Kumpulan Cerpen Tak Ada Asu di Antara Kita Karya Joko Pinurbo Bakal Terbit di Malaysia

3 weeks ago 46

Liputan6.com, Jakarta - Sastra kembali jadi jembatan persahabatan antarbangsa. Kali ini, keterikatan terjalin melalui kolaborasi Gramedia Pustaka Utama (GPU) dengan penerbit Malaysia, Legasi Oakheart, yang telah resmi menandatangani kerja sama pertukaran hak cipta saat penyelenggaraan Indonesia International Book Fair (IIBF) 2025.

Dua karya terpilih dalam kolaborasi ini. Ada kumpulan cerpen "Tak Ada Asu di Antara Kita" karya penyair kenamaan Indonesia Joko Pinurbo yang akan segera terbit di Malaysia. Di sisi lain, karya "Kakak Saya Hidup Semula" dari penulis Malaysia Hanif Yusoff akan diterbitkan di Indonesia.

"Tujuannya, satu, memperkenalkan masing-masing karya sastra antarnegara," sebut Senior Editor Gramedia Pustaka Utama, Mirna Yulistianti, di Jakarta, Rabu, 24 September 2025. "Kedua, lewat karya sastra, semoga tercipta semacam empati dan kesepahaman antara pembaca Malaysia dan Indonesia, kita jadi (saling) mengerti."

"Di sini (cerpen 'Kakak Saya Hidup Semula'), ada dokumentasi sosial, seperti cerita kerusakan ekologis, tema-tema yang sebenarnya tidak jauh berbeda dengan masalah yang kita hadapi di Indonesia." imbuhnya.

Alasan Memilih Cerpen

Terkait alasan memilih Legasi Oakheart sebagai mitra, Mirna menyebut, pihaknya merasa memiliki kegelisahan yang sama. "Mereka menerbitkan karya-karya yang menyuarakan keprihatinan," ujarnya.

Dalam keterangannya, pengasas Legasi Oakheart,  Sayidah Mu'izzah Kamarul Shukri, mengutip sastrawan besar Malaysia, Usman Awang, untuk menggambarkan makna kerja sama ini, menyebut, "'Bukankah kecurigaan telah terbunuh ketika kita bersapa?'"

"Begitulah kerja terjemahan dua buku ini, yang menguak lawang kemanusiaan hingga memungkinkan dua bangsa dan dua budaya bersalaman," ia melanjutkan.

Terkait pemilihan buku-buku cerminan kolaborasi keduanya, Mirna menilai, kumpulan cerpen akan lebih mudah diterima pembaca. "Daripada puisi, misalnya, itu perlu pemahaman puitis yang lebih dalam. Aku juga kurang tahu bagaimana kalau pembaca Indonesia baca puisi Malaysia. Kalau cerpen bisa diterjemahkan, narasinya lebih panjang buat pembaca kita."

Terbit Tahun Depan

Kini, Mirna mengatakan, baik Gramedia Pustaka Utama (GPU) dan Legasi Oakheart, akan menginterpretasi kerja sama dengan mulai menerjemahkan dua karya di atas. Proses ini akan berjalan selama tiga bulan.

"Kumpulan cerpen, setelah diterjemahkan ke bahasa masing-masing, akan terbit pada Januari (2026)," ucapnya. "Peluncurannya akan dilakukan saat Kuala Lumpur Book Fair tahun depan."

Upaya pihaknya memperluas cakupan pembaca karya penulis maupun penyair Indonesia tidak sampai di situ. Mirna membeberkan, "Setiap bulan, ada buletin dari Gramedia International yang memberitakan buku mana yang sudah deal, mana yang masih nego, buku mana yang baru tahap review (untuk diterbitkan di luar negeri).

"Sebulan, kira-kira ada 5─10 judul buku yang deal," lanjutnya. "Kebanyakan memang dari Malaysia, pasar terbesar kami, ASEAN. Tapi kalau sastra lebih beragam: Mesir, Jerman, Italia, Jepang, dan Korea Selatan."

Memperluas Pasar Buku Indonesia

Mirna berkata, "Ini aku bocorin, 'Gadis Kretek' akan terbit di Korea Selatan dan Jepang, masing-masing April dan Juli (2026)." Ketika ditanya buku seperti apa yang tembus kurasi penerbit internasional, ia menyebut, opsinya tidak selalu jatuh pada bestseller.

"Berdasarkan pengalamanku, mereka lebih tertarik dengan konten. 'Gadis Kretek,' misalnya, sebelum booming jadi series, itu sudah diterbitkan di Mesir, Jerman, dan Inggris, karena mereka tertarik dengan kelokalannya, budaya yang benar-benar khas Indonesia."

Ke depan, Mirna berharap pemerintah Indonesia lebih loyal dalam membiayai penerjemahan karya-karya lokal untuk diterbitkan ke dalam berbagai bahasa asing. "Kita ambil contoh pemerintah Korea. Mereka sangat royal membiayai penerjemahan yang memang luar biasa mahal," sebutnya. "Kita bisa mencontoh prestasi itu."

Read Entire Article
Online Global | Kota Surabaya | Lifestyle |