Program Konservasi Gajah Kolaborasi Prabowo dan Raja Charles Dimulai di Aceh, Pengayaan Pakan Jadi Fokus Utama

2 months ago 82

Liputan6.com, Jakarta - Pelaksanaan Program Peusangan Elephant Conservation Initiative (PECI) Aceh yang merupakan program kolaborasi antara Kementerian Kehutanan dan WWF terus dimantapkan. Program itu merupakan tindak lanjut dari pemenuhan permintaan Raja Charles III melalui WWF agar Presiden Prabowo Subianto mendukung upaya konservasi gajah sumatera.

Menteri Kehutanan (Menhut) Raja Juli Antoni menyatakan total ada dua blok dari 98 ribu lahan hutan tanaman industri (HTI) PT THL yang dimiliki Prabowo Subianto di Takengon, Aceh Tengah, yang akan dijadikan sanctuary untuk gajah-gajah sumatera. Blok pertama yang seluas 21 ribu hektare diperkirakan dihuni sekitar 27 individu gajah, sedangkan blok kedua yang seluas 14 ribu hektare dihuni oleh 40--50 individu gajah.

"Kami sekarang start dengan WWF ini bekerja di blok kedua yang jumlahnya 14 ribu. Sementara jumlah individunya sebanyak 40--50 individu," kata Menhut ditemui seusai rapat di Jakarta, Kamis, 7 Agustus 2025.

Agar program berjalan optimal, pihaknya akan memulai dengan menghitung ulang jumlah gajah sumatera di masing-masing blok menggunakan geotermal. Pengidentifikasian itu akan dilakukan pada September 2025. "Kita akan tahu lebih persis jumlah gajah baik di blok 1 dan di blok 2," ujarnya.

Pemenuhan Pakan Gajah Diprioritaskan

Berikutnya adalah perbaikan habitat (habitat improvement). Fokus yang jadi prioritas adalah pengayaan pakan gajah di area dimaksud. "Kalau manusia itu makan untuk hidup, kalau gajah itu hidup untuk makan karena memang mengonsumsi makanan yang sangat banyak," kata Raja Juli.

Pakan pula yang mendorong gajah keluar dari area tempat tinggalnya. Keterbatasan pakan biasanya memicu mereka mencari makanan di tempat lain, hingga ke perkampungan warga, selain karena ada memori masa lalu bawa areal tersebut sejak dulu memang jadi area jelajahnya.

Untuk itu, upaya pemenuhan pakan jadi prioritas. Selama menunggu habitat bisa menyediakan pakan gajah yang memadai, WWF berinisiatif memberdayakan masyarakat untuk menjual hasil tanam mereka agar bisa memberi pakan gajah yang cukup.

"Bisa rumput-rumput, dan kemudian disimpan di dekat perkampungan agar gajahnya cuma stop sampai sana. Ini bagian dari prevensi kita, jadi mengajak masyarakat untuk memberikan pakan yang cukup kepada gajah sebelum rehabilitasi habitat yang secara lebih sistematis bisa dijalankan," kata Menhut.

Target Program PECI Aceh Setahun ke Depan

Selain pakan, mereka juga akan melakukan salt leaking. Tujuannya agar gajah memiliki lebih banyak tempat untuk memenuhi kebutuhan mineralnya. Tak ketinggalan dengan pemenuhan air.

"Gajah sangat membutuhkan air yang banyak untuk membasahi tubuhnya... Untuk mendinginkan suhu tubuh dan itu juga akan dibuat kubangan lain sebagainya," imbuh Raja Juli.

Kapan tenggatnya? Menhut mengaku tidak bisa memastikan mengingat situasi lapangan di hutan seringkali tidak bisa terprediksi. Bibit yang sudah disiapkan bisa saja tidak jadi tumbuh karena dimakan satwa liar lainnya. Namun, ia menargetkan kualitas habitat gajah yang didesain itu sudah mulai terlihat membaik dalam setahun ke depan.

"Kira-kira dalam setahun lah ya akan mulai terlihat lah pengayaan tadi, terutama tadi pakan dan air sudah ada. Nah salah satu KPI, cara menghitungnya nanti adalah seberapa sering kemudian gajah-gajah ini berinteraksi ke kampung masyarakat. Kalau semakin berkurang, artinya program ini sudah berjalan," ia menjelaskan.

Upaya Pemberdayaan Masyarakat Sekitar Sanctuary Gajah

Di sisi lain, program itu juga memberdayakan masyarakat, khususnya mereka yang tinggal di 12 desa penyangga sekitar lokasi program Peci Aceh. Direktur WWF Indonesia Aditya Bayunanda mengatakan bahwa prioritas mereka saat ini terkait pemberdayaan masyarakat adalah mengembalikan kembali kepercayaan mereka terhadap gajah.

Konflik antara gajah dan manusia yang sering terjadi umumnya dipicu oleh sumber ekonomi mereka yang dirusak gajah yang kelaparan. Untuk itu, mereka akan diedukasi perihal hal yang bisa dilakukan dan tidak dilakukan ketika berhadapan dengan gajah.

"Bagaimana kita membangun trust kembali dengan masyarakat supaya mereka pun juga pada saat gajah itu berada di sekitar mereka itu, tahu persis apa yang perlu dilakukan dan yang tidak. Jadi, ini memang suatu programyang sangat kompetensif," kata Aditya.

WWF sudah memetakan potensi ekonomi dari masing-masing desa di bawah konsep agroforestri. Teridentifikasi bahwa rata-rata masyarakat menerapkan pola kebun campur dengan komoditas berupa kopi, pinang, kakao, dan durian.

Menhut meminta agar WWF menyiapkan offtaker agar hasil kebun warga bisa diserap pasar dengan harga yang lebih baik. "Dengan begitu, sesuai keinginan Pak Presiden, agar ada 'perdamaian antara gajah dan manusia' bisa terjadi dengan baik. Sama-sama sejahtera antara gajah dan manusia," kata Raja Juli.

Read Entire Article
Online Global | Kota Surabaya | Lifestyle |