Di Balik Layar Restoran Fine Dining, Lebih dari Sekadar Eksklusif dan Berkelas

1 day ago 14

Liputan6.com, Jakarta - Jika ada yang bertanya di mana mencari restoran mewah di Jakarta tentu jawabannya adalah kawasan SCBD. Satu distrik elit di Jakarta Selatan dengan hiruk-pikuk pekerja kantoran yang menempati gedung-gedung tinggi di sekitarnya.

Di antara beberapa nama, ada August, restoran berkonsep casual fine dining yang kembali masuk dalam jajaran Asia's 50 Best Restaurant 2025. Penghargaan yang hampir setara Michelin Star ini adalah capaian yang dalam beberapa tahun terakhir terus dipertahankan sejak August buka pada 2021.

Tentu August bukan restoran biasa, istilah restoran "fine dining" yang mengacu pada pengalaman bersantap lebih berkelas membuatnya lebih eksklusif dibandingkan dengan restoran kasual. Hidangannya juga dibuat dengan cermat, memakai bahan-bahan premium dan teknik memasak tertentu.

"Waktu saya dan (Chef) Hans mau buka restoran, kita selalu pikir ini tuh akan jadi the hole experience. It's not only the food, tapi bagaimana kita bisa memberikan pengalaman menyeluruh dari tamu datang they will enjoy the dinner time," ungkap Budi Cahyadi, Co-Owner August, saat ditemui Tim Lifestyle Liputan6.com, Selasa, 27 Mei 2025. 

Jakarta Seperti Kanvas Kosong untuk Diisi

Pendiri August, Chef Hans Christian dan Budi Cahyadi yang seorang profesional F&B, punya hasrat untuk memberikan pengalaman bersantap tamu August. Budi menyebut di Jakarta peminat restoran fine dining ternyata cukup menjanjikan dan terus bertumbuh. Ada market khusus yang mencari pengalaman bersantap lebih dari sekadar makan saja.

Mungkin dulu orang datang ke restoran fine dining untuk anniversary pernikahan, ulang tahun, melamar kekasih, maupun acara spesial lain. Tapi sekarang fine dining juga bisa menjadi pilihan tempat untuk lebih akrab bersama teman.

"Pada saat August buka banyak yang merekomendasikan untuk membuka di Bali. Alasannya, Bali market internasional dan dianggap lebih siap," cerita Budi. 

Tapi menurutnya Jakarta seperti 'memanggil' dirinya dan Chef Hans hingga akhirnya August pun buka pertama kali. Jakarta bagi Budi seperti kanvas kosong yang belum terisi, karena itu ia pun memberanikan diri membuka August di sini.

"Jakarta kota sebesar ini perlu lebih banyak dining experience karena selama ini lebih banyak yang main di casual restaurant," sambung Budi.  

Melepas Stereotip Tentang Fine Dining

Lebih jauh Budi mengatakan bahwa August ingin menawarkan pengalaman makan sekaligus pelayanan yang baik. Menurutnya, biasanya sebuah restoran hanya bisa memilih salah satunya saja, tapi dia dan Chef Hans 'berkeras hati' untuk bisa memberikan keduanya.

Kemudian August juga ingin memberikan kesan berbeda dari restoran fine dining yang selama ini dianggap terlalu 'kaku'. "Stereotape fine dining dengan white tablecloth, semuanya kaku, bahkan saat sendok jatuh tamu yang lain akan ikut melirik," kata Budi yang pernah bekerja di Mandarin Hotel Group.

August pun memilih konsep yang lebih kasual, sebutlah sebagai casual fine dining. Tamu tetap mendapatkan pengalaman makan dan pelayanan eksklusif namun lebih terasa santai. Budi bahkan memperbolehkan tamunya untuk memakai celana pendek dan kaus saja, asalkan tidak dengan sandal. 

Untuk memaksimalkan pelayanan, August hanya menjual 80 table saja dengan dua sesi dinner. Pembagian sesi ini termasuk waktu yang bisa digunakan chef dan pelayan di August untuk sesekali bercengkraman dengan tamunya, bertanya tentang kualitas makanan sampai mendekatkan diri selayaknya 'teman'.

Manajemen SDM Restoran Fine Dining

Multiple course sebagai ciri khas restoran fine dining adalah identitas yang melekat. Menu yang ada di August selalu dirotasi dalam jangka waktu tertentu. Tapi di antaranya ada yang merupakan signature dish, seperti Tomato, Black Tea, Smoked Fish dan Crunch Greens & Keluwak, serta Daikon, Mushroom, Chicken & Clam Broth.

Jika menyambangi August, tamunya juga akan tahu bagaimana proses di balik setiap menu yang dihidangkan di meja. Konsep open kitchen membuat para chef yang bekerja harus tetap elegan saat menyiapkan makanan.

"Kitchen kan biasanya karena berada di balik dinding tertutup biasanya lebih ribut, pressure tinggi. Tapi di sini karena dapur adalah bagian dari restoran mereka bekerja harus elegan. Tidak boleh ada barang yang jatuh, menutup kulkas nggak boleh pakai kaki, jadi very quite, silence kitchen," jelas Budi. 

Dengan suasana dapur terbuka ini pun tamu akan merasa seperti sedang melihat pertunjukan memasak yang harmoni. Budi mengatakan, tuntutan untuk tim dapur membuat manajemen memberikan keleluasaan waktu libur untuk kru. August mulanya buka setiap Selasa sampai Minggu, tapi kini libur Minggu dan Senin karena memberikan waktu bagi tim yang bekerja untuk me-recharge energi mereka lagi.

"Mereka dituntut performance, kita lakukan ini untuk membuat team tetap sustain, karena bukan hanya bisnis perusahaan saja yang harus sustain," tutup Budi.

Read Entire Article
Online Global | Kota Surabaya | Lifestyle |