Banjir Bandang Sumatera Rendam Situs Bongal, Diyakini Sebagai Titik Awal Perdagangan Islam di Nusantara

9 hours ago 5

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Kebudayaan (Menbud) Fadli Zon menyatakan bahwa banjir bandang Sumatera mengancam sejumlah aset-aset kebudayaan yang berada di tiga provinsi terdampak, yakni Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat. Salah satu yang disorotinya adalah Situs Bongal di Tapanuli Tengah.

"Aset-aset kebudayaan kita banyak yang terancam juga, seperti di Situs Bongal itu terendam. Kita lagi ada membantu membangun galeri dan lain-lain, itu terendam dan rusak-rusak. Di sekitarnya itu juga terputus aksesnya," kata Menbud di Jakarta seusai menghadiri diskusi Pemasangan Chattra Candi Borobudur di Jakarta, Rabu, 3 Desember 2025.

Banjir bandang juga berdampak pada rumah sejumlah juru pelihara cagar budaya di Aceh dan Sumatera Barat. "Ada yang hancur dari aset-aset rumahnya," sambungnya.

Pihaknya juga masih mendata kondisi situs budaya lainnya, termasuk di kawasan Museum PDRI di Koto Tinggi, Kabupaten Lima Puluh Koto, Sumbar. "Ada terjadi longsoran-longsoran kecil, tapi museumnya masih aman. Tapi, jalan menuju sana banyak yang putus sehingga belum bisa dilewati," sambungnya.

Pihaknya sejauh ini belum mengunjungi lokasi bencana karena mengikuti instruksi presiden lewat Menteri Sekretaris Negara dan Sekretaris Kabinet, yakni diprioritaskan untuk menyelamatkan orang-orang korban bencana dulu di masa tanggap darurat. Karena itu, pihaknya akan memberdayakan Balai Pelestarian Kebudayaan untuk mendukung upaya tanggap darurat dengan menyediakan makanan.

"Menteri-menteri tidak harus datang ke sana karena itu akan merepotkan protokoler. Akan rebutan helikopter dan lain-lain, kecuali menteri-menteri yang terkait langsung," ujarnya.

Mengenal Situs Bongal

Mengutip laman BRIN, arkeolog Pusat Riset Arkeologi Lingkungan, Maritim, dan Budaya Keberlanjutan BRIN, Ery Soedewo meyakini bahwa Situs Bongal adalah bukti bahwa perdagangan Islam di Nusantara terjalin jauh sebelum Kesultanan Islam Nusantara berdiri. Hal itu didasarkan pada temuan benda-benda purbakala dan keping koin.

Riset tentang Situs Bongal dimulai pada 2019 berdasarkan permintaan Dinas Pendidikan Kabupaten Tapanuli Tengah. Pihaknya saat itu mengunjungi lokasi penemuan sejumlah benda purbakala. 

"Saya memperkirakan saat itu temuan tersebut bukan dari zaman Kesultanan Islam Nusantara, tapi ini jauh lebih tua," kata Ery, dalam peluncuran dan bedah buku “Perdagangan Maritim Dunia Islam di Pantai Barat Sumatra Abad I–IV H/VII–X M”, di BRIN Kawasan Sains dan Teknologi (KST) Sarwono Prawirohardjo, Jakarta, Selasa, 12 Agustus 2025.

Penemuan itu diikuti oleh ekskavasi sistematis di Bongal. Dalam empat tahun, para peneliti berhasil membuka 30 kotak gali di sisi kiri Sungai Lumut.

Temuan Artefak di Situs Bongal

Menurut Ery, hasil ekskavasi itu mencengangkan. Di dalamnya berisi ratusan artefak dari beragam belahan dunia, seperti koin Arab-Sasaniyah, dirham Umayyah dan Abbasiyah, keramik Changsha dari Dinasti Tang, pecahan kaca dari Persia, manik-manik Romawi, perhiasan batu pirus, hingga papan kapal beraksara Palawa. 

Benda tersebut, sambung dia, berasal dari India, Sri Lanka, dan Pakistan. Ada juga artefak-artefak dari kawasan Asia Timur, khususnya China atau Tiongkok. "Dari situ, saya membuka buku-buku artikel terkait kawasan terdekat," ungkapnya.

Dari ekskavasi juga ditemukan bukti bahwa tulisan terukir pada pecahan lambung kapal. "Hasil ekskavasi itu yakni graba-graba bergelasir dari situs-situs di Teluk Persia, seperti Situs Siraf, Alroy, dan Nisapur," terangnya. Berdasarkan temuan itu, ia pun menyimpulkan bahwa tradisi tulis sudah cukup intens berlangsung di Situs Bongal.

Fakta lain yang terungkap dari lempengan kuningan hasil ekskavasi ditemukan huruf-huruf. Pihaknya awalnya menyangka itu sebagai huruf kufi, tetapi setelah berkonsultasi dengan rekannya di Prancis, itu ternyata adalah huruf Suryani, yakni huruf yang mendahului huruf Arab. Huruf tersebut, kata Ery, digunakan oleh orang-orang di daerah yang sekarang dinamakan kawasan Suriah atau Surya, ketika mereka belum menjadi Muslim.

Lokasi Strategis Situs Bongal

Sebelum temuan Bongal, catatan paling awal tentang pantai barat Sumatra datang dari sumber Yunani Kuno abad ke-2 M yang menyebut 'Barus' atau 'Fansur' sebagai pusat kapur barus. Namun, bukti arkeologis baru muncul di Situs Lobu Tua dan Barus, bertanggal abad ke-9 M. "Kami menyebutnya gap tujuh abad," kata Ery. Baginya, Bongal mengisi sebagian besar kekosongan itu.

Timnya kemudian melakukan uji karbon pada pala, kemiri, kayu kemudi kapal, hingga tali ijuk yang menunjukkan pertanggalan abad ke-7–8 M. Bahkan artefak yang ditemukan warga, seperti sisir kayu dan gading gajah, terbukti berasal dari abad ke-4 M. "Ini membuktikan jurang waktu antara catatan Yunani dan bukti fisik kini menyempit drastis," ujar Ery.

Ery menerangkan bahwa secara geografis, Bongal berada di posisi strategis, yaitu menghadap langsung Samudra Hindia, diapit jalur Selat Malaka di utara dan Selat Sunda di selatan. Jalur ini menghubungkan Afrika Timur, Timur Tengah, India, dan Sri Lanka dengan Cina serta Asia Tenggara.

Read Entire Article
Online Global | Kota Surabaya | Lifestyle |