Maskapai Air India Alami Peningkatan Gangguan Penerbangan dengan 83 Pembatalan Setelah Kecelakaan Fatal

8 hours ago 9

Liputan6.com, Jakarta - Setelah kecelakaan tragis yang mengguncang dunia penerbangan, Air India kini menghadapi tantangan besar dalam mengelola operasionalnya. Kecelakaan pesawat Air India penerbangan menuju London yang jatuh saat lepas landas di Ahmedabad, mengakibatkan tewasnya sedikitnya 270 orang, termasuk 241 penumpang dan awak pada 12 Juni 2025 .

Mengutip dari Euronews, Jumat (20/6/2025), insiden ini memicu serangkaian inspeksi keselamatan intensif pada armada Boeing 787 Dreamliner milik maskapai tersebut. Pengatur keselamatan penerbangan India segera memerintahkan pemeriksaan menyeluruh pada pesawat-pesawat Dreamliner yang dioperasikan oleh Air India.

Langkah ini diambil sebagai respons terhadap kecelakaan tersebut untuk memastikan kepatuhan terhadap standar keselamatan penerbangan. Namun, tindakan ini berdampak signifikan pada jadwal penerbangan Air India, baik di rute domestik maupun internasional. 

Sejak kecelakaan itu, Air India telah membatalkan 83 penerbangan berbadan lebar, termasuk 66 penerbangan Dreamliner, seperti yang dilaporkan oleh Direktorat Jenderal Penerbangan Sipil, regulator keselamatan penerbangan India. Pembatalan penerbangan ini menjadi tantangan besar bagi maskapai, yang harus menyesuaikan operasionalnya di tengah situasi yang tidak menentu.

Layanan Pesawat Dibatasi 15 Persen

Dalam sebuah pernyataan resmi, Air India mengumumkan bahwa layanan pesawat berbadan lebar akan tetap dibatasi hingga 15 persen hingga pertengahan Juli 2025. "Pembatasan adalah tindakan yang menyakitkan untuk diambil, tetapi perlu," kata maskapai penerbangan itu.

Pembatasan ini juga disebabkan oleh konflik yang sedang berlangsung di Timur Tengah dan kebutuhan akan pemeriksaan tambahan. Maskapai berupaya mengakomodasi penumpang yang terkena dampak dengan penerbangan alternatif dan memastikan komunikasi yang efektif. 

Selain armada Dreamliner, Air India juga memutuskan untuk melakukan pemeriksaan pada pesawat Boeing 777 mereka, meskipun model ini tidak terlibat dalam kecelakaan tersebut. Langkah ini diambil untuk memastikan kesiapan operasional dan keselamatan penerbangan yang lebih baik.

Pemangkasan jadwal penerbangan ini memungkinkan Air India menyimpan lebih banyak pesawat sebagai cadangan guna menghadapi gangguan yang tidak terduga. Direktorat penerbangan India melaporkan bahwa inspeksi yang dilakukan sejauh ini tidak menemukan masalah keselamatan yang besar.   

Bangun Kepercayaan Lagi

Dari 33 pesawat Dreamliner, 24 telah menyelesaikan inspeksi, sementara empat lainnya sedang menjalani perawatan jangka panjang. Regulator mendorong maskapai untuk memperkuat koordinasi internal dan memastikan ketersediaan suku cadang yang memadai. 

Kecelakaan ini menjadi tantangan besar bagi Air India yang tengah berusaha bangkit dari masa lalu yang penuh masalah keuangan. Namun, para ahli penerbangan melihat insiden ini sebagai kemunduran sementara bagi maskapai yang kini berada di bawah kepemilikan Tata Sons.

Jitender Bhargava, mantan direktur eksekutif Air India, menekankan pentingnya meningkatkan moral karyawan dan penumpang melalui langkah-langkah membangun kepercayaan. "Jika Anda bertanya kepada saya apakah kecelakaan itu akan menggagalkan rencana pertumbuhan yang ambisius, tidak mungkin. Tidak ada yang bisa melihat ke belakang," katanya.

Sejak diambil alih oleh Tata Sons pada 2022, Air India telah memesan ratusan pesawat baru dan melakukan perombakan besar-besaran untuk memperkuat posisinya di industri penerbangan. "Semakin cepat Anda membuat orang melupakan kecelakaan satu kali ini, semakin baik," kata Bhargava.

Kecelakan Air India Jangan Sampai Bikin Takut Terbang

Menurut para ahli, terbang masih merupakan bentuk transportasi yang paling aman. Jika Anda seorang penerbang yang gugup, berikut ini adalah jaminan dari para spesialis industri, ditambah panduan untuk maskapai penerbangan teraman di dunia.

Sifat bencana penerbangan yang dramatis dan mengerikan membuat sulit untuk memahaminya secara mendalam. Kenyataannya, terbang saat ini lebih aman daripada sebelumnya. Menurut penelitian dari Massachusetts Institute of Technology (MIT), pada periode 2018-2022, risiko kematian akibat perjalanan udara dihitung sebesar 1 per 13,7 juta penumpang yang naik pesawat.

Angka tersebut turun dari 1 per 7,9 juta penumpang pada tahun 2008-2017 dan penurunan besar dari 1 per 350.000 penumpang pada tahun 1968 hingga 1977. Penelitian dari Embry-Riddle Aeronautical Academy telah menunjukkan bahwa hingga 80 persen kecelakaan penerbangan dapat dikaitkan dengan kesalahan manusia.

Kesalahan pilot diperkirakan menjadi penyebab 53 persen kecelakaan, sementara kegagalan mekanis dianggap sebagai penyebab hanya pada 21 persen kasus. Airbus mempelajari bagian mana dari penerbangan yang paling berbahaya, dan menemukan bahwa saat lepas landas dan mendarat, kecelakaan paling mungkin terjadi. 

Read Entire Article
Online Global | Kota Surabaya | Lifestyle |