Kain Batik Kawung dan Mega Mendung Jadi Busana Sehari-hari di Tangan 5 Finalis Tata Wastra 2025

1 month ago 35

Liputan6.com, Jakarta - Kompetisi Tata Wastra 2025 mendorong penciptaan bentuk baru busana sehari-hari yang dirancang dari kain batik yang biasanya hanya dapat dipakai di acara formal. Lima finalis terpilih berkreasi dengan batik Trusmi dengan motif mega mendung hingga kawung.

FIMELA, mengutip situs webnya, Sabtu (9/8/2025), menggandeng Indonesian Fashion Chamber (IFC) untuk kembali mengadakan Tata Wastra sebagai bagian dari rangkaian Parade Wastra Nusantara 2025. Bertema "Keanggunan Warisan Budaya dengan Balutan Keseharian," edisi tahun ini mengajak para perancang busana muda menciptakan suatu karya yang cocok untuk pakaian keseharian.

Dari lebih dari 300 karya yang masuk saat kompetisi dibuka pada Mei 2025, proses seleksi ketat menghasilkan 25 kreasi unggulan. Tahap berikutnya menyaring 15 semifinalis yang mengikuti workshop pada 11 Juni 2025. Akhirnya, terpilih lima finalis terbaik, yaitu Ayu Nur Khofipah, Nadila Nurfaiza, Desi Dwi Lestari, Carron Angel, dan Human Jasir.

Dua Penampilan Pertama

Masing-masing finalis menampilkan tiga penampilan terbaik mereka di panggung Parade Wastra Nusantara hari pertama di Atrium Kota Kasablanka, Jakarta, Jumat, 8 Agustus 2025. Runway dibuka Carron Angel melalui koleksi "Kebangkitan Peranakan."

Ia menggabungkan batik mega mendung dan kawung dalam nuansa pastel yang lembut, mempercantik kain organdi penuh warna. Sentuhan renda, kancing Shanghai bergaya modern, serta potongan khas, seperti kerah mandarin, lengan puff, belahan depan, serta lace organza menghasilkan perpaduan serasi antara tradisi dan gaya kontemporer.

Selanjutnya, koleksi karya Ayu Nur Khofipah "Laras Manikam" melantai di landasan pacu. Rangkaiannya menghadirkan simbol-simbol yang mengemban kenangan ulang tahun ke-6 sang desainer. Tapi jangan salah, gaun ini dirancang bukan untuk anak-anak, tapi perempuan dewasa yang memiliki keberanian dan tampil dengan kelembutan.

Ayu menggabungkan teknik origami dan quilting dengan memanfaatkan potongan kain sisa, cotton twill, serta batik Trusmi bermotif mega mendung sungaiyan, kawung peranakan, dan sekar jagad mega mendung. Salah satu rancangan menampilkan outer yang membentuk siluet menyerupai jubah, menjadikannya busana yang fleksibel untuk berbagai kesempatan.

Dua Penampilan Selanjutnya

Koleksi "YUNARA," yang melambangkan semangat pembauran budaya Tionghoa dan Jawa, oleh Nadila Nurfaiza turut dipresentasikan. Terinspirasi dari kisah Laksamana Cheng Ho, serta persinggungannya dengan budaya Cirebon, koleksi ini menghadirkan perpaduan warna abu kabut, biru laut, dan cokelat tanah.

Siluet jubah pelaut diinterpretasikan jadi busana longgar dan mengalir, sementara lengkungan arsitektur Keraton Kasepuhan diterjemahkan lewat teknik bordir timbul. Sentuhan batik tambal sulam menyerupai awan dan taburan manik-manik berkilau memberi efek percikan hujan.

Material yang digunakan mencakup batik Trusmi mega mendung, katun tulis navy, perpaduan Pangko, denim, semi wool, serta lipit, menghasilkan busana yang modern, namun tetap kaya makna filosofi.

Runway kemudian diambil alih "Rima Pesisir" karya Desi Dwi Lestari. Dengan memadukan katun, cuwiri, dan batik mega mendung khas Trusmi, ia menciptakan siluet yang lembut mengalir, namun berpadu dengan struktur tegas terinspirasi dari bentuk batu karang.

Tiga tampilan utama menonjolkan permainan kontras: gaun panjang bernuansa netral dengan aksen batik melingkar dinamis, mantel kokoh yang membungkus tubuh bak pelindung, serta busana berlapis kain tipis dengan lekukan menyerupai garis ombak. Palet biru laut, krem pasir, dan cokelat batu menghadirkan harmoni visual yang menenangkan.

Satu Tampilan Terakhir

Terakhir, koleksi karya Human Jasir dengan tema "Anggun dengan Sentuhan Modern" naik panggung. Ia menghadirkan gaya modern, clean, dan chic lewat potongan asimetris yang penuh karakter. Dengan memadukan teknik penjahitan dan semi-tailoring, batik Trusmi motif mega mendung pastel dan kawung diolah jadi busana ringan, feminin, dan mudah dipakai.

Material, seperti katun jacquard, renda bunga, brokat, dan renda berpadu menciptakan tekstur berlapis yang memberi kesegaran pada tampilan batik. Palet pink, oranye, dan biru cerah menambahkan energi dinamis tanpa meninggalkan kesan elegan.

Tata Wastra 2025 kembali menegaskan bahwa batik bukan sekadar warisan budaya, melainkan sumber inspirasi yang tidak terbatas bagi perancang busana muda untuk menghadirkan karya anggun, relevan, dan siap dikenakan sehari-hari.

Karena kreativitas, ketekunan, dan keberaniannya mengeksplorasi batik Trusmi, Desi Dwi Lestari meraih juara pertama, diikuti Nadila Nurfaiza di posisi kedua, dan Ayu Nur Khofipah di posisi ketiga. Sementara itu, Carron Angle dan Human Jasir turut meninggalkan kesan mendalam dengan interpretasi khas yang memadukan tradisi dan sentuhan modern.

Read Entire Article
Online Global | Kota Surabaya | Lifestyle |