Ragam Ancaman Bahaya dari Tren Sleepmaxxing yang Viral di Media Sosial

3 weeks ago 40

Liputan6.com, Jakarta - Media sosial belakangan diramaikan konten yang mempromosikan rutinitas tidur ekstrem, dari menutup mulut dengan selotip hingga mengayunkan leher dengan bantuan tali yang disimpulkan dapat memberikan tidur nyenyak. Para influencer di berbagai platform, termasuk TikTok dan X, memicu obsesi yang dikenal sebagai sleepmaxxing.

Mengutip Arab News, Jumat, 8 Agustus 2025, sleepmaxxing adalah istilah umum untuk aktivitas dan produk yang bertujuan mengoptimalkan kualitas tidur. Meningkatnya tren ini menghasilkan puluhan juta unggahan menegaskan kekuatan media sosial untuk melegitimasi praktik kesehatan yang belum terbukti, terutama karena platform teknologi mengurangi moderasi konten.

Salah satu hal yang dapat disebut sebagai obat insomnia adalah menggantung leher seseorang dengan tali atau ikat pinggang dan mengayunkan tubuhnya di udara secara perlahan selama beberapa menit. Salah satu klip di X yang ditonton lebih dari 11 juta kali menyebutkan, "Mereka yang mencobanya mengklaim masalah tidur mereka telah membaik secara signifikan."

Bahaya Trik Tidur Ekstrem

Para ahli telah menyuarakan kekhawatiran tentang trik ini, menyusul laporan dari stasiun penyiaran pemerintah Tiongkok yang mengaitkan setidaknya satu kematian di China tahun lalu dengan rutinitas "menggantung leher" serupa.

Timothy Caulfield, pakar misinformasi dari University of Alberta di Kanada mengatakan, "Teknik sleepmaxxing semacam itu konyol, berpotensi berbahaya, dan tanpa bukti." Ia juga mengatakan, "Ini adalah contoh bagus bagaimana media sosial dapat menormalkan hal-hal yang absurd."

Praktik populer lainnya adalah menutup mulut dengan plester untuk tidur, yang dipromosikan sebagai cara untuk mendorong pernapasan hidung. Para influencer mengklaim bahwa praktik ini menawarkan manfaat yang luas, mulai dari tidur yang lebih nyenyak dan kesehatan mulut yang lebih baik hingga mengurangi dengkuran.

Namun, sebuah laporan dari George Washington University menemukan bahwa sebagian besar klaim ini tidak didukung oleh penelitian medis. Para ahli juga telah memperingatkan bahwa praktik ini bisa berbahaya, terutama bagi mereka yang menderita sleep apnea, suatu kondisi yang mengganggu pernapasan saat tidur.

Tips Sehat atau Stres Baru

Trik tidak berdasar lainnya yang digembar-gemborkan oleh para influencer sleepmaxxing antara lain mengenakan kacamata berwarna biru atau merah, menggunakan selimut berbobot, dan makan dua buah kiwi tepat sebelum tidur. Kathryn Pinkham, spesialis insomnia mengatakan, "Kekhawatiran saya terhadap tren 'sleepmaxxing' adalah bahwa banyak saran yang dibagikan dapat sangat tidak membantu, bahkan merusak, bagi orang-orang yang berjuang dengan masalah tidur yang nyata."

Ia juga mengatakan, "Meskipun beberapa tips ini mungkin tidak berbahaya bagi orang yang umumnya tidur nyenyak, tips ini dapat meningkatkan tekanan dan kecemasan bagi mereka yang mengalami insomnia kronis atau masalah tidur persisten lainnya." Meskipun tidur nyenyak dan cukup dianggap sebagai landasan kesehatan yang baik, para ahli memperingatkan bahwa tren ini mungkin berkontribusi pada ortosomnia, obsesi untuk mencapai tidur yang sempurna.

Eric Zhou dari Harvard Medical School mengatakan, "Tekanan untuk mendapatkan tidur yang sempurna tertanam dalam budaya tidur nyenyak." Ia juga mengatakan, "Meskipun memprioritaskan tidur nyenyak patut dipuji, menetapkan kesempurnaan sebagai tujuan justru bermasalah. Bahkan, kualitas tidur yang baik pun berbeda-beda setiap malam."

Melatonin sebagai Pengobatan Insomnia

Beberapa influencer sleepmaxxing berupaya memanfaatkan popularitas tren yang semakin meningkat ini, mempromosikan produk-produk seperti plester mulut, bubuk minuman penambah tidur, dan "permen karet sleepmax" yang mengandung melatonin. Hal ini mungkin melanggar norma hukum di beberapa negara seperti Inggris, dengan melatonin hanya tersedia sebagai obat resep.

Akademi Kedokteran Tidur Amerika telah merekomendasikan agar penggunaan melatonin tidak digunakan untuk mengobati insomnia pada orang dewasa, dengan alasan bukti medis yang tidak konsisten mengenai efektivitasnya. Beberapa pakar medis juga memperingatkan tentang dampak efek plasebo pada pasien insomnia yang menggunakan obat tidur.

Ketika orang melaporkan perbaikan nyata setelah menjalani pengobatan palsu atau yang sebenarnya tidak ada karena keyakinan mereka. Pinkham mengatakan, "Banyak dari kiat-kiat ini berasal dari orang awam dan tidak didasarkan pada bukti klinis. Bagi orang-orang yang benar-benar mengalami masalah tidur, saran semacam ini seringkali justru menambah tekanan, alih-alih kelegaan."

Read Entire Article
Online Global | Kota Surabaya | Lifestyle |