Inovasi Produsen Pangan Lokal agar Masyarakat Punya Lebih Banyak Pilihan Lebih Sehat

1 month ago 40

Liputan6.com, Jakarta - Gaya hidup sehat tak bisa berdiri sendiri, melainkan perlu banyak elemen untuk dilaksanakan. Salah satunya soal menentukan pilihan jenis pangan, jumlah yang dikonsumsi, dan cara mengonsumsinya.

Di sisi lain, pemerintah melalui Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) mengatur ketat para produsen pangan, termasuk makanan dan minuman, agar tak sembarang mengedarkan produk mereka. Ada nilai gizi yang harus diperhatikan agar produk memenuhi kriteria.

Selain itu, pelabelan jadi alat bantu untuk konsumen menentukan produk mana yang layak dikonsumsi atau ditinggalkan. BPOM mengatur pelabelan pada produk-produk pangan olahan yang memenuhi Kriteria Profil Gizi dalam peraturan BPOM Nomor 26 Tahun 2021 tentang Informasi Nilai Gizi pada produk pangan olahan. Produk-produk dengan pilihan lebih sehat kini ditandai dengan logo centang hijau.

Indofood sebagai salah satu perusahaan lokal berpartisipasi dalam mendukung gaya hidup lebih sehat. Salah satunya dengan terus berinovasi dan mereformulasi produk agar kandungan gula, garam, dan lemak (GGL) berkurang. 

Inovasi untuk Pilihan Produk Pangan Lebih Sehat

"Saat ini lebih dari 45 SKU produk Indofood sudah mencantumkan label 'Pilihan Lebih Sehat'," kata Head of Corporate Communications Indofood Stefanus Indrayana dalam rilis yang diterima Lifestyle Liputan6.com, Senin, 4 Agustus 2025. Produk dimaksud mulai dari susu UHT, susu bubuk, minuman teh dalam kemasan, es krim, hingga yogurt.

Pihaknya juga mengupayakan fortifikasi pangan melalui penambahan vitamin dan mineral di beberapa produk. Fortifikasi vitamin dan mineral dilakukan untuk seluruh produk tepung terigu, minyak goreng, margarin, makanan bayi, dan minuman rasa buah.

Untuk margarin, selain fortifikasi vitamin dan mineral, juga dilakukan inovasi untuk mengeliminasi lemak trans. Inovasi juga dilakukan untuk makanan ringan dengan mengeluarkan produk kudapan tempe yang tinggi serat, sumber protein dan bebas gluten.

"Inisiatif dan inovasi-inovasi ini dilakukan sebagai langkah untuk mendukung program kesehatan masyarakat dengan memberikan pilihan makanan dan minuman yang lebih sehat kepada konsumen," ujar Indrayana.

Mi Instan, Pasta, dan Minuman Kemasan

Sebelumnya, Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) meluncurkan logo Pilihan Lebih Sehat untuk memudahkan konsumen membeli produk makanan dan minuman siap saji yang sesuai kebutuhannya. Mi instan, pasta, dan minuman kemasan siap saji menjadi kategori paling awal dalam penerapan logo tersebut.

Logo bisa dikenali lewat bentuk ceklis hijau lengkap dengan tulisan Pilihan Lebih Sehat. Yusra Egayanti, Kepala Subdit Standardisasi Pangan Olahan Tertentu BPOM, mengatakan logo tersebut bisa dicantumkan oleh produsen ketiga kategori produk tersebut sepanjang memenuhi persyaratan.  

"Sepanjang minuman siap saji itu kadar gulanya masih di bawah batas maksimum, yakni enam gram per 100 ml. Berlaku untuk gula seluruh monosakarida atau disakarida, tidak termasuk laktosa dan tanpa menggunakan pemanis buatan," kata Ega dalam webinar Pilihan Lebih Sehat yang digelar Nestle Indonesia, Rabu, 30 September 2020.

Sementara, mi instan atau pasta tidak boleh mengandung lemak total lebih dari 20 gram per 100 gram, dan kandungan garam maksimal 900 mg per 100 gram.

Risiko Kesehatan Meningkat Tanpa GGL Terkendali

Garam, gula, dan lemak termasuk ke dalam faktor risiko yang memicu penyakit tidak menular, seperti obesitas, diabetes, kanker, dan penyakit kardiovaskular. Jumlah penderitanya di Indonesia, sambung dia, makin meningkat signifikan setiap tahunnya.

"Pasta dan mi instan, serta minuman siap konsumsi merupakan jenis pangan olahan yang tinggi konsumsinya di Indonesia, serta penyumbang gula, garam, dan lemak tinggi," tutur Ega terkait alasan prioritas pencantuman logo tersebut.

Ia mengingatkan, jaminan pilihan lebih sehat berlaku bila produk dikonsumsi secara wajar. Selain itu, pilihan lebih sehat berarti produk dinilai lebih baik dibandingkan produk sejenis. "Misalnya, minuman dibandingkan dengan minuman yang lain. Pasta dan mi instan dibandingkan pasta dan mi instan lain," jelasnya.

Ega menerangkan bahwa pemberian logo tersebut diharapkan mempermudah konsumen dalam menentukan keputusan pembelian. Ia memahami masih banyak konsumen yang kebingungan membaca petunjuk nutrisi pada label kemasan.

"Memang tergantung segmen masyarakatnya. Kalau yang berpendidikan, mereka rata-rata bisa membaca label dengan baik. Tapi jadi masalah kalau sudah tahu tapi enggak berubah. Tapi ada pula segmen tertentu karena ketidaktahuan," kata dia.

Read Entire Article
Online Global | Kota Surabaya | Lifestyle |