Liputan6.com, Jakarta - Landasan pacu Milan Fashion Week (MFW) 2026 jadi saksi momen bersejarah di dunia mode. Giorgio Armani, maestro fashion yang selama puluhan tahun membentuk wajah keindahan, menutup perjalanan panjangnya dengan koleksi terakhir di panggung pekan mode.
Mengutip WWD, Selasa (30/9/2025), pertunjukan ini bukan sekadar peragaan busana, melainkan perayaan 50 tahun rumah mode Armani, sekaligus penghormatan untuk karya dan visinya yang abadi. Digelar di Pinacoteca di Brera, Minggu, 28 September 2025, acara ini berlangsung dengan sakral dan penuh emosional.
Para tamu undangan, mulai dari sahabat dekat Armani, selebritas papan atas, hingga rekan desainer, hadir menyaksikan momen yang akan dikenang dalam sejarah mode dunia. Senja yang membalut suasana, lentera-lentera yang menyinari halaman, hingga alunan piano Ludovico Einaudi, semuanya berpadu jadi latar tidak terlupakan bagi perpisahan sang legenda.
Segala detail peragaan busana di MFW 2026 ini mencerminkan selera khas Armani, yaitu elegan, abadi, dan penuh ketenangan. Tidak ada gemerlap berlebihan, hanya kesederhanaan yang berkelas.
Babak Perayaan dan Rasa Emosional
Pertunjukan dibuka dengan penampilan model yang berjalan mengikuti alunan lagu-lagu merdu, termasuk "Nuvole Bianche," lagu ikonis karya Ludovico Einaudi yang menambah atmosfer emosional. Dari kursi-kursi berlengan krem yang berjajar di sepanjang lengkungan biara, hingga lantai marmer sebagai catwalk, setiap elemen terasa seperti bagian dari narasi hidup sang maestro.
Kehadiran para sahabat setia Armani, mulai dari Cate Blanchett dan Glenn Close hingga Samuel L. Jackson beserta istrinya, LaTanya Richardson Jackson, Spike Lee beserta istrinya, Tonya Lewis Lee, Lauren Hutton dan Richard Gere beserta istrinya, Alejandra Silva, serta Zhang Ziyi, di antara yang lainnya, bersama para desainer, termasuk Dries Van Noten, Sir Paul Smith, Ronnie Fieg, dan Dan serta Dean Caten, semakin menegaskan betapa besarnya arti Armani bagi dunia hiburan dan mode.
Perjalanan Abadi
Koleksi Spring/Summer 2026 ini dirancang seperti bab-bab dalam sebuah buku yang menceritakan jejak Armani. Inspirasi datang dari Milan, tempat ia mendirikan kantor pusat dan membangun grup mode senilai 2 miliar euro (sekitar Rp39,1 triliun), dan Pantelleria, pulau di Sisilia tempat ia merenovasi sekelompok dammusi, rumah batu khas setempat, jadi tempat peristirahatan musim panas yang indah.
Warna abu-abu, krem, serta greige (warna abu-abu dengan sedikit nuansa cokelat muda) khas Armani hadir mendominasi, sebelum koleksinya berubah jadi lebih berwarna, dengan berbagai nuansa biru Mediterania, serta hijau dan ungu muda yang cerah. Kain-kain berkibar seolah tertiup angin malam yang lembut di tepi laut, baik pada gaun-gaun panjang maupun setelan piyama sutra.
Potongan utama lainnya berupa celana harem dan jaket berkerah Mandarin, yang semuanya tampak kontemporer dan tidak seperti kostum.
Penutup yang Tidak Terlupakan
Sekelompok gaun berlipit halus ditampilkan bersama beberapa jaket kulit yang indah, trench coat longgar, celana serut, dan rajutan tenun yang rumit. Armani selalu merasa pakaiannya bisa dikenakan siapa pun, tanpa memandang usia dan ukuran, dan ia menyampaikan pesan ini dengan lantang dan jelas melalui koleksi ini.
Sebagai referensi lebih lanjut tentang perjalanan kariernya, pertunjukan tersebut menampilkan beberapa model yang secara historis terkait dengannya. Pertunjukan ditutup salah satu model favoritnya, Agnese Zogla, yang berjalan sendirian dalam balutan gaun biru tua yang memukau, mewujudkan sosok ideal sang desainer akan seorang perempuan, yaitu elegan, penuh gaya, dan berkelas di segala usia.
Pertunjukan ini berakhir dengan keheningan yang sarat makna sebelum akhirnya pecah oleh tepuk tangan meriah penonton yang berdiri memberi penghormatan.