Hari Badak Sedunia 2025, Badak Jawa dan Sumatera Dibayangi Status Sangat Terancam Punah

3 weeks ago 54

Liputan6.com, Jakarta - Tahukah Anda bila 22 September diperingati sebagai Hari Badak Sedunia? Bertepatan dengan itu, Kementerian Kehutanan meneguhkan komitmen untuk menjaga kelestarian dua spesies badak tersisa di Indonesia, yaitu badak jawa (Rhinoceros sondaicus) dan badak sumatera (Dicerorhinus sumatrensis) yang keduanya berstatus critically endangered (sangat terancam punah.

Saat ini, populasi Badak Jawa diperkirakan hanya 87--100 individu dan terbatas di Taman Nasional Ujung Kulon. Sementara, Badak Sumatera diperkirakan tersisa kurang dari 100 individu, yang hidup dalam kantong-kantong populasi kecil di Sumatera dan Kalimantan.

"Yang dapat kita lakukan adalah bekerja sama secara serius, bergandengan tangan. Dengan limitasi ini, bagaimana kita secara maksimal memastikan bahwa badak tetap bersama kita, selama dunia masih ada," kata Menteri Kehutanan Raja Juli Antoni di Jakarta, dikutip dari keterangan pers yang diterima Lifestyle Liputan6.com, Senin (22/9/2025).

Menurut Menhut, pelestarian badak tidak hanya soal menyelamatkan satwa, melainkan juga menjaga ekosistem, keragaman genetik, dan martabat bangsa. Sementara, Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) Prof. Satyawan Pudyatmoko menyampaikan sejumlah agenda konservasi yang tengah dan akan dilakukan.

7 Langkah Selamatkan Badak

(1) Pengembangbiakan Badak Sumatera secara semi in-situ di Suaka Rhino Sanctuary, Taman Nasional Way Kambas;

(2) Pengembangan Assisted Reproductive Technology (ART) dan Biobank bersama IPB University, YABI, dan mitra internasional;

(3) Penguatan Rhino Protection Unit (RPU) untuk patroli, pemantauan, penegakan hukum, serta edukasi masyarakat;

(4) Operasi Merah Putih translokasi Badak Jawa di Taman Nasional Ujung Kulon;

(5) Penyelamatan Badak Sumatera “Pari” di Suaka Kelian, Kalimantan Timur, serta rencana operasionalisasi Suaka Badak Sumatera di Aceh Timur;

(6) Pemanfaatan teknologi konservasi seperti kamera jebak, drone, analisis DNA lingkungan (environmental DNA), dan anjing K-9; dan

(7) Sosialisasi dan edukasi publik terkait pentingnya menjaga spesies badak.

Sebagai simbol dukungan global, International Rhino Foundation (IRF) menyerahkan sebuah patung Badak Jawa berbahan perunggu seberat lebih dari 1 ton, karya seniman dunia Gillie dan Marc, kepada Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Kehutanan.

Sejarah Hari Badak Sedunia

Mengutip laman World Rhino Day, Hari Badak Sedunia pertama kali diumumkan WWF-Afrika Selatan pada 2010. Tahun berikutnya, Hari Badak Sedunia berkembang menjadi kesuksesan internasional, mencakup spesies badak Afrika dan Asia, berkat upaya dua perempuan yang gigih.

Ide Hari Badak Sedunia datang dari Lisa Jane Campbell yang bekerja di Ranch Chishakwe di Zimbabwe. Lisa kemudian mengirimkan email kepada Rhisja dan menemukan tujuan yang sama terkait ide peringatan Hari Badak Sedunia.

Hari Badak Sedunia bertujuan untuk merayakan lima spesies badak yang tersisa di dunia, yakni badak hitam, badak putih, badak bercula satu besar, badak Sumatera, dan badak Jawa. Tepat pada 2011, Hari Badak Sedunia akhirnya diperingati secara internasional, baik oleh LSM, kebun binatang, organisasi terkait isu pelestarian badak, bisnis, dan individu yang peduli.

Tobat Ekologis

Sebelumnya, Menhut menyebut bahwa upaya penyelamatan populasi badak Jawa (Rhinoceros sondaicus) merupakan bentuk tobat ekologis. Istilah ini ia gunakan untuk menggambarkan perubahan perilaku manusia, yaitu dengan mengakui kerusakan yang sudah diperbuat selama ini.

Menurutnya, aktivitas manusia selama bertahun-tahun telah mempersempit ekosistem satwa langka tersebut, membuat keberadaan mereka semakin terdesak dan populasinya terus menurun. Raja menegaskan hal itu dalam acara Kick Off Operasi Merah Putih Translokasi Badak Jawa di Jakarta, Jumat, 29 Agustus 2025, lapor Antara

Upaya translokasi itu dilakukan dengan memindahkan sepasang individu badak Jawa dari habitat asli mereka di Semenanjung Ujung Kulon menuju Javan Rhino Study and Conservation Area di Desa Ujungjaya, Kabupaten Pandeglang.

"Saya kira, ini bagian dari tobat ekologis kita, karena ekosistem badak, bagaimanapun, semakin sempit, ruang gerak, home range semakin sempit. Saya kira itu adalah tanggung jawab kita dengan alasan apapun, apakah itu perumahan, pembangunan, perkebunan."

Read Entire Article
Online Global | Kota Surabaya | Lifestyle |