatkan risiko kanker kulit, termasuk melanoma.
Mengamini itu, Ketua Departemen Dermatologi Rumah Sakit Universitas Nice, Prancis, Prof. Thierry Passeron, bersama sejumlah pakar lain merilis pernyataan, "Sebagai dokter kulit, kami sangat prihatin dengan tren burn lines di media sosial."
Tidak Semata Sembrono
Para dokter kulit itu melanjutkan, "Praktik semacam itu tidak hanya sembrono, tapi juga berkontribusi langsung terhadap kerusakan kulit yang tidak dapat diperbaiki, kerusakan DNA, penuaan dini, dan secara signifikan meningkatkan risiko kanker kulit, termasuk melanoma, salah satu kanker yang paling cepat berkembang dan paling mematikan di kalangan generasi muda."
"Hanya satu kali sengatan matahari di masa kanak-kanak dapat meningkatkan risiko kanker kulit di masa dewasa lebih dari dua kali lipat," Presiden Euromelanoma, pusat sumber daya pencegahan kanker kulit pan-Eropa, Veronique Del Marmol, memperingatkan.
"Namun, 35 persen orangtua jarang memberi pakaian pelindung pada anak mereka saat terpapar sinar matahari. Di sisi lain, 57 persen remaja masih mengaitkan penyamakan kulit dengan daya tarik." Dengan tingkat melanoma yang diproyeksikan meningkat sebesar 40 persen pada 2040, menyerukan tindakan segera untuk memperingatkan tentang tren media sosial ini dianggap begitu krusial.
Melindungi Diri dari Dampak Negatif Sinar Matahari
CEO Global Skin, organisasi nirlaba internasional yang didedikasikan untuk meningkatkan kualitas hidup penderita kondisi kulit di seluruh dunia, Jennifer Austin, menambahkan, "Organisasi pasien anggota kami menyaksikan langsung dampak buruk kanker kulit dan kerusakan kronis akibat sinar matahari pada individu dan keluarga."
"Tren burn lines merupakan pengingat nyata akan misinformasi yang marak di dunia maya dan kebutuhan mendesak akan edukasi publik yang jelas, mudah diakses, dan berempati," ujar dia. Para ahli menyarankan publik mengenakan topi, pakaian berlengan, kacamata hitam, dan mengoleskan tabir surya spektrum luas SPF50+/UVA pada area tubuh yang tidak tertutup.
Dari sekian banyak, melansir Women's Health Mag, 11 Mei 2025, SPF jadi salah satu bahan skincare yang terbukti efektif. Tidak diragukan lagi, SPF sangat, sangat penting dalam perlindungan kulit. Di Amerika Serikat (AS), filter tabir surya diatur Badan Pengawas Obat dan Makanan (FDA) sebagai obat bebas.
Menurunkan Risiko Kanker Kulit
"Artinya, bahan-bahan yang digunakan, yang meliputi mineral zinc oxide dan titanium dioxide, serta 14 filter kimia, telah diteliti FDA, dengan bukti ilmiah kuat yang menunjukkan bahwa bahan-bahan tersebut melindungi dari sinar ultraviolet (UV) A dan UVB," kata Ivy Lee, MD, seorang dokter kulit di Los Angeles dan ketua Augmented Intelligence di American Academy of Dermatology (AAD).
Studi menunjukkan bahwa pemakaian sunscreen menurunkan risiko kanker kulit, dengan dua penelitian signifikan menunjukkan bahwa penggunaan tabir surya dengan SPF 15 setiap hari mengurangi karsinoma sel skuamosa hingga 40 persen dan melanoma hingga 50 persen.
Selain manfaatnya dalam melindungi kanker kulit, ada alasan estetika untuk jadi penggemar SPF. Pada 2013, ahli epidemiologi kanker terkenal Adele Green dan timnya menemukan bahwa penggunaan SPF secara teratur dapat memperlambat tanda-tanda penuaan yang terlihat.
Secara umum, cari kata-kata "spektrum luas" pada labelnya saat Anda memilih sunscreen. Sementara semua penelitian dilakukan dengan SPF 15, Akademi Dermatologi Amerika (AAD) merekomendasikan SPF 30 untuk penggunaan sehari-hari.