Hari Konservasi Alam Nasional 2025, 19 Spesies Flora Fauna Baru Diumumkan

2 weeks ago 17

Liputan6.com, Jakarta - Hari Konservasi Alam Nasional (HKAN) yang diperingati setiap 10 Agustus menjadi momentum untuk mengingatkan kembali betapa kayanya biodiversitas yang ada di bumi Indonesia. Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (Dirjen KSDAE) Satyawan Pudyatmoko menyatakan bahwa keanekaragaman hayati itu tak ternilai harganya.

"(Keanekaragaman hayati) bukan hanya warisan, tapi juga pinjaman dari anak cucu yang harus dipertanggungjawabkan," katanya dalam sambutan di puncak HKAN 2025 di Jakarta, Senin, 11 Agustus 2025.

Kesempatan itu dimanfaatkan untuk mengumumkan 19 jenis flora dan fauna endemik Indonesia terbaru. Penemuan dan penelitiannya dilakukan oleh para peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional dan berbagai perguruan tinggi di seluruh Indonesia selama beberapa waktu.  

Sebanyak 19 spesies baru itu terdiri dari 11 flora dan tujuh faunaBegonia bukitrayaens, Begonia kalimantana, dan Bulbophyllum bukitbakariense ditemukan Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya, Kalimantan Tengah. Di Papua Barat Daya ditemukan Bulbophyllum abuniorum, Bullbophyllum sandfordiorum, Dendrobium wanmae, Dendrobium eruciforme, dan Mediocalcar gemma-coronae.

Di Taman Nasional Rinjani ditemukan Morchella rinjaniensis. Sementara, Homalomena chikmawatiae ditemukan di Riau dan Chiloschista tjiasmantoi di Aceh.

Daftar Spesies Fauna Baru Indonesia

Untuk kategori fauna, Kemenhut mengungkapkan penemuan jenis Cecak Jari Bengkok Pecel Madiun (Cyrtodactylus pecelmadiun) di Jawa Timur. Spesies ini sempat mencuri perhatian lantaran dinamai seperti nama kuliner khas Madiun, sesuai dengan lokasi penemuannya.

Ada pula dua jenis katak bertaring, yaitu Limnonectes maanyanorum dan Limnonectes nusantara di Kalimantan Tengah, serta jenis katak pohon Rhacophorus boeadii di Sulawesi Barat dan Sulawesi Tengah. Ditemukan pula spesies baru keong darat Diancta batubacan di Maluku Utara, dua jenis baru kumbang kura-kura Thlaspidula gandangdewata dan Thlaspidula sarinoi di Sulawesi Tengah dan Sulawesi Barat.

Yang terakhir adalah penemuan ikan gua buta baru dari Jawa Barat yang bernama ilmiah Barbodes klapanunggalensis. Mengutip laman resmi BRIN, spesies itu diketahui hanya hidup di Gua Cisodong 1, yang terletak di kawasan karst Klapanunggal. Dari total luas kawasan karst sekitar 66 km², hanya 9,96 persen yang dilindungi oleh pemerintah Indonesia dalam bentuk Kawasan Bentang Alam Karst Bogor.

Karakteristik Unik Ikan Buta dari Gua Karst Bogor

Menurut Kunto Wibowo, Peneliti Ahli Madya Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi BRIN, ikan ini memiliki ciri-ciri sepenuhnya buta, dengan mata yang telah mengalami reduksi, dan hanya meninggalkan bekas berupa cekungan orbital yang tertutup kulit.

"Tubuhnya tidak memiliki pigmen hitam (melanofor), sehingga terlihat putih keperakan dengan sirip yang transparan. Selain itu, ikan ini memiliki sirip dada dan sirip perut yang relatif panjang, serta sisik aksial yang terletak di belakang sirip perut pendek dengan ujung membulat," jelasnya. 

"Spesies ini telah menunjukkan karakter morfologi yang sangat teradaptasi pada habitat gua yang gelap dan terisolasi. Ikan ini hidup di kolam-kolam kecil di dalam gua yang dialiri oleh air yang merembes dari lantai gua. Kolam-kolam ini memiliki substrat tanah liat halus dan air yang jernih. Ikan ini cenderung diam di air yang tenang, namun akan aktif berenang ketika air terganggu," tambahnya.

Penemuan itu kembali menegaskan Indonesia sebagai pemilik mega biodiversity. Menurut Menteri Kehutanan Raja Juli Antoni, "Sedikit sekali negara yang memiliki kekayaan keanekaragaman hayati seperti yang kita miliki." 

Menhut Ingatkan untuk Tak Asal Bikin Kebijakan

Menhut menyampaikan 10 persen dari tanaman berbunga ada di Indonesia, 12 persen mamalia yang dimiliki dunia berasal dari Indonesia, sekitar 15 persen reptil dan amfibi menjadikan hutan di Nusantara sebagai rumah, dan 17 persen jenis ikan dunia dapat ditemukan di lautan Tanah Air.  

Dengan kekayaan alam sebesar itu, memanfaatkan peringatan HKAN 2025, Menhut kembali mengingatkan dirinya sendiri dan jajarannya untuk tidak asal membuat kebijakan yang malah merusak upaya konservasi atau melindungi alam, terutama saat menandatangani SK, Kepmen, dan dokumen penting lainnya.

"Dirjen juga kalau ada paraf, sebelum masuk ke saya, baca yang benar. Cek lapangan. Jangan sampai saya diberi informasi yang enggak tepat, yang merusak alam kita," ujar Menhut.

HKAN diperingati setiap 10 Agustus, sesuai Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009. Tahun ini, Kementerian Kehutanan mengangkat tema 'Bergerak bersama membangun sinergi antar generasi demi masa depan konservasi yang lebih baik melalui peningkatan manfaat sosial hutan dan mewujudkan hidup harmonis bersama alam' dengan tagline 'Youth for Conservation, Beyond Expectations'.

Tema ini mencerminkan semangat membangun kolaborasi lintas generasi untuk menghadapi tantangan konservasi di Indonesia.

Read Entire Article
Online Global | Kota Surabaya | Lifestyle |