Liputan6.com, Jakarta - Jepang selalu punya terobosan terkait jasa layanan. Salah satu yang mulai naik daun adalah jasa sewa nenek yang bernama OK Obaachan. Jasanya yang ditawarkan juga beragam.
Mengutip Japan Today, Selasa (15/7/2025), layanan itu saat ini mempekerjakan 100 perempuan lansia berusia 60 hingga 94 tahun dengan beragam keahlian, mulai dari pekerjaan rumah tangga, keterampilan interpersonal, pengetahuan sejarah, hingga pengalaman hidup. Menurut situs we OK Obaachan, mereka telah menerima banyak permintaan untuk berbagai macam pekerjaan, seperti mengajar memasak, memediasi perselisihan keluarga, menulis dengan tulisan tangan yang indah, dan mengasuh anak.
Para nenek juga sering diminta untuk bertindak sebagai pilar dukungan emosional dan diminta hadir oleh para pria saat berencana untuk mengaku gay kepada orangtua mereka. Dengan beragam layanan tersebut, pelanggannya diminta membayar biaya 3.300 yen (sekitar Rp363 ribu) per jam, ditambah biaya transportasi 3.300 yen.
Layanan itu mengundang reaksi pro kontra di laman komentar daring. Mereka yang menanggapi positif menganggap layanan itu memberi kesempatan pada lansia untuk tetap produktif di masa tuanya.
Tuai Pro Kontra Warga
"Saya pikir itu bisnis yang bagus. Terkadang ada baiknya mendapatkan nasihat dari orang yang tidak Anda kenal," tulis seorang warganet.
"Saya pikir penting untuk merasa dibutuhkan," imbuh yang lain. "Saat ini, banyak orang sehat berusia 60-an. Mereka masih bisa melakukan banyak hal."
Namun, mereka yang kontra menentang ide tersebut. "Saya akan terlalu khawatir nenek saya akan jatuh atau semacamnya," katanya.
"Semua bisnis penyewaan orang ini membuat saya gelisah," sambung orang berbeda. "Kasihan kakek-kakek... Tidak ada layanan penyewaan untuk mereka," komentar berbeda.
Ternyata, alasan soal layanan tersebut khusus untuk nenek-nenek adalah karena dijalankan oleh Client Partners, sebuah perusahaan yang menyediakan pekerjaan bagi perempuan dengan berbagai keterampilan, menyebut diri mereka sebagai 'perusahaan tukang khusus perempuan'. Mereka juga menawarkan penyewaan teman dan anggota keluarga, yang semuanya juga perempuan.
Sementara, layanan khusus jasa kakek-kakek juga tersedia, Ossan Rental, yang didefinisikan sebagai 'pria paruh baya' dan dapat mencakup pria berusia 30an dan 40an juga.
Krisis Demografi di Jepang
Pemberdayaan lansia tak lepas dari kondisi demografi Jepang yang jumlah penduduk berusia 65 tahun atau lebih mencapai rekor tertinggi sebesar 36,25 juta pada 2024. Melansir VOA Indonesia, Senin, 16 September 2024, hal itu semakin menegaskan fakta bahwa Jepang menjadi salah satu negara dengan laju jumlah penduduk lansia tercepat di dunia.
Penduduk lanjut usia kini mencapai 29,3 persen dari total penduduk Jepang, yang juga merupakan jumlah tertinggi baru, menurut data yang dirilis oleh Kementerian Dalam Negeri dan Komunikasi pada Minggu, 15 September 2025. Proporsi penduduk lansia ini menempatkan Jepang di urutan teratas dari 200 negara dan kawasan dengan jumlah penduduk lebih dari 100.000 jiwa.
Secara global, Italia, Portugal, Yunani, Finlandia, Jerman, dan Kroasia mewakili Eropa dalam daftar 10 besar, dengan angka lebih dari 20 persen. Sementara itu, Korea Selatan berada pada angka 19,3 persen, dan China mencatat angka 14,7 persen. Jepang saat ini menghadapi krisis populasi yang terus memburuk.
Populasi Penduduk Lansia Jepang
Populasi penduduk lanjut usia yang terus bertambah menyebabkan melonjaknya biaya medis dan kesejahteraan, sementara tenaga kerja yang menyusut semakin membebani sistem ekonomi negara. Populasi keseluruhan Jepang menyusut sebesar 595.000 menjadi 124 juta, menurut data pemerintah sebelumnya.
Data tersebut juga menunjukkan bahwa 9,14 juta lansia masih bekerja pada 2023, yang juga merupakan sebuah rekor. Mereka mewakili 13,5 persen dari total tenaga kerja atau setara dengan satu pekerja lansia dari setiap tujuh karyawan. Sementara menurut Biro Statistik Jepang, terdapat sekitar 9,3 juta orang yang bekerja di atas usia 65 tahun. Ini berarti sekitar satu dari empat lansia tetap bekerja setelah usia pensiun.
Pemerintah Jepang telah berupaya memperlambat penurunan dan penuaan populasinya tanpa menuai keberhasilan yang berarti. Berbagai kebijakan telah diimplementasikan, mulai dari insentif kelahiran hingga program imigrasi, namun tantangan demografi tetap menjadi masalah yang sulit diatasi.
Dengan situasi ini, Jepang perlu menemukan solusi jangka panjang yang efektif untuk menjaga keseimbangan demografis dan memastikan keberlanjutan ekonomi serta kesejahteraan sosial bagi seluruh penduduknya.