Indonesia Cari Peluang Tarik Wisatawan China Lebih Banyak di Tengah Ketegangan Politik dengan Jepang

1 week ago 31

Liputan6.com, Jakarta - Hubungan bilateral China dan Jepang menegang. Kedua negara saling berbalas aksi, termasuk di sektor pariwisata. Pemerintah Tiongkok bahkan melarang warganya bepergian ke Jepang yang berdampak pada pembatalan ribuan rencana perjalanan ke negeri sakura. Di tengah situasi itu, Kementerian Pariwisata (Kemenpar) berupaya menarik perhatian wisatawan China agar mengalihkan perjalanan mereka ke Indonesia.

Deputi Bidang Pemasaran Kemenpar Ni Made Ayu Marthini menyatakan bahwa pihaknya sudah menyiapkan beragam program promosi untuk meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan Tiongkok ke Indonesia. Terlebih, China merupakan salah satu pasar penting bagi Indonesia.

"Dengan kejadian ketegangan geopolitik ini, kita sih berharap dapat windfall ya. Jadi positif untuk kita dan mereka bisa ke Indonesia. Kita udah siapkan paket-paketnya. Kita sih siap menampung," ujarnya ditemui seusai peluncuran BINA-Indonesia Great Sale di Jakarta, pada Jumat, 21 November 2025.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, kunjungan wisatawan Tiongkok ke Indonesia periode Januari--September 2025 meningkat sekitar sembilan persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Jumlah pengeluaran mereka juga relatif tinggi, sekitar USD 1.200 per kunjungan.

"Pertumbuhannya jadi salah satu yang tertinggi," ujar Made lagi.

Itu dinilai sebagai sinyal bagus mengingat perilaku turis China yang datang ke Indonesia juga dinilai makin berkualitas. Menurut Made, dibandingkan sebelum pandemi, turis China yang datang ke Indonesia kini didominasi oleh free independent traveler (FIT) dalam grup kecil, atau bahkan solo traveler.

"Dulu sebelum pandemi, yang datang itu pakai grup. Mereka tidak bisa bahasa asing, jadi maunya naik bus ke mana-mana dengan rombongannya. Sekarang coba lihat, jarang kan ada bus wisata," terangnya.

Perubahan Perilaku Turis China ke Indonesia

Made juga membandingkan kelompok turis China ke Indonesia saat ini dan sebelum pandemi dari segi usia. Menurut dia, semakin banyak pelancong asal Tiongkok yang berusia muda datang ke Indonesia, dibandingkan dulu.

Mereka juga punya kemampuan bahasa Inggris yang lebih baik dari generasi sebelumnya. Tambah lagi, mereka melek teknologi sehingga kendala bahasa bisa diatasi dengan penggunaan AI.

"Mereka sudah keekspos secara internasional. Turis Tiongko itu sudah sering ke Eropa, sering ke wilayah Asia lain, jadi ketika traveling, misalnya ke Bromo, no problem. Tinggalnya sudah tahu. Mereka sudah punya online platform yang besar. Dulu kan tidak ada," sambungnya.

Namun terkait destinasi favorit, tidak terlalu ada perbedaan. Menurut Made, mereka sangat menyukai destinasi bahari sehingga pihaknya menyiapkan beragam paket promosi diving kepad turis Tiongkok.

"Jangan heran kalau mereka sering ke Manado, Bali. Tapi, mereka juga suka gunung, alam, jadi suka pergi ke Bromo-Tengger-Semeru," kata dia. Namun begitu Imlek tiba, turis China cenderung akan menghabiskan waktu di resor bersama keluarga.

Promosikan Jogja dan Jawa Tengah ke Pasar Tiongkok

Sebelumnya, Kemenpar mempromosikan wisata Jawa Tengah (Jateng) dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) kepada pasar Tiongkok melalui kegiatan Familiarization Trip (Famtrip) yang melibatkan pelaku usaha perjalanan wisata (travel agent) asal Tiongkok. Made dalam keterangan tertulis di Jakarta, Rabu, 19 November 2025, menjelaskan kegiatan famtrip berlangsung pada 9--14 November di Yogyakarta dan Magelang.

"Kami ingin memperkenalkan Yogyakarta dan Jawa Tengah sebagai destinasi unggulan Indonesia selain Bali, yang menawarkan pengalaman budaya dan wellness yang autentik," ujar Made.

Ia menekankan Yogyakarta merupakan representasi budaya Jawa yang khas, di mana sejarah, spiritualitas, dan kreativitas berpadu dalam harmoni. "Pengalaman tersebut diharapkan dapat menginspirasi mereka mengembangkan paket tur tematik baru bagi wisatawan," katanya.

Made juga menjelaskan bahwa kegiatan yang diinisiasi bersama Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Shanghai tersebut diisi dengan sesi business matching yang mempertemukan buyers asal Tiongkok dengan 22 pelaku pariwisata lokal, mulai dari agen perjalanan, perusahaan manajemen destinasi (DMC), hotel, akomodasi, hingga penyedia atraksi.

“Business matching ini bertujuan membina kemitraan dan memperluas jangkauan produk pariwisata Indonesia di pasar Tiongkok,” ujar Made.

Menawarkan Pengalaman Wisata Bermakna dan Berkualitas

Asisten Deputi Bidang Pemasaran Asia Timur, Australia, dan Oceania Kemenpar, Yulia, menambahkan Tiongkok merupakan pasar strategis bagi Indonesia. Pada 2024, Indonesia menyambut sekitar 1,19 juta wisatawan Tiongkok, menempatkan Tiongkok sebagai pasar sumber terbesar keempat setelah Malaysia, Australia, dan Singapura. Hingga September 2025, jumlah kedatangan wisatawan Tiongkok mencapai 1,018 juta atau meningkat 8,83 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.

Dengan pertumbuhan tersebut, Yulia optimistis kegiatan famtrip dan promosi yang konsisten akan semakin memperkuat pengakuan Yogyakarta dan Borobudur di kalangan wisatawan Tiongkok yang mencari pengalaman bermakna dan berkualitas.

"Ini sejalan dengan arah baru Indonesia untuk menginspirasi wisatawan global agar benar-benar Go Beyond Ordinary saat menjelajahi nusantara," ujar Yulia.

Dalam kesempatan yang sama, Konsul Jenderal Republik Indonesia di Shanghai, Berlianto Situngkir, mengapresiasi kolaborasi ini sebagai langkah penting dalam meningkatkan kunjungan wisatawan Tiongkok ke Indonesia.

"Ini mencerminkan komitmen Indonesia memperkuat pertukaran antar masyarakat atau people-to-people exchange dengan Tiongkok melalui lanskap pariwisata Indonesia yang terus berkembang yang autentik, kaya budaya, dengan wellness, dan berkelanjutan," ujar Berlianto.

Read Entire Article
Online Global | Kota Surabaya | Lifestyle |