Plataran Perkuat Konsep Eco-tourism dan Digitalisasi demi Keberlanjutan Bisnis Pariwisata

2 months ago 42

Liputan6.com, Jakarta - Menatap ketidakpastian ekonomi di berbagai level, Plataran Indonesia meyakini bahwa sektor pariwisata masih menjanjikan untuk digarap secara serius. Tahun ini, grup yang didirikan Yozua Makes dan Dewi Makes itu bertekad membawa konsep Home of Next Level Indonesian Hospitality ke level lebih tinggi. 

Sepanjang setahun ke depan, berbagai proyek dan inovasi akan digarap. Salah satunya pembukaan Plataran Makassar pada Jumat, 8 Agustus 2025, yang merupakan venue and dining terbaru untuk menggaet pasar di kawasan Indonesia Timur. Kehadirannya diharapkan bisa melengkapi industri F&B dan MICE (Meetings, Incentives, Conferences, and Exhibitions) yang sudah berkembang di kota itu.

Sementara dari kawasan Puncak Bogor, Plataran meluncurkan konsep Next Level Puncak yang menggabungkan resort dan wellness. Salah satunya dengan menggelar retret eksklusif bertajuk Plataran Wellness: Reconnect with Yourself, akhir bulan lalu.

Inti dari retret itu adalah kolaborasi bersama pakar wellness ternama, Stephanie Hoo, pendiri A Gracious Life, untuk menghadirkan pemulihan keharmonisan diri, menyatu dengan alam, dan merasakan pengalaman dengan menggabungkan lebih dari sepuluh disiplin holistik. Di antaranya Aromaterapi Metafisik dan Klinis, Qigong, Bio Therapy, Himalayan Singing Bowl, Integrative Nutrition, dan Lifestyle Medicine.

Beradaptasi dengan 3 Tren Wisata Global

Anasthasia Sri Handayani, CEO Office Plataran Indonesia menyatakan bahwa pihaknya juga membaca tren industri pariwisata yang ada, yakni eco-tourism, digitalisasi layanan, dan wisata berbasis budaya. Pendekatan itu memadukan pelestarian alam, pengenalan budaya, dan pemberdayaan masyarakat lokal sebagai strategi menggaet pasar.

"Eco-tourism sudah ada di DNA Plataran sejak awal, bahkan sebelum banyak orang membicarakannya," kata Anasthasia.

Dalam hal digitalisasi, Plataran kini mengembangkan aplikasi yang memudahkan pelanggan mengakses layanan tanpa harus mengisi formulir manual, termasuk program loyalitas berbasis online. Meski begitu, kemudahan ini tidak menghilangkan interaksi langsung.

Anasthasia menjelaskan, "Kita tetap mengutamakan human touch. Teknologi bisa mengkurasi, tapi kita bisa memberikan pengalaman yang lebih personal sesuai kebutuhan tamu."

Sementara, wisata budaya di Plataran dikemas dalam program Plataran Encounter, yang menghadirkan pengalaman langsung bagi tamu untuk berinteraksi dengan masyarakat lokal. Plataran juga mengadakan sistem gotong royong bersih-bersih balai desa.

Penguatan Kolaborasi dengan UMKM

Plataran juga sudah bekerja sama dengan UMKM di program gerai Teras by Plataran.  Program ini juga mendukung keberlanjutan ekonomi lokal dengan memajang dan memasarkan produk-produk UMKM di berbagai lokasi Plataran, memperkuat kolaborasi dengan masyarakat sekitar.

"Teras itu penting untuk menjaga pasar, sekaligus membuka peluang kerja sama dengan UMKM," kata Anasthasia.

Pihaknya bakal terus mengembangkan gerai Teras by Plataran sebagai Next Level Dining dengan tagline "Nikmatnya Pas". Sejak diperkenalkan pada 2023, gerai ini semakin diperluas ke berbagai pusat perbelanjaan ternama maupun lokasi independen.

Menurut Anas, bisnis hospitality di Plataran tidak hanya soal memberikan layanan, tetapi juga berdampak positif bagi lingkungan dan masyarakat. Pada tahun ini, Plataran memperkuat kerja sama dengan UMKM melalui chain of supply yang memajang produk mereka di berbagai venue dan gerai Teras by Plataran.

Rotasi pameran juga dilakukan secara rutin, misalnya memamerkan karya Rumah Teman Magelang di Puncak dan produk-produk khas Sumba di lokasi lainnya. Langkah ini menjadi wujud nyata dukungan Plataran terhadap keberlangsungan usaha lokal di berbagai daerah.

Salah Kaprah Memahami Ecotourism

Istilah ecotourism atau ekowisata belakangan ini sering digaungkan banyak kalangan. Namun, masih banyak yang salah kaprah dengan makna ekowisata ini. Selama ini banyak orang yang menganggap bahwa ecotourism dikaitkan dengan wisata alam. Namun, sesungguhnya ecotourism bukanlah wisata alam.

Hal itu diungkapkan oleh Founder Indonesia Ecotourism, Nurdin Razak, pada Instagram Live AMATI Indonesia, Sabtu, 24 Juli 2021. "Ecotourism yang ada di Indonesia kurang lebihnya belum maksimal karena konsep ecotourism selalu dianggap wisata alam, padahal wisata alam bukan ecotourism, dan itu sangat berbeda," ujarnya.

Nurdin menerangkan bahwa ecotourism bermula dari munculnya pemanasan global. Salah satu cara menekan terjadinya pemanasan global yakni merekayasa kembali industri pariwisata. "Industri pariwisata konvensional penggunaan energinya besar banget. Kalau satu hotel kamarnya 500 dan itu semua pakai AC, bisa bayangkan energi yang dipakai," tuturnya.

Isu-isu lingkungan itulah yang membuat konsep ecotourism muncul. Ecotourism bermakna bagaimana seseorang berwisata namun bertanggung jawab dengan lingkungannya. Definisi dari lingkungan itu bukan hanya alam saja, melainkan semua yang ada di sekitar kita. Nurdin mengatakan lingkungan bisa berupa biotik, abiotik, dan budaya.

Read Entire Article
Online Global | Kota Surabaya | Lifestyle |