Mengulik Proses Pembuatan Polyester Daur Ulang untuk Fashion Ramah Lingkungan

2 weeks ago 33

Liputan6.com, Jakarta - Dalam era keberlanjutan, industri fashion menghadapi tantangan besar terkait dampak lingkungan. Salah satu solusi yang muncul adalah penggunaan polyester daur ulang. Proses ini mengubah limbah plastik menjadi serat tekstil yang dapat digunakan kembali, menawarkan alternatif yang lebih ramah lingkungan untuk produk fesyen. 

Mengutip dari laman Ecolife, Kamis (15/5/2025), proses pembuatan polyester daur ulang dimulai dari pengumpulan dan pengolahan limbah plastik. Limbah plastik yang digunakan sebagian besar berasal dari botol PET (Polyethylene Terephthalate) bekas pakai, yang banyak digunakan untuk kemasan minuman dan makanan.

Selain botol PET, beberapa produsen juga memanfaatkan limbah tekstil polyester. Dari sini, proses pemilahan dimulai dengan mengumpulkan botol plastik dan mengkurasinya berdasarkan warna untuk memastikan kualitas serat yang dihasilkan.

Setelah pemilahan, botol plastik tersebut dicacah menjadi kepingan kecil yang disebut PET flakes. Proses ini diikuti dengan pencucian untuk menghilangkan kotoran dan label, lalu dikeringkan untuk menghilangkan sisa air. Semua tahapan ini sangat penting untuk memastikan bahwa bahan baku yang digunakan dalam pembuatan serat polyester daur ulang berkualitas tinggi.

Proses Pembuatan Serat Polyester Daur Ulang (rPET)

Setelah PET flakes siap, tahap selanjutnya adalah pembuatan serat polyester daur ulang. Proses ini dimulai dengan pelelehan PET flakes dalam mesin pemintalan leleh pada suhu tinggi.

Cairan PET yang telah meleleh kemudian dipaksa melalui spineret, alat yang memiliki banyak lubang kecil, untuk membentuk serat-serat tipis. Setelah itu, serat yang baru terbentuk didinginkan dengan udara agar memadat dan membentuk struktur serat yang diinginkan.

Serat polyester daur ulang yang telah terbentuk kemudian dirapikan, diregangkan, dan digulung menjadi benang atau gulungan besar. Proses ini menghasilkan serat stapel polyester daur ulang (rPET staple fiber) yang siap untuk digunakan dalam pembuatan benang dan kain.

Serat rPET staple fiber selanjutnya dipintal menjadi benang polyester daur ulang. Proses pemintalan ini dapat menghasilkan berbagai jenis benang dengan ketebalan dan tekstur serat yang berbeda-beda.  

Pembuatan Benang dan Kain dari Polyester Daur Ulang

Setelah benang siap, tahap berikutnya adalah pencelupan dan penambahan bahan tambahan untuk meningkatkan sifat-sifatnya, seperti ketahanan terhadap kusut atau air. Kemudian setelah proses pencelupan, benang polyester daur ulang digunakan untuk membuat kain melalui penenunan atau perajutan. Kain yang dihasilkan dari polyester daur ulang ini dapat digunakan untuk berbagai produk fashion, seperti pakaian, tas, sepatu, dan aksesoris lainnya.

Penggunaan polyester daur ulang memiliki banyak keunggulan. Pertama, proses ini ramah lingkungan karena membantu mengurangi limbah plastik dan penggunaan sumber daya alam yang tidak terbarukan. Selain itu, proses produksinya juga lebih efisien dalam penggunaan energi dan air dibandingkan dengan produksi polyester konvensional.

Namun sayangnya, masih ada beberapa tantangan yang harus dihadapi. Kualitas polyester daur ulang dapat bervariasi tergantung pada kualitas limbah plastik yang digunakan dan proses daur ulangnya.  

Keunggulan dan Tantangan Polyester Daur Ulang

Selain itu, proses daur ulang seringkali lebih mahal dibandingkan dengan produksi polyester konvensional, meskipun biaya ini bisa diimbangi dengan penghematan energi dan sumber daya. Produksi massal polyester daur ulang juga perlu ditingkatkan untuk memenuhi permintaan pasar yang terus meningkat.

Dengan memahami proses pembuatan polyester daur ulang, kita dapat lebih menghargai upaya untuk menciptakan fashion yang ramah lingkungan dan berkelanjutan. Penggunaan polyester daur ulang merupakan langkah penting dalam mengurangi dampak negatif industri fashion terhadap lingkungan.

Polyester merupakan salah satu tantangan keberlanjutan terbesar dalam industri tekstil. Meskipun poliester ada di mana-mana dan digunakan dalam hampir 60 persen pakaian, hanya 1 persen limbah tekstil yang didaur ulang menjadi pakaian baru di seluruh dunia. Oleh karena itu, inovasi dalam proses daur ulang sangat diperlukan untuk menciptakan masa depan fashion yang lebih berkelanjutan.

Read Entire Article
Online Global | Kota Surabaya | Lifestyle |